Syiria Diperintah Kafir Laknatullah Umat Islam Disembelih Melayu Bangkit 8815



Viral Foto Lusinan [Sekumpulan] Pemuda Suriah Dirantai Tentara Rezim di Damaskus, Ini Faktanya 
Rabu, 5 Desember 2018 12:48
Foto: Foto peuda Suriah dirantai yang dibagikan oleh para aktivis.KIBLAT.NET, Damaskus – Sebuah foto sekelompok pemuda Suriah dirantai bersama dan dibawa untuk melayani militer rezim Bashar Assad telah beredar di media sosial setelah dibagikan oleh para aktivis. Foto ini menjadi perhatian sehigga meningkatkan kesadaran akan penderitaan mereka.
Gambaran ini diyakini terjadi di distrik Al-Mezzeh di Damaskus pada Sabtu (01/12/2018) lalu. Foto menunjukkan lusinan pemuda Suriah dibawa ke belakang sebuah truk tertutup dengan tangan mereka dirantai satu sama lain, sementara penonton berkerumun di sekitar mereka.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA mengklaim bahwa mereka adalah pengungsi yang baru saja kembali dari Turki. Mereka disebut “merasa bahagia ketika mereka kembali ke negara dan memulai aktivitas mereka”. Padahal foto itu menunjukkan dengan jelas bahwa mereka diminta untuk berbuat sesuatu yang tak mereka inginkan.Sementara itu, laman dan akun rezim Pro-Assad meragukan keaslian foto dan membagikan foto tanpa rantai logam. Namun, berdasarkan analisis Verify-Sy foto yang diterbitkan tanpa rantai logam justru adalah editan.
Setelah menganalisa foto yang dibagikan oleh media pro-Assad, Verify-Sy menemukan kontras di foto pertama tinggi dibandingkan dengan foto kedua, Ini menunjukkan bahwa foto tanpa rantai telah diedit.
Insiden ini merupakan cerminan dari perasaan takut yang terus dialami banyak orang Suriah, meskipun perang di negara itu tampaknya berakhir. Penangkapan di daerah-daerah yang sebelumnya di bawah kendali oposisi telah menjadi kejadian sehari-hari, sesuatu yang bertentangan dengan syarat-syarat perjanjian rekonsiliasi.

Pada bulan Oktober, rezim Assad mengumumkan amnesti bagi orang-orang yang meninggalkan pasukan atau yang telah menghindari dinas militer. Ini sebagai upaya untuk mendorong para pengungsi di negara-negara tetangga untuk kembali ke Suriah. Namun, keputusan itu menetapkan bahwa layanan masih wajib dan semua individu yang memenuhi syarat harus hadir dalam beberapa bulan.
Ketakutan akan wajib militer dan hukuman potensial sering menjadi alasan mereka tidak ingin kembali pulan. Hal inilah yang menjadi sorotan kelompok-kelompok bantuan.
Namun kondisi hidup yang sulit di luar negeri telah mendorong banyak orang Suriah untuk melakukan perjalanan; 55.000 pengungsi diyakini telah kembali ke rumah mereka dari Lebanon tahun ini, dan 28.000 telah kembali dari Yordania sejak perbatasan antara kedua negara Arab itu dibuka kembali bulan lalu.
Sumber: Middle East Monitor
Redaktur: Ibas FuadiViral Foto Lusinan Pemuda Suriah Dirantai Tentara Rezim di Damaskus, Ini Faktanya - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/12/05/viral-foto-lusinan-pemuda-suriah-dirantai-tentara-rezim-di-damaskus-ini-faktanya/

Cegah Turki-SDF Perang, AS Dirikan Pos Pemantau Militer Rabu, 28 November 2018 15:29
Foto: Pos pemantau milik militer AS di SuriahKIBLAT.NET, Tal Abyad – Amerika Serikat mendirikan pos militer di kota Tal Abyad, timur laut Suriah, yang berbatasan dengan Turki. Pos ini dibangun di saat wilayah ini menyaksikan ketegangan antara dua sekutu AS, Turki dan milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Para pekerja media yang bertugas di wilayah kontrol SDF, Selasa (27/11), saling membagikan foto yang menunjukkan militer AS berada di pos militer di kota Tal Abyad. Mereka mengatakan bahwa langkah itu untuk mengurangi ketegangan antara SDF dan militer Turki.
Menteri Pertahanan AS, James Mattise, Rabu lalu, mengatakan bahwa Amerika akan membangun pos pemantauan di sejumlah titik di sepanjang perbatasan Suriah utara.“Kami ingin menjadi pihak yang memperingatkan Turki dan memperingatkan mereka jika kita melihat sesuatu yang datang dari luar salah satu daerah operasi kami,” kata Mattise.
Seorang sumber senior SDF mengungkapkan kepada harian Al-Sarq Al-Ausath, Ahad lalu, bahwa pos-pos itu untuk melindungi pasukan sekutu yang sedang menghadapi Organisasi Daulah Islamiyah (ISIS).
Titik-titik pos pemantau sampai saat ini baru tersebar di dua kota; tiga lokasi di Tal Abyad dan dua lokasi di Ain Arab (Kobani). Keberadaan pos militer ini bagian dari langkah Washington memperkuat kehadiran militer dan diplomasi di Suriah.
Kementerian Pertahanan Turki memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa keberadaan pos pemantau AS “akan lebih mempersulit situasi di wilayah tersebut.”

Menteri Pertahanan Turki, Khulosi Akkar, mengatakan Turki telah berulang kali memberitahu rekan-rekan militer dan warga AS tentang keprihatinannya atas pendirian pos-pos pengawasan di Suriah utara.
AS bergerak pada saat Turki mengancam untuk meluncurkan operasi militer di wilayah operasinya di Suriah bersama pasukan oposisi bersenjata.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berulang kali menyatakan kesiapan tentaranya merebut Ain Arab, Tal Abyad, Raksul Ain dan Hasakah. Operasi itu dalam rangka membersihkan kelompok teroris (milisi Kurdi).
Sumber: Enabbaladi.net
Redaktur: Sulhi El-IzziCegah Turki-SDF Perang, AS Dirikan Pos Pemantau Militer
https://www.kiblat.net/2018/11/28/cegah-turki-sdf-perang-as-dirikan-pos-pemantau-di-timur-laut-suriah/

Hindari Gempuran Rezim, Puluhan Ribu Sipil di Idlib Kosongkan Desa Rabu, 5 Desember 2018 11:18 
Foto: Idlib, wilayah Suriah Utara. 
KIBLAT.NET, Idlib – Wakil juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Farhan Haq, pekan ini, mengatakan bahwa 20 ribu lebih warga di Idlib selatan meninggalkan kampung halaman mereka setelah menjadi sasaran serangan intens militer Suriah. Mereka mengungsi ke desa tetangga untuk menghindari gempuran.
“Banyak keluarga pengungsi baru tinggal di tempat terbuka karena kurangnya tempat tinggal dan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan,” kata Haq dalam konferensi pers di markas besar PBB di New York, Senin lalu.
Haq menambahkan bahwa PBB terus memanggil semua pihak, dan mereka yang memiliki pengaruh, untuk memastikan perlindungan warga sipil dan infrastruktur sipil sejalan dengan kewajiban mereka di bawah hukum HAM internasional.
Di saat yang sama, otoritas oposisi terpaksa harus meliburkan sekolah di daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah rezim. Putusan itu diambil untuk menghindari korban anak-anak menyusul gempuran militer Suriah.
Kantor berita Turki, Anadolu Agency (AA), Selasa (04/12), melaporkan bahwa militer rezim dan milisi Iran masih terus menembakkan martir ke wilayah oposisi Idlib selatan. Di antara kota yang menjadi sasaran, Khan Syeikhun, At-Tamani’ah dan Jarjanaz serta sejumlah desa lainnya.
Direktur Pertahanan Sipil di Idlib, Mushtafa Haj, mengatakan bahwa warga kota At-Tamani’ah dan desa At-Tah telah ditinggalkan penghuninya. Warga berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka beberapa hari terakhir untuk menghindari gempuran.
Lembaga relawa lainnya menyebutkan sebanyak 5.360 keluarga di pedesaan Idlib selatan terpaksa meninggalkan rumah mereka. Para warga mengungsi ke desa-desa tetangga yang lebih aman 
Rezim dan milisi sekutunya terus melakukan pelanggaran tanpa adanya tindakan dari Negara-negara penjamin kesepatan. Idlib masuk dalam fase gencatan senjata setelah Turki dan Rusia menekan perjanjian di Sochi.
Sumber: Al-Araby Al-jadid, AARedaktur: Sulhi El-IzziHindari Gempuran Rezim, Puluhan Ribu Sipil di Idlib Kosongkan Desa
https://www.kiblat.net/2018/12/05/hindari-gempuran-rezim-puluhan-ribu-sipil-di-idlib-kosongkan-desa/

