Untuk Kamu Yang Memilih Pergi Meninggalkanku
Aku tidak tahu, harus dari mana aku bercerita. Sebab, setiap cerita tentangmu mengalir begitu saja dihidupku. Bahkan ketika pertama kali kita bertemu, awal dimana cerita antara kamu dan aku dimulai.
Saat itu, kita hanya orang asing yang tidak dapat menolak sebuah pertemuan. Aku dan kamu, saling bertukar sapa demi menghargai sebuah perkenalan. Hingga suatu masa, kita benar-benar saling dikenalkan oleh waktu.
Kita sangat dekat, entah bagaimana prosesnya. Yang jelas aku cukup bahagia saat itu bisa menjadi bagian dari hidupmu. Hubungan kita masih dalam takaran biasa, seperti pertemanan pada umumnya.
Tapi semua berubah ketika kamu mulai menyukai seseorang, seseorang yang kamu kenal sebelum aku mengenalmu. Aku mulai takut mendekatimu, karena tidaklah baik bagiku menjadi orang ketiga dalam hubunganmu.
Akhirnya aku memutuskan untuk pamit secara perlahan, tanpa kamu sadari. Do'aku selalu ada bersama harapan agar kamu bahagia. Semua harapan yang mungkin orang lain panjatkan juga sebagai orang yang pernah ada namun tersingkirkan dari sebuah hubungan demi satu kebahagiaan.
Aku menjalani lagi hidupku seperti biasanya, tapi tanpa kehangatan kedekatan kita dahulu. Itu seperti secangkir teh yang mulai dingin karena terlalu lama di diamkan. Meskipun teh itu mulai dingin, tetapi teh itu tetap manis. Karena telah aku campurkan gula di dalamnya
Seperti itulah kita, meski tidak lagi terlalu dekat. Kita masih bertukar sapa seperti yang telah kita lakukan sebelumnya. Ini mengingatkanku pada dua orang asing yang pernah saling dipertemukan sebelumnya
Dihari-hariku yang mulai terbiasa, temanmu datang dan bercerita tentangmu. Bahwa seseorang yang mendekatimu hanya menyakitimu.
Tidak.. Aku tidak bisa berdiam diri melihat rasamu itu tercipta luka yang mungkin akan membekas. Karena jika itu terjadi, kamu akan membenci setiap orang asing yang datang ke dalam hidupmu, sepertiku.
Maafkan aku, aku kembali setelah menjauhimu. Aku datang untuk mengobati rasa sakitmu.
Aku masuk kedalam celah hatimu dan sungguh sulit, terlalu banyak luka didalamnya. Bahkan, ragaku saja sempat menerima penolakan. Padahal, aku datang ingin menjadi obat untukmu.
Aku mencoba mengobati rasamu dengan rasaku, Meski sekiranya tidak bisa sembuh, aku berharap bisa mengering dan tidak terlalu sakit. Aku mulai mencoba mendekatimu dan aku tertarik oleh rasamu yang memanggilku.
Sial, aku jatuh cinta.
Aku sudah mengatakan perasaanku kepadamu, meski ada rasa takut yang membentengimu sehingga beberapa penolakan berupa keraguan-keraguan hatimu yang aku dapatkan.
Aku tetap menyukaimu, bagaimanapun keadaan kita, status kita, apapun itu. Aku hanya ingin bersamamu dan ketika kamu bersamaku, aku hanya ingin segala kesedihanmu tertukar oleh kebahagiaan yang ku coba ciptakan.
Aku berhasil menjadi orang yang seutuhnya dekat denganmu, aku merasakannya saat itu. Aku merasa bisa memahamimu...Aku merasa menjadi orang yang selalu ada untuk kamu
Tapi Kenapa? hah? kenapa?
Kenapa kamu memilih pergi?
Kamu dengarkan mereka yang berbicara buruk tentangku dan mempercayainya..
Saat itu, aku merasakan kamu telah berbeda.
Aku merasa menjadi jauh untuk kesekian kalinya, setelah mencoba menjadi yang terdekat untuk kamu.
Ditambah, entah dari mana permasalahan-permasalahan yang hadir dihidup kita. yang mulai membuat kita saling menjauh.
Kamu mulai mendengarkan tentangku dari mereka bukan?
Aku menerimamu, meski dengan apa yang kamu lakukan, aku tetap menerimamu, menerima semua pilihanmu.
Meski ketika kamu lebih bahagia dengan kehadiran orang lain dibandingkanku saja, aku tetap menerimanya, meski dengan rasa yang tidak menyangka saja. Tidak menyaka bahwa kehadiranku terlihat biasa saja.
Yah, aku tidak menyalahkanmu. Aku menyalahkan diriku sendiri. Mengapa aku bisa terlalu jauh masuk ke dalam hidupmu.
Meski sepanjang hidupmu, kamu memilih menjauhiku, membenci diriku sekalipun. Aku tetap menerimanya.
Terkadang aku hanya iri dengan orang-orang yang saat ini bisa dekat denganmu, seandainya dahulu aku tetap menjadi orang asing yang hanya sebatas mengenalmu tanpa masuk dikehidupanmu.
Mungkin kita akan tetap kenal, tetap dekat dan tetap bersama, meski sebagai teman. Itu lebih baik. Dari pada mengenalmu menjadi sebuah perpisahan untukku.
Terimaksih untuk kamu yang memilih meninggalkanku, aku hanya ingin bilang. Aku hanya rindu perkenalan kita sebagai orang asing dahulu. Tempat-tempat yang ku datangi yang di dalamnya pernah ada kamu, kini terasa asing untuk aku yang terlanjur diasingkan dari hidupmu.
Sekali lagi, aku tidak membenci kepergianmu. Aku menunggu kamu sadar, dan mungkin ketika kamu sadar. Aku bukanlah orang yang sama. Aku benar-benar menjadi asing.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://www.wendyandriyan.info/2019/10/untuk-kamu-yang-memilih-pergi.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed:+wendyandriyan/BeeB+(Blog+Wendy)