Kisah Pecinta Nabi Yang Dipotong Lidahnya
PECINTA NABI YANG DIPOTONG LIDAHNYA
Kajian untuk para santri. Kenapa kok kita harus ber kolusi dengan Kanjeng Nabi demi memuji Allah? Nggak usah di jawab. ancen maqom kita ini kan maqom terendah too loor... tidak seperti orang-orang yang langsung ingin bertemu dengan Allah. kita ini manut miturut dawuhe Njeng Nabi, maka sudah sepantasnya begitu mata kita melek bangun tidur yang diingat cuma kanjeng Nabi yang demi dirinya kita rela berebut kasih sayangnya.
Di era Kekhalifahan Sayidina Ali KW. Ada seorang penyair hebat dari Quwait yang selalu memuji Rasulullah