HTS Tingkatkan Kesiapan Militer di Front Idlib Selasa, 4 Desember 2018 09:12 
Foto: Para perjuang HTS latihan militer/IlustrasiKIBLAT.NET, Idlib – Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS), Senin (03/12), meningkatkan kesiapan di front militer dengan pasukan Assad di provinsi Idlib. Langkah ini dilakukan setelah adanya laporan militer Assad mengerahkan pasukan tambahan ke front.
Direktur Hubungan Media HTS, Imaduddin Mujahid, mengatakan pada Senin bahwa HTS meningkatkan kesiapan hanya di berbagai front di Idlib dan sebagian di pedesaan Lattakia utara.
Mujahid menambahkan kesiapan ini dilakukan setelah militer rezim mengerahkan kekuatan tambahan, yang sampai saat ini belum diketahui tujuannya apakah untuk persiapan eskalasi militer atau lainnya.
Koresponden portal Enabbaladi.net di pedesaan Idlib melaporkan bahwa pesawat pengintai terus terbang di atas langit Idlib, khususnya di pedesaan Idlib utara dan Timur.
Sumber militer faksi Free Syrian Army (FSA) mengatakan bahwa pasukan tambahan HTS paling banyak dikerahkan ke pedesaan Lattakia utara. Militer rezim menambahkan kekuatan di kawasan itu beberapa jam sebelumnya.
Portal pro rezim Assad, Al-Masdar, bulan lalu mengatakan bahwa Brigade Empat militer rezim Assad mendapat perintah kembali mengerahkan pasukan ke pedesaan Lattakia utara. Pengerahan itu dalam rangka menargetkan wilayah HTS dan Hizb Al-Turkistani.
Sejak kesepakatan Sochi mengenai gencatan di Idlib disepakati oleh Rusia dan Turki, rezim Assad berulang kali menekankan bahwa Idlib harus diambil alih. Rezim mengatakan bahwa segala kesepakatan harus membawa seluruh wilayah ke pangkuan pemerintah.
Pejuang Suriah sendiri menerima kesepakatan itu dengan penuh kewaspadaan. Pasalnya, seluruh perjanjian yang disepakati oleh oposisi dan rezim selalu berakhir dengan jatuhnya wilayah ke tangan Bashar Assad.
Sumber: Enabbaladi.netRedaktur: Sulhi El-IzziHTS Tingkatkan Kesiapan Militer di Front Idlib
https://www.kiblat.net/2018/12/04/hts-tingkatkan-kesiapan-militer-di-front-idlib/

HTS Berupaya Sempurnakan Kontrol Jalan Internasional Damaskus-Aleppo Selasa, 27 November 2018 18:00 
KIBLAT.NET, Idlib – Sejumlah kota yang dilalui jalan internasional Damaskus-Aleppo di Idlib, bebeberapa hari terakhir, menyaksikan mobilisasi pasukan dari pihak Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS). Kelompok pejuang Suriah itu berupaya merebut sekitar Kota Maarrat Nukman dan Darrah Izzah di pedesaan Damaskus, yang dilintasi jalur penting tersebut.
Sumber oposisi Suriah Free Syrian Army (FSA), Senin (26/11), mengatakan bahwa HTS berupaya menyempurnakan kontrol atas jalan internasional dengan merebut Marrat Nukman di pedesaan Idlib. Ini merupakan satu-satu kota yang dilalui jalan internasional di luar kontrol HTS.
Sumber yang meminta namanya tidak disebut itu menambahkan bahwa HTS memobilisasi pasukan ke sekitar kota Marrat Nukman dan Darrah Izzah. Hal serupa dilakukan Ahrar Al-Syam dan Nurudin Zanky untuk menghadang HTS merebut dua kota tersebut.
Jalan internasional Damaskus-Aleppo masuk dalam poin kesepakatan Sochi yang ditandatangani oleh Rusia dan Turki untuk Idib.
Berdasarkan kesepakatan itu, jalan internasional Damaskus-Aleppo dan Aleppo-Lattakia dibuka sebelum pergantian tahun. Pembukaan itu untuk merangsang kembali perdagangan di kawasan tersebut.
Anggota kantor media Jabhah Wathaniyah Lit Tahrir (JWT), Muhammad Adib, mengatakan bahwa unit pemantau dan pengawas serta pasukan keamanan memantau pergerakan HTS dengan memobilisasi pasukan ke dua kota tersebut. JWT melakukan hal serupa dan melakukan persiapan untuk segala kemungkinan buruk.
“Menurut pengalaman JWT, pergerakan yang dilakukan HTS tersebut mencerminkan persiapan tempur atau sesuatu mencurigakan,” kata Adib. 
JWT merupakan aliansi faksi-faksi FSA dan kelompok-kelompok Islamis, terutama Faylaq Al-Syam, Ahrar Al-Syam, Nurudin Zanky dan Jaisy Idlib Al-Hurr.
HTS sendiri tidak berbicara pergerakan militer apapun di sekitar jalan internasional.
Menurut peta kontrol, HTS menguasai bagian panjang jalan internasinal. Hampur seluru kota di Idlib yang dilintasi jalan tersebut di bawah kontrol HTS, kecuali Marrat Nukman. Kota tersebut merupakan basis FSA.
Sumber FSA menduga HTS ingin mengontrol seluruh kota yang dilalui jalan internasional seiring semakin dekatnya penerapan poin kesepakatan Turki-Rusia.
Terkait kota Darrah Izzah, yang tidak dilintasi jalan internasional Damaskus-Aleppo, Adib menjelaskan bahwa kota itu sangat penting bagi HTS karena terletak strategis. Konstur wilayahnya pegunungan sehingga memudahkan memantau wilayah sekitar.
Berdasarkan kesepakatan Turki-Rusia, dua jalan internasional akan dibuka dan di bawah kendali dua Negara penjamin. Faksi-faksi oposisi harus menyerahkan wilayah tersebut kepada pasukan Turki-Rusia. Sementara HTS tidak sepenuhnya setuju dengan kesepakatan tersebut.
Sumber: Enabbaladi.netRedaktur: Sulhi El-IzziHTS Berupaya Sempurnakan Kontrol Jalan Internasional Damaskus-Aleppohttps://www.kiblat.net/2018/11/27/hts-berupaya-sempurnakan-kontrol-jalan-internasional-damaskus-aleppo/

Turki dan Rusia Kembali Bahas Kesepakatan Terkait Idlib Ahad, 25 November 2018 16:22 
Foto: IdlibKIBLAT.NET, Ankara – Menteri pertahanan Turki dan Rusia membahas situasi terbaru di Idlib dan Tal Rifaat, Suriah barat laut melalui percakapan telepon hari Sabtu (24/11/2018). Hal ini dikemukakan oleh sumber-sumber Turki.
Sumber yang berbicara dengan syarat anonimitas mengatakan Hulusi Akar dan Sergei Shoigu membahas masalah keamanan regional dalam kerangka perjanjian Sochi.
“Dalam percakapan itu, langkah-langkah teknis dan taktis yang akan diambil di lapangan telah ditentukan,” kata sumber tersebut.
“Akar dan Shoigu juga mengkonfirmasi konsensus mereka tentang kerja bersama untuk memastikan dan memelihara perdamaian dan keamanan di Idlib dan Tal Rifaat.”
Setelah pertemuan 17 September di Sochi antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, kedua pihak sepakat untuk membentuk zona demiliterisasi – di mana tindakan agresi secara tegas dilarang – di provinsi Idlib Suriah.
Menurut ketentuan kesepakatan itu, kelompok-kelompok oposisi di Idlib akan tetap di daerah-daerah di mana mereka sudah hadir, sementara Rusia dan Turki akan melakukan patroli bersama di daerah itu untuk mencegah dimulainya kembali pertempuran.
Kendati demikian, saling gempur dengan martir dan roket beberapa kali terjadi meski penjanjian itu sudah berlaku. Tak hanya melibatkan kelompok jihadis, kelompok-kelompok oposisi yang setuju dengan penjanjian itu juga menjadi sasaran mortar militer Suriah. Namun bentrokan terbatas itu belum menggagalkan perjanjian.
Sumber: Zaman el-WaslRedaktur: Ibas FuadiTurki dan Rusia Kembali Bahas Kesepakatan Terkait Idlib - Kiblathttps://www.kiblat.net/2018/11/25/turki-dan-rusia-kembali-bahas-kesepakatan-terkait-idlib/
Kesepakatan Idlib dan Pelucutan Senjata Mujahidin Ahad, 30 September 2018 19:49 
Foto: IdlibKIBLAT.NET – Beberapa hari yang lalu, demiliterisasi kota Idlib, Suriah, yang disepakati oleh Turki dan Rusia menjadi perbincangan hangat di sejumlah media internasional. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan koleganya, Vladimir Putin, menyepakati skenario untuk masalah Idlib. Kedua kepala Negara sepakat membentuk zona aman di Idlib yang di dalamnya tak ada kelompok-kelompok pejuang yang mereka kategorikan “ekstremis”.
“Kami telah memutuskan untuk membuat zona demiliterisasi sekitar 15 hingga 20 kilometer jauh di sepanjang garis kontak antara oposisi bersenjata dan pasukan rezim pada 15 Oktober tahun ini,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin yang didampingi oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam konferensi pers bersama di kota Sochi pada Senin (17/9/2018)
Di antara poin krusial dalam kesepakatan tersebut ialah keharusan pihak oposisi untuk menyerahkan senjata berat, tank, roket, sistem mortir dan sebagainya kepada negosiator. Sebagai gantinya, tentara Suriah setuju untuk menghentikan serangan terhadap oposisi. Setelah senjata dilucuti, pasukan oposisi diberi jalur aman ke Idlib di Suriah utara.
Para aktivis prooposisi banyak yang menilai jika poin dari perjanjian tersebut sama seperti yang pernah terjadi ketika rezim merebut kekuasaan di Aleppo dan Dar’a. Menurut mereka, isi perjanjian tersebut sama saja memaksa para pejuang untuk melucuti senjatanya dan itu sama saja menyerah kepada lawan.
Menyikapi persoalan ini, Syaikh Al Muhaisini, ulama Saudi yang telah lama berjuang di Suriah, dengan tegas mengingatkan para pejuang bahwa senjata yang mereka miliki ibarat kehormatan. Karena itu, jangan sekali-kali menyerahkannya kepada musuh. Beliau mengingatkan para pejuang untuk tidak mengkhianati darah para syuhada yang telah mengawali revolusi. Berikutnya, beliau ingatkan juga dengan adanya kemiripan strategi musuh ketika mengambil alih Provinsi Dar’a.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Syaikh Abdul Razzaq Al-Mahdi di akun Telegramnya. Beliau mengingatkan rakyat suriah tentang penghianatan Rusia, Iran dan Rezim yang tidak dapat dipercaya. Karena itu, itu ada ikatan perjanjian dengan mereka.  Berikutnya, Syaikh Abdur Razzaq menegaskan tentang dua poin utama yang menjadi kekuatan revolusioner, pertama: menjaga persatuan antar faksi  serta menentukan musuh bersama, yaitu; Rezim, Rusia dan Iran. Kedua:Senantiasa menjaga persenjataan. Sebab, ia merupakan alat untuk menjaga agama, jiwa, harta dan kehormatan umat islam. Sedangkan melucutinya sama saja menghilangkan semua eksistensi itu.
Melucuti Senjata = Menyuruh Mujahidin Meninggalkan Jihad
Tanggapan yang disampaikan oleh dua ulama besar yang terlibat langsung dalam jihad Suriah ini cukup beralasan. Sebab, pelucutan senjata atau menyerahkannya kepada pihak musuh sama saja membuat para mujahidin menyerah secara perlahan-lahan. Memaksa para mujahidin melucuti senjata mereka, sama saja dengan membuat mereka jatu kepada kehancuran. Allah ta’ala telah menegaskan dengan firman-Nya:
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan,” (Al-Baqarah: 195)
Para ulama menjelaskan bahwa sebab turunnya ayat ini erat kaitannya dengan jihad fi sabililllah. Yaitu ketika Islam tegak dengan mulia, umatnya sudah merasa nyaman dan jumlah pengikutnya menjadi mayoritas, para sahabat Anshar saling berkata di antara mereka, “Sungguh agama ini telah menang, penganutnya semakin banyak dan sudah merasa aman, sekiranya kita kembali kepada harta benda kita untuk memperbaikinya,” lalu ayat ini pun turun.
Sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam At-Tirmizi, dari Aslam Abu Imran ia menceritakan, “Ketika kami berada di Konstantinopel, maka keluarlah pasukan yang berjumlah sangat besar dari pasukan Romawi; kami pun menyusun barisan pertahanan untuk menghadapi mereka. 
Kemudian ada seorang lelaki dari pasukan kaum muslim maju menerjang barisan pasukan Romawi, hingga masuk ke tengah barisan mereka. Melihat peristiwa tersebut sejumlah pasukan berteriak seraya mengucapkan, “Subhanallah, dia menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan!”
Maka Abu Ayyub pun menjawab, “Hai manusia, sesungguhnya kalian benar-benar menakwilkan ayat ini bukan dengan takwil yang semestinya. Sesungguhnya ayat ini hanya diturunkan berkenaan dengan kami, orang-orang Ansar. Setelah Allah memenangkan agama-Nya dan banyak yang mendukungnya, maka kami berkata di antara sesama kami, “Harta-harta yang kita kumpulkan telah hilang dan Allah telah memuliakan agama Islam serta pengikutnya semakin banyak, Sekiranya saat ini kita bisa kembali kepada harta benda kita untuk memperbaikinya,’ maka turunlah ayat ini (Al-Baqarah: 195).
Jadi, kebinasaan itu terjadi bila kami bermukim mengurusi harta benda. Sedangkan jihad kami tinggalkan’.” Karena itu, Abu Ayyub senantiasa berada dalam jihad fi sabilillah hingga beliau wafat di Kostantinopel.
Dalam riwayat yang lain, Ibnu Katsir menuliskan dalam tafsirnya, dari Abu Ishaq As-Subai menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Barra bin ‘Azib, “Jika aku maju sendirian menerjang musuh, lalu mereka membunuhku, apakah berarti aku menjerumuskan diriku ke dalam kebinasaan?” Barra menjawab, “Tidak, Allah Ta’ala telah berfirman kepada Rasul-Nya, ‘Maka berperanglah kalian pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri’ (An-Nisa: 84) Sedangkan ayat ini (QS. Al-Baqarah: 195) turun berkenaan dengan infaq’,” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/529)
Berikutnya Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini mengandung perintah berinfak di jalan Allah dalam berbagai segi amal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dan macam-macam ketaatan. Khususnya membelanjakan harta untuk memerangi musuh serta memperkuat kaum muslimin dalam menghadapi musuh-musuhnya. Selain itu, ayat ini juga memberitahukan bahwa meninggalkan semua itu termasuk kehanduran dan kebinasaan jika dia biasa melaziminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/530)
Ayat di atas menandakan bahwa jalan kemulian umat ini tidak bisa dipisahkan dari amal jihad fi sabilillah. Ketika umat ini mengabaikan seruan jihad dan lebih memilih untuk memperbaiki dunianya yang sementara, maka Allah Ta’ala hinakan kehidupannya. Dan dalam ayat di atas Allah Ta’ala katagorikan sebagai bentuk dari menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan.
Kesepakatan pelucutan senjata para mujahidin juga bertentangan dengan prinsip i’dad yang ada di dalam Islam. Terlebih jika sudah diketahui sebelumnya bahwa kesepakatan melucuti senjata mujahidin menjadi cara musuh untuk merebut daerah kontrol mujahidin secara perlahan. 
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya…”(QS. Al-Anfal: 60)
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan, “Maknanya adalah menyiapkan segala apa pun yang mampu disiapkan. baik kekuatan akal, fisik, segala bentuk persenjataan dan sebagainya yang bisa membantunya untuk berperang. sehingga termasuk di dalamnya segala bentuk jenis industri senjata, senapan mesin, pesawat tempur, kendaraan darat, kapal, benteng, kastil, parit, mesin pertahanan, pikiran dan politik yang digunakan kaum muslimin dan menghalau kejahatan musuh mereka, belajar melempar, keberanian dan manajemen.” (Tafsir As-Sa’di, 3/627)
Kesimpulannya, melucuti senjata atau menyerahkannya kepada musuh akan menjadikan jalan jihad semakin buntu. Sehingga harapan untuk menciptakan kesejahteraan dan keamanan hanya terpaku mengikuti strategi atau cara yang telah dirumuskan musuh. Tentunya, mereka menginginkan umat Islam tidak lagi menghidupkan syariat jihad dengan mengangkat senjata. Sehingga apapun upaya yang mengarah ke jalan jihad mereka katagorikan sebagai tindakan ekstrimisme dan dituduh sebagai teroris yang merusak keyamanan hidup warga. Lalu apakah umat ini akan percaya dengan tuduhan tersebut atau yakin dengan petunjuk dan janji yang telah Allah tetapkan? 
Wallahu a’lamu bissowabPenulis: Fakhruddin
Editor: ArjuKesepakatan Idlib dan Pelucutan Senjata Mujahidin - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/09/30/kesepakatan-idlib-dan-pelucutan-senjata-mujahidin/

Dua Jihadis Suriah: Beda Faksi Namun Tetap Satu Misi Selasa, 16 Oktober 2018 10:00 
Foto: Jihadis SuriahKIBLAT.NET, Idlib – Abu Ilyas dan Abu Yusuf sama-sama bertempur melawan Presiden Suriah Bashar Assad. Terlepas dari perbedaan faksi, keduanya hidup di wilayah yang sama di provinsi Idlib dan telah bertempur melawan musuh yang sama.
“Yang penting kita melawan musuh yang sama,” kata Abu Ilyas (40) anggota kelompok Failaq Syam yang didukung Turki. “Di rumah, kami bertukar keterampilan militer dan informasi, dan mendiskusikan adegan Suriah.”
Abu Yusuf (27), anggota Haiah Tahrir Syam (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhah Nusrah, percaya bahwa “nilai kesepakatan” antar mereka lebih besar daripada “nilai pembagian”. “Kami ini satu agama, satu negara dan satu tujuan,” katanya.
Perjalanan paralel mereka melalui perang sipil yang dimulai di Suriah pada tahun 2011, menggambarkan rumitnya penklasifikasian pejuang yang dianggap “radikal” dari mereka yang lebih moderat. Ini adalah tugas yang dihadapi Turki karena berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan Rusia atas Idlib, yang merupakan bagian dari busur wilayah yang dikuasai oposisi di perbatasan Turki.
Provinsi tersebut adalah bagian dari benteng terakhir oposisi di Suriah. Idlib efektif -setidaknya untuk saat ini- berada di zona pengaruh Turki di bawah kesepakatan yang dicapai bulan lalu.
Rusia mengharapkan Turki untuk melakukan klasifikasi pejuang, di mana mereka yang “radikal” diminta meninggalkan zona demiliterisasi yang baru dibuat di garis depan dengan pasukan rezim Assad pada Senin. Turki mengatakan “pejuang moderat” dapat tetap di tempat mereka.
Kelompok-kelompok yang didukung Turki, berkumpul di bawah payung Jabhah Wathaniyah li Tahrir, mengatakan mereka akan bekerja sama dengan Turki, meskipun ada beberapa was-was.
Bagian yang lebih sulit bagi Turki adalah membawa para jihadis ke garis depan, terutama pejuang asing yang diperkirakan berjumlah ribuan. Presiden Tayyip Erdogan menyarankan agar HTS dapat bekerja sama. 
BACA JUGA  Langgar Kesepakatan, Rezim Suriah Serang Desa-desa Idlib
Dalam komentar pertamanya tentang kesepakatan itu, HTS mengatakan pada hari Ahad bahwa pihaknya menyambut upaya untuk melindungi “wilayah yang dibebaskan” dari serangan. Namun HTS juga memperingatkan akan “tipu daya” Rusia.
Kelompok itu mengatakan tidak akan menyerah untuk berjihad dan berjuang menggulingkan Assad, selain memberikan pujian terhadap jihadis asing. “Kami tidak akan melupakan mereka,” kata kelompok itu.
Pengalaman Abu Yusuf dan Abu Ilyas menunjukkan bahwa batas antara oposisi “radikal” dan “moderat” tidak selalu mudah ditarik. Abu Ilyas adalah seorang pengacara terlatih dengan tujuh anak yang bekerja sebagai pegawai pemerintah ketika konflik dimulai. Dia mengambil bagian dalam protes pertama terhadap Assad di kota kelahiran saudara laki-laki di Deir Zour di Suriah timur.
“Itu adalah hari-hari yang tak terlupakan. Perasaan itu sangat aneh bagi kami -bahwa kami berada di Suriah dan pergi keluar sebagai protes terhadap rezim dan keluarga Assad,” katanya.
Sementara Abu Ilyas mengangkat senjata bersama kelompok Tentara Pembebasan Suriah (FSA) sejak awal perang. Setelah merebut wilayahnya, militan ISIS menghancurkan rumahnya di Deir Zour dengan bahan peledak.
Abu Yusuf, yang tidak menikah, adalah seorang pelajar ketika konflik dimulai. Dia bergabung dengan Jabhah Nusrah ketika pertama kali muncul di Deir Zour. Keduanya bertempur melawan ISIS ketika kelompok itu menyerang Suriah timur pada tahun 2014 dan pergi ke utara dengan keluarga mereka ketika ISIS menaklukkan daerah tersebut. Sesampai di sana, Abu Ilyas bergabung dengan Failaq Syam dan menyebut posisinya di Turki sebagai salah satu atraksi.
Failaq Syam memiliki hubungan dengan cabang Ikhwanul Muslimin Suriah, yang menumpas pemberontakan di tahun 1980-an dan dianggap sebagai kelompok teroris oleh rezim Assad. Dekat dengan Turki, Failaq Syam juga merupakan salah satu penerima bantuan yang disalurkan melalui program Central Intelligence Agency AS.
HTS telah bentrok beberapa kali dengan pemberontak lain di barat laut dan menghancurkan beberapa faksi yang didukung asing. Keduanya selalu berada di luar masalah ini, meskipun permusuhan membentang jauh di antara para jihadis dan beberapa oposisi Idlib.
Ketegangan di Idlib telah berkurang akhir-akhir ini. Oposisi membentuk “ruang operasi” bersama untuk mengantisipasi serangan pasukan rezim Suriah di tengah kesepakatan Turki dan Rusia.
Perjanjian antara Turki dan Rusia dinggap bisa menstabilkan peta konflik Suriah untuk beberapa waktu mendatang. Meskipun di sisi lain, Assad masih bersumpah untuk mengambil kembali daerah itu. Namun kampanye Idlib tanpa dukungan Rusia tidak lah terlalu berpengaruh.
Menulis di Wall Street Journal bulan lalu, Erdogan mengatakan “oposisi moderat” harus menjadi bagian dari “operasi kontraterorisme internasional” yang akan menargetkan “elemen teroris dan ekstremis” dan “membawa ke “pengadilan pejuang asing”.
Abu Yusuf melihat konspirasi untuk melemahkan pemberontakan dengan membagi pasukan oposisi. “Perjanjian Rusia-Turki adalah taktik untuk menyelesaikan apa yang tersisa dari area yang dipegang oleh revolusi,” katanya. “Kita harus bergantung pada diri kita sendiri, dan tidak ada orang lain.”
Meskipun ia yakin terhadap upaya Turki, Abu Ilyas juga khawatir. “Hubungan Failaq Syam dengan Turki mengamankan banyak manfaat bagi kawasan… tetapi kami khawatir orang Turki akan jatuh ke perangkap Rusia yang bertujuan untuk melucuti senjata HTS,” katanya.
Sumber: Middle East Monitor
Redaktur: Ibas FuadiDua Jihadis Suriah: Beda Faksi Namun Tetap Satu Misi - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/16/dua-jihadis-suriah-beda-faksi-namun-tetap-satu-misi/

Pemerintahan Sipil di Idlib Umumkan Bendera Baru, Begini Bentuknya Selasa, 13 November 2018 11:00 
Foto: Bendera baru revolusi Suriah untuk pemerintahan di Idlib
KIBLAT.NET, Idlib – Pemerintah Penyelamat, pemerintahan yang mengelola provinsi Idlib, pekan ini, meresmikan bendera baru bagi identitasnya. Bendera itu terdiri dari empat warna, yang mencampurkan bendera revolusi dan Islam, dengan tertera kalimat Tauhid.
Adopsi bendera baru sesuai putusan Komite Pendiri, yang membentuk Pemerintah Penyelamat. Bendera ini akan dijadikan bendera resmi di wilayah-wilayah yang sudah dibebaskan.
“Menggunakan satu bendera di wilayah-wilayah yang sudah dibebaskan. Bendera itu terdiri dari empat warna; hijau di bagian atas, putih di tengah dan hitam di bagian bawah,” kata pernyataan Komite Pendiri.
Di bagian warna putih, lanjutnya, terdapat tulisan Laa Ilaaha Illa Allah Muhammad Rasulullah berwarna merah.
Pernyataan itu menjelaskan, bendera baru ini merupakan bendera revolusi dengan mengubah tiga binta di tengah menjadi tulisan dua kalimat syahadat.
Peresmian bendera pemerintahan di Idlib ini dilakukan di saat Turki dan Rusia menjalankan perjanjian di provinsi terakhir oposisi Suriah itu. Perjanjian itu telah menuju pada pembentukan pemerintahan sipil di wilayah Suriah utara.
Pemerintah Penyelamat dideklarasikan pada November 2017. Tak ada campur tangan asing dalam pemerintahan ini. Pemerintahan ini juga satu-satu pemerintahan sipil yang dibentuk dan dideklarasikan di dalam Suriah.
Sejumlah pihak menuding, pemerintahan ini merupakan kepanjangan dari Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS), yang mengontrol mayoritas Idlib. Namun pihak-pihak yang bergabung dalam pemerintahan itu tidak hanya dari HTS melainkan dari semua kalangan.
Sumber: Enabbaladi.netRedaktur: Sulhi El-IzziPemerintahan Sipil di Idlib Umumkan Bendera Baru, Begini Bentuknya
https://www.kiblat.net/2018/11/13/pemerintahan-sipil-di-idlib-umumkan-bendera-baru-begini-bentuknya/

HTS Gelar Latihan Militer di Pedesaan Idlib Kamis, 8 November 2018 08:38 

KIBLAT.NET, Idlib – Gerakan Haiah Tahrir Al-Syam (HTS) menggelar latihan militer di wilayah pedesaan barat Idlib. Hal itu diketahui dari foto-foto yang dirilis gerakan tersebut pada Rabu (07/11).

Dalam rilisnya, HTS melihatkan pasukan khususnya tengah mempraktikkan berbagai strategi tempur. Dalam latihan tersebut, pasukan HTS terlibat menggunakan senjata berat, menengah dan ringan.

HTS tidak mengungkap detail lokasi latihan. Sehingga belum diketahui apakah latiha itu digelar di zona demiliterisasi atau tidak. Seperti diketahui, mayoritas pejuang HTS menolak meninggalkan zona demiliterisasi yang didirikan Rusia dan Turki.

Sementara sejumlah sumber menyebutkan latihan itu digelar di wilayah Zabal Zawiyah di pedesaan Idlib, yang termasuk zona demiliterisasi.

HTS merupakan faksi yang paling diperhitungkan dalam persoalan Idlib. Kelompok tersebut mengontrol mayoritas provinsi terakhir oposisi Suriah itu. Di sisi lain, AS dan PBB telah menganggap HTS kelompok teroris karena evolusi dari Jabhah Nusrah, yang masuk dalam daftar kelompok teroris PBB.




Sumber: Enabbaladi.net
Redaktur: Sulhi El-Izzi
HTS Gelar Latihan Militer di Pedesaan Idlib
https://www.kiblat.net/2018/11/08/hts-gelar-latihan-militer-di-pedesaan-idlib/

Memutar Balikkan Fakta Suriah, Mendistorsi Narasi Khilafah Jum'at, 9 November 2018 20:38
Foto: Suriah (ilustrasi)Oleh: Saifullah Al-Maslul
KIBLAT.NET – Apa yang terbayang di benak kita saat mendengar kata Suriah? Bagi sebagian orang, Suriah adalah tentang bumi Syam yang penuh keberkahan. Bumi dimana Nabi Isa ‘alaihissalam akan turun dari langit untuk membunuh sang durjana bermata satu, Dajjal, yang memanipulasi kebenaran dan memperdaya masyarakat awam.
Bagi sebagian yang lain, Suriah adalah tentang negara yang hari ini sedang dilanda konflik dan kekacauan. Ratusan ribu nyawa melayang. Jutaan warga mengungsi, kehilangan tempat tinggal.
Bagi mayoritas masyarakat dunia hari ini, bayangan kedua mungkin lebih kuat dibenak dibanding pilihan pertama.
Suriah pun dibajak sebagai propaganda untuk menjual ketakutan. #JanganSuriahkanIndonesia, begitu ancaman ketakutan yang digaungkan. Dari pejabat publik, media, hingga elemen masyarakat yang tergalang memainkan narasi yang sama. Cerita tentang Suriah diracik sebagai cerita tentang penggunaan Islam dan ajarannya sebagai sumber kekacauan. Suriah menjadi justifikasi bahwa Islam dan ajarannya, jika dibawa ke ranah politik, akan membawa kepada konflik dan perpecahan. Syariat Islam dikebiri, khilafah didistorsi, jihad dikriminalisasi. Ide tentang khilafah dibelokkan, terbatas pada praktik yang dilakukan ISIS, bukan pada bagaimana Islam mengajarkannya, Rasulullah SAW memerintahkannya, dan para Sahabat mempraktikkannya.
Namun, benarkah demikian realitanya? Bagaimana jika apa yang selama ini diceritakan kepada kita, lewat narasi dan propaganda yang ada, bukanlah kenyataan yang sebenarnya? Untuk itu, kita perlu tahu bagaimana konflik ini bermula, dan siapa pembuat kerusakan terbesar yang sebenarnya.
Kronologi Konflik Suriah
Banyak yang bertanya-tanya, bagaimana malapetaka di Suriah terjadi? Bagaimana konflik itu menjadi begitu memburuk? Artikel ini menawarkan penjelasan singkat dan sederhana, tetapi sangat berharga, tentang perang Suriah. Khususnya tentang bagaimana perang ini dimulai, dan bagaimana perang tersebut beralih, pelan-pelan, dari demonstrasi damai warga Suriah hingga menjadi perang yang begitu mengerikan yang menewaskan ratusan ribu jiwa dan menyebabkan setengah dari penduduk Suriah mengungsi.
Vox Media menampilkan penjelasan kronologis tentang awal konflik Suriah. Mengutip tweet aktivis yang kini tinggal di Norwegia, Iyad el-Baghdadi, Vox Media menceritakan asal-usul perang Suriah, dan kaitannya dengan Arab Spring di kawasan Timur Tengah. Kronologi yang ia ceritakan membantu kita memahami secara lebih dalam tentang keberanian para pengunjuk rasa Suriah, apa yang dilakukan pemimpin Suriah Bashar Assad dan dunia terhadap mereka.
Penjelasan kronologis ini adalah sumber primer yang membantu mengingatkan kita tentang kejahatan rezim Assad, dan kegagalan dunia, berulangkali, untuk membantu rakyat Suriah.
Berikut kronologi awal terjadinya konflik di Suriah:
Desember 2010 / Januari 2011: Revolusi Tunisia, dan kemudian Mesir, menjadi awal Arab Spring. Diktator Tunisia digulingkan.
Akhir Januari 2011: Sekelompok pemuda Suriah berusaha mengatur demonstrasi tanggal 5 Februari 2011, namun tidak berhasil.
31 Januari 2011: Melihat peristiwa di Tunisia & Mesir, Bashar Assad mengatakan “Ini adalah saat untuk reformasi”, namun kemudian ia tidak melakukan apa-apa.
2 Februari 2011: 20 pemuda Suriah mengadakan aksi menyalakan lilin untuk mendukung revolusi Mesir. Mereka diserang dan dipukuli oleh preman.
11 Februari 2011: Husni Mubarak digulingkan di Mesir. Semua penguasa tiran di Arab melakukan tindakan yang “ekstrim”, termasuk Bashar Assad.
15 Februari 2011: Blogger remaja Tal al Mallouhi dijatuhi hukuman 5 tahun penjara karena dianggap melakukan “spionase” dalam sidang tertutup.
17 Februari 2011: Demo kecil terjadi di Damaskus, memprotes kebrutalan polisi dan korupsi.
20 Feb 2011: Blogger Ahmad Abulkheir ditangkap karena memuji revolusi Tunisia.
23 Feb 2011: Aksi solidaritas untuk revolusi Libya dibubarkan dengan kekerasan.
6 Mar 2011: Pemberontak Libya menembak jatuh dua jet tempur Gaddafi. Pilot dilaporkan memiliki paspor Suriah.
15 Mar 2011: Revolusi “resmi” dimulai. Unjuk rasa terjadi di Damaskus, Aleppo, Daraa, Homs, Banyas.
18 Maret 2011: Pasukan keamanan Suriah merespon demonstrasi damai dengan tembakan. Tiga orang demonstran di Dar’a terbunuh. Kekerasan yang digunakan oleh rezim Assad untuk menghadapi demonstrasi justru membuat unjuk rasa semakin menyebar & meningkat di seluruh Suriah. Ini dianggap sebagai tanggal aktual dimulainya revolusi.
20 Mar 2011: Kantor pusat Partai Baats di Daraa dibakar. Protes menyebar dan semakin intensif.
22 Mar 2011: Ketegangan terjadi di Masjid Omari di Daraa. 12 demonstran meninggal dan 200 lainnya luka-luka.
23 Maret 2011: Rezim Assad mulai membuat propaganda, menggambarkan protes damai tersebut sebagai konspirasi asing yang dilakukan oleh Al Qaeda.
25 Maret 2011: “Demo Jumat” pertama, di Daraa, Damaskus, Douma, Homs, Hama, Jableh.
30 Maret 2011: Assad berpidato di hadapan parlemen tentang hukum darurat. Represi terus berjalan.
31 Maret 2011: Assad membentuk “komite” untuk mempelajari pencabutan undang-undang darurat, yang telah berlaku sejak tahun 1962.
Awal April 2011: Protes berlanjut di Suriah. Demonstrasi damai, dihadapi dengan kekerasan oleh rezim.
7 April 2011: Warga Kurdi melakukan demonstrasi di Qamishli, meski ditawari kewarganegaraan oleh Assad.
8 April 2011: 23 orang dilaporkan tewas, setelah peluru tajam ditembakkan ke arah demonstran di Daraa.
12 April 2011: Rezim memulai operasi militer di kota Banias setelah adanya demonstrasi.
22 April 2011: Demonstrasi mencapai Midan, di jantung kota Damaskus. Total korban tewas pada hari itu mencapai lebih dari 80 orang.
25 April 2011: Operasi militer skala penuh dilakukan oleh tentara Assad di Daraa. Rumor tentang pembelotan mulai berkembang. Kota diblokade.
Mei & Juni 2011: Demonstrasi harian tanpa senjata di Suriah meminta Bashar untuk mundur. Tindakan represif terus berlanjut.
9 Juni 2011: Letnan Kolonel Harmoush menjadi orang pertama yang melakukan pembelotan. Video menunjukkan bahwa dia & yang lain akan “melindungi demonstrasi damai”.
Pertengahan Juni 2011: Rezim melakukan operasi militer skala penuh di wilayah utara, setelah terjadi banyak pembelotan. Kelompok revolusi mulai mengadopsi bendera Suriah pra-Baats.
8 Juli 2011: Tubuh Ibrahim Qashoush, yang menulis lagu untuk demonstrasi, ditemukan dibuang di sungai. Pangkal tenggorokannya robek.
19 Juli 2011: Demonstran tidak ada yang mau menyerah. Tank dikerahkan melawan para demonstran di Homs.
29 Juli 2011: Pembentukan The Free Syrian Army (FSA) diumumkan.
Awalnya, Revolusi Suriah tidak dimulai dengan narasi sektarian, dan sektarianisme bukanlah pendorongnya. Sektarianisme dipaksakan atasnya dikemudian hari. Assad menyerang sebuah demonstrasi damai, dan mengubahnya menjadi perang saudara yang sangat berdarah. Assad mengarahkan serangan dan pembantaian pada Muslim Sunni  untuk mempolarisasi konflik dalam bingkai agama, membalikkan dari demonstrasi publik berskala luas melawan diktator menjadi perang sektarian, dimana minoritas agama berada di pihaknya.
Bencana di Suriah sebenarnya bisa sangat dapat dicegah, jika “garis merah” dunia atas Suriah adalah tindakan rezim yang “membunuh para demonstran”, bukan “tenggelamnya anak-anak pengungsi di tengah lautan” atau “pembunuhan warga sipil dengan senjata kimia yang terlarang”. Dan sampai sekarang, anehnya, keduanya belum juga menjadi “garis merah”.
Baca halaman selanjutnya: Pembunuh Rakyat Suriah ...Memutar Balikkan Fakta Suriah, Mendistorsi Narasi Khilafah - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/09/memutar-balikkan-fakta-suriah-mendistorsi-narasi-khilafah/

Pembunuh Rakyat Suriah

“Rumit”, itulah kata yang seringkali digunakan untuk menggambarkan Suriah hari ini. Kata tersebut juga melukiskan gambaran pembunuhan massal yang terjadi di sana.Jika kita lihat di media, dan narasi yang digaungkan para pemimpin dunia, kita akan berasumsi bahwa ISIS dan kelompok Islam radikal-lah yang berada di balik semua kekerasan tersebut.

Namun, data menunjukkan realita yang berbeda—dan cukup mengejutkan.

Data ini penting, saat kita berusaha membicarakan perdamaian di Suriah. Semua upaya menghentikan kekerasan akan gagal, jika kita tidak memahami dari mana datangnya kekerasan tersebut.

Siapa yang Membunuh Rakyat Sipil Suriah?

Sejak tahun 2011 hingga 2018, menurut penelitian Syrian Network for Human Rights (SNHR), organisasi non-pemerintah yang didirikan pada tahun 2011 untuk memantau Perang Suriah, sebagian besar warga sipil Suriah justru tewas ditangan pemerintah Bashar Assad dan sekutunya (Iran dan Rusia).

Jumlah totalnya sangat mencengangkan, lebih dari 90% atau lebih dari 200 ribu jiwa. Sedangkan korban tewas di tangan ISIS, yang selama ini digambarkan sebagai monster utama, jauh berada di bawahnya, yaitu 2,39% atau sekitar 4.889 jiwa. Sedangkan kelompok lain yang dituduh radikal, Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) menewaskan 423 jiwa (0.19%).

Yang mengejutkan, dua pihak yang mengatasnamakan diri sebagai “penjaga perdamaian”, justru membunuh lebih banyak dari mereka yang selama ini dituduh “radikal dan menakutkan”. Rusia telah membunuh 6.239 jiwa rakyat Suriah (2.81%), sedangkan pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika membunuh 2.830 jiwa (1.27%).
Siapa yang Membunuh Anak-Anak Suriah?“Aku ditangkap oleh polisi Suriah dan dipenjara selama 22 hari. Aku disiksa, dan aku melihat anak-anak yang sedang sekarat. Aku mendapati luka di kaki, dada, dan punggung. Ada ratusan orang lain yang dipenjara bersamaku—aku berada di sebuah sel yang cukup besar bersama anak-anak yang lain. Yang paling muda berumur sembilan atau sepuluh tahun, mereka ditangkap. Aku dipukuli setiap hari, dan mereka juga menggunakan setrum listrik.” (Moussa, 15 tahun, sebagaimana disampaikan kepada Save The Children)
Konflik Suriah tidak hanya menyasar orang dewasa. Puluhan ribu anak-anak Suriah juga banyak yang kehilangan nyawa. Dan rezim Assad dan sekutu Irannya lagi-lagi menjadi pembunuh terbesarnya. Sebanyak 22.363 (79.9%) jiwa anak Suriah melayang di tangan mereka. Disusul Rusia yang menewaskan 1.804 anak-anak (6.44%). Sedangkan ISIS dilaporkan menewaskan 829 anak-anak (2.96%).Siapa yang Membunuh Para Wanita Suriah?
“Aku mendengar seorang wanita berteriak. Satu hari mereka membawanya ke sel kami, dan memaksanya memukuli wanita lainnya. Tubuhnya cacat dan penuh luka. Dan semuanya membiru.” (Maisa, perawat berusia 30 tahun, sebagaimana disampaikan kepada Human Rights Watch)
Suriah dinobatkan sebagai negara terburuk bagi perempuan di tahun 2018, menurut riset yang dilakukan oleh Georgetown Institute for Women, Peace and Security, bekerjasama dengan Peace Research Institute of Oslo. Para wanita Suriah mengalami pembunuhan, penangkapan, penghilangan paksa, penyiksaan sampai mati, pelecehan seksual dan pelanggaran lain yang dilakukan terhadap mereka dan hak-hak mereka, sebagai manusia dan sebagai perempuan. Mereka ditangkap, disiksa, diperkosa, dilecehkan secara seksual, kehilangan anak-anak mereka, orang tua, saudara kandung, rumah dan bahkan dipaksa untuk pindah dari satu kota ke kota lain atau ke berbagai negara.
Sejak konflik bermula tahun 2011 hingga september 2018, lagi-lagi rezim Assad dan sekutunya yang tercatat paling banyak membunuh wanita, yaitu sebanyak 21.564 (85.64%).Siapa yang Menyiksa rakyat Suriah hingga Tewas?
“Semakin aku berteriak dan menangis, semakin beringaslah dia. Begitu ia selesai menganiayaku, ia terus memukul kakiku. Aku terjatuh di lantai. Ia menendangku dengan sepatunya. Selama tujuh hari, aku tidak bisa jalan.” (Layla, 21 tahun, sebagaimana disampaikan kepada Human Rights Watch)
Penyiksaan masih terus menghantui ribuan korban yang berhasil lepas dari penjara Assad. Doctor Without Borders (MSF) mengungkapkan bahwa mereka telah merawat lebih dari 3.000 orang yang berhasil lepas dari penyiksaan sejak januari 2017.
Meskipun dalam hukum internasional praktek semacam ini dilarang, tahanan di penjara Suriah mengatakan bahwa mereka mengalami berbagai bentuk siksaan dan pelecehan setiap hari. Para korban mengalami rasa malu, depresi, inkontinensia, impotensi dan keguguran.
Penyelidik kejahatan perang dari PBB menemukan pada bulan Maret 2018 bahwa pasukan pemerintah Suriah dan milisi sekutunya memperkosa dan menyerang wanita, anak perempuan dan laki-laki.
Layla ditahan bersama suaminya, saat ia sedang hamil.
“Mereka membawa suami saya dan mulai memperkosanya di depan saya,” kata Layla dalam kesaksian yang kepada MSF. “Kemudian, mereka memperkosa saya di depannya.” Itu adalah titik balik dalam hidup kami.”
Perbuatan semacam ini termasuk dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Layla melahirkan di penjara. Ia kehilangan suaminya, dan menemukan bahwa anak-anaknya yang lain disiksa dalam tahanan.
“Aku bisa mendengar jeritan anakku ketika mereka memperkosanya, tetapi aku tidak dapat menemukan anak perempuanku. Mereka mengikat mulut mereka sehingga mereka tidak bisa berteriak. ”
“Beberapa pasien kami ditahan di penjara, dan dilecehkan secara seksual. Beberapa dibiarkan menggantung selama berhari-hari di ruang kecil yang sangat terbatas,” kata MSF.
Beberapa korban lainnya mengalami guncangan listrik di sekujur tubuh mereka.Siapa yang Membunuh Aktivis Media di Suriah?
Ketika demonstrasi dimulai pada bulan Maret 2011, rezim Assad menyadari peran penting media dalam mengekspos kejahatan dan pelanggaran mereka, serta dalam menyampaikan tuntutan masyarakat. Karenanya, mereka berusaha keras, dengan semua yang mereka miliki, untuk memblokir media Arab dan internasional. Akhirnya, para aktivis lokal beralih menuju media alternatif, melalui teknologi modern dan melalui media sosial, dengan kamera ponsel sederhana.
Rezim Assad memerangi aktivis media dengan menargetkan mereka secara langsung, melalui pembunuhan dan penangkapan. Banyak dari mereka yang meninggal setelah mengalami penyiksaan. Penyiksaan tersebut juga menjadi pesan dari rezim Assad kepada aktivis media lainnya.
Sampai Maret 2017, total aktivis media yang dibunuh oleh rezim Assad adalah sebanyak 519 orang (84.4%).Siapa yang Membunuh Tenaga Medis di Suriah?
“Aku tidak habis pikir, bagaimana seorang pilot tega menekan tombol untuk mengebom rumah sakit. Bagaimana dia tidur, bagaimana dia makan? Dan kemudian dia kembali dan mengebom orang-orang yang berusaha membantu para korban.”
Dr. Saoud, Idlib, sebagaimana yang disampaikan kepada New York TimesData tidak dapat dibantah, bahwa jika kita ingin menghentikan pembunuhan warga sipil di Suriah kita harus menghentikan kebrutalan yang dilakukan Bashar Assad dan sekutunya.
Dari fakta di atas, kita bisa menyimpulkan bagaimana konflik Suriah bermula, dan siapa pelaku pembantaian yang sebenarnya. Jika nanti ada yang berkata, “jangan sampai negeri ini seperti Suriah”, maka pelajaran yang juga bisa kita ambil dari ungkapan tersebut adalah:
tentang seorang tiran yang berkuasa puluhan tahun dengan penuh kezaliman dan ketidakadilan; tentang janji reformasi yang tidak ditepati; tentang manipulasi narasi demi melanggengkan kuasa dan ambisi; tentang labelisasi rakyat sendiri dengan tuduhan teroris dan ekstremis dalam rangka melegitimasi represi; tentang pembantaian terhadap jurnalis dan tenaga medis; tentang rakyat yang menuntut haknya secara damai untuk kemudian direspon dengan kekejaman dan pembantaian, tak peduli anak-anak, wanita hingga orang tua; tentang penyiksaan terhadap warga sipil yang menuntut haknya.
Memutar Balikkan Fakta Suriah, Mendistorsi Narasi Khilafah - Page 2 of 2 - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/09/memutar-balikkan-fakta-suriah-mendistorsi-narasi-khilafah/2/

Bashar Assad Sahkan RUU Pengawasan terhadap Para Ulama  Jum'at, 16 November 2018 13:48  
Foto: Menteri Wakaf Suriah Dr. Mohammed Abdul Sattar dan Presiden Bashar Assad.KIBLAT.NET, Damaskus – Presiden Suriah Bashar Assad telah menandatangani RUU baru yang memperluas kekuasaan sebuah kementerian pemerintah yang mengawasi urusan agama (wakaf) dan membatasi istilah ulama terkemuka di negara itu.
Draf RUU ditandatangani Assad pada hari Jumat (16/11/2018). RUU diubah oleh parlemen bulan ini setelah memicu kontroversi di kalangan warga Suriah di dalam dan di luar negeri.
Undang-undang baru memberikan kekuatan tambahan kepada kementerian wakaf di Suriah. Secara khusus, Menteri Wakaf akan memiliki peran dalam mengangkat mufti berikutnya.
Mufti sebelumnya telah ditunjuk oleh presiden, seperti halnya dengan mufti Ahmed Badreddin Hassoun saat ini, yang ditunjuk oleh Assad pada tahun 2004. Undang-undang baru juga dapat mengganti mufti dalam periode tiga tahun, di mana sebelumnya tidak terbatas.
“Menteri Wakaf sekarang akan mengawasi sekolah-sekolah agama, kepala dewan syariah, dan mengatur program keagamaan,” demikian menurut laporan France24, mengutip media pemerintah.
Undang-undang baru itu juga menetapkan bahwa para imam tidak diizinkan untuk bepergian ke luar Suriah atau menghadiri konferensi apa pun. Bahkan di dalam negeri tanpa izin Menteri Wakaf.
“Ini dalam rangka melarang pengkhotbah dan instruktur agama dari ‘memicu perselisihan sektarian’ atau ‘mengambil keuntungan dari platform keagamaan untuk tujuan politik’,” kata Kementerian.
Undang-undang itu telah memicu kontroversi bulan ini, dengan banyak yang mengatakan negara itu melampaui batas ke dalam urusan agama. Yang lain mengatakan itu adalah cara untuk mengatur wacana keagamaan untuk “memerangi ekstremisme.”
Dalam wawancara televisi baru-baru ini, Menteri Wakaf saat ini, Mohammad Abdulsattar al-Sayyed menggambarkannya sebagai “pencapaian besar”. “Ini adalah pertama kalinya ada undang-undang yang mengeluarkan kontrol dan standar untuk pekerjaan agama dan kondisi untuk menunjuk imam dan pengkhotbah,” katanya.
Namun seorang pengacara Suriah mengatakan kepada AFP bahwa undang-undang itu merupakan perluasan kendali negara yang mengkhawatirkan.
Menteri Wakaf sekarang dapat ikut campur tangan dalam kegiatan yang tidak terkait dengan administrasi kementerian,” kata pengacara, berbicara dengan syarat anonim.
Sumber: France24Redaktur: Ibas FuadiBashar Assad Sahkan RUU Pengawasan terhadap Para Ulama - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/16/bashar-assad-sahkan-ruu-pengawasan-terhadap-para-ulama/




Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :

http://peceq.blogspot.com/2018/12/syiria-diperintah-kafir-laknatullah.html

Kempen Promosi dan Iklan
Kami memerlukan jasa baik anda untuk menyokong kempen pengiklanan dalam website kami. Serba sedikit anda telah membantu kami untuk mengekalkan servis percuma aggregating ini kepada semua.

Anda juga boleh memberikan sumbangan anda kepada kami dengan menghubungi kami di sini
Barang Perang Umat Islam Jadi Bahan Kejahatan Dan Kekejian Kafir Laknatullah Nauzubillahminzalik 8740

Barang Perang Umat Islam Jadi Bahan Kejahatan Dan Kekejian Kafir Laknatullah Nauzubillahminzalik 8740

papar berkaitan - pada 29/11/2018 - jumlah : 612 hits
Arsy Grosir Fashion Apakah video ini akan membuka mata anda Arsy Grosir Fashion 12216105 948166181923793 1496255846 n mp4Apakah video ini akan membuka mata anda Apakah video ini bisa membuka hati anda Apakah video ini bisa memberi suatu ras...
Umat Melayu Islam Beransur Lemah Titah Sultan Nazrin

Umat Melayu Islam Beransur Lemah Titah Sultan Nazrin

papar berkaitan - pada 7/12/2018 - jumlah : 365 hits
Sultan Perak Sultan Nazrin Shah dalam titahnya mengklasifikasikan bangsa Melayu pada ketika ini semakin lemah lantaran empat punca utama yang mendominasi kehidupan seharian pemimpin dan rakyat Foto Bernama MELAKA Timbalan Yang Di Pertuan Ag...
China Negara Komunis Menindas Umat Islam 8707

China Negara Komunis Menindas Umat Islam 8707

papar berkaitan - pada 24/11/2018 - jumlah : 316 hits
adminweb pada 19 jam yang laluXINJIANG 14 Rabiulawal Khamis Pihak berkuasa rejim komunis China di barat laut Wilayah Autonomi Xinjiang Uyghur menjatuhkan hukuman mati ke atas seorang ahli perniagaan yang juga dermawan etnik minoriti Uyghur ...
Tun Mahathir Bukan Islam Wan Azizah Bukan Melayu Tolonglah Guan Eng

Tun Mahathir Bukan Islam Wan Azizah Bukan Melayu Tolonglah Guan Eng

papar berkaitan - pada 10/12/2018 - jumlah : 429 hits
Setiausaha Agung DAP Pusat Lim Guan Eng dan Menteri Komunikasi dan Multimedia yang juga Timbalan Pengerusi DAP Gobind Singh Deo bergambar bersama wakil wakil parti di bawah Pakatan Harapan yang hadir pada Konvensyen Biasa Negeri DAP Selango...
Mahathir Tu Bukan Melayu Ke Bukan Islam

Mahathir Tu Bukan Melayu Ke Bukan Islam

papar berkaitan - pada 9/12/2018 - jumlah : 376 hits
Diterbitkan 9 Dis 2018 1 01 petangSetiausaha Agung DAP Lim Guan Eng melihat kenyataan diucapkan pemimpin pembangkang sewaktu perhimpunan membantah Konvensyen Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Kaum semalam sebagai politik bahay...
Kebangkitan Melayu Islam Mempertahan Hak

Kebangkitan Melayu Islam Mempertahan Hak

papar berkaitan - pada 9/12/2018 - jumlah : 451 hits
Jumlah peserta Himpunan Ummah bagi membantah ratifikasi Konvensyen Antarabangsa Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Kaum di ibu negara pada 8 Dis 2018 mencecah ratusan ribu orang Ribuan peserta yang berarak dari segenap lokasi b...
Himpunan Daulat812 Manifestasi Jangan Usik Islam Melayu Dan Bumiputera Ahmad Zahid

Himpunan Daulat812 Manifestasi Jangan Usik Islam Melayu Dan Bumiputera Ahmad Zahid

papar berkaitan - pada 9/12/2018 - jumlah : 581 hits
KUALA LUMPUR 8 Dis Presiden UMNO Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi mengingatkan bahawa jangan diusik soal Islam Melayu dan Bumiputera kerana rakyat akan bangkit mempertahankan hak Katanya Himpunan Daulat 812 adalah manifestasi bahawa sekiran...
Pdrm Anggarkan Lebih 1 97 Juta Rakyat Melayu Islam Sertai Himpunan Daulat 812

Pdrm Anggarkan Lebih 1 97 Juta Rakyat Melayu Islam Sertai Himpunan Daulat 812

papar berkaitan - pada 9/12/2018 - jumlah : 925 hits
Mimpi Ngeri Kerajaan Pakatan Harapan Bermula8hb Disember 2018 pasti akan tercatit dalam sejarah Malaysia sebagai tarikh bermulanya kebangkitan orang Melayu Islam di Malaysia mula di bangkitkan dalam Dewan Rakyat pada 17hb Oktober 2018 oleh ...
Tahniah Umat Islam Malaysia

Tahniah Umat Islam Malaysia

papar berkaitan - pada 24/11/2018 - jumlah : 367 hits
Alhamdulilah Namun barang di ingat Musuh Islam tidak akan pernah berhenti dari berusaha untuk menghancurkan Agama Islam Hubaya hubaya Tapi paria hindraf tetap ada dalam kabinet tu Maknanya masih ada api dalam sekam masih ada musuh dalam sel...
Beli Rumah Lebih Jimat Dengan Kempen Hartanah Bumiputera Matrix

Natural Gas Fuel Not A Hazard

How Car Centric Planning Is Killing Malaysians

Masjid Lapangan Terbang Sultan Abdul Aziz Shah

Khutbah Jumat Jumadil Awal Tangis Ibnu Rawahah Jelang Perang Mu Tah

Tattoos Raised And Itchy

Bersatu Man Demands Dnb Exit Strategy For U Mobile

15 Playful Midcentury Kids Room Ideas For A Retro Vibe


echo '';
Senarai Lagu Tugasan Konsert Minggu 1 Gegar Vaganza 2024 Musim 11

Info Dan Sinopsis Drama Berepisod Dhia Kasyrani Slot Akasia TV3

Biodata Terkini Reshmonu Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Penyanyi Lagu Hey Waley

Gegar Vaganza 2024 GV 11 Hadiah Tiket Peserta Juri Format Pemarkahan Dan Segala Info Tonton Live Di Astro Ria Dan Sooka

6 Janji Donald Trump Kalau Dia Naik Jadi Presiden Semula


Kelas Tauhid Bersama Sofea

Flexibility In Business Operations

Semua Ni Sebab Chagee

Takwim Persekolahan Sesi 2025 2026

Buat Sendiri Roti Arab Lembut Gebu Sekali Hadap Boleh Habis 3 Keping

Sihir Ep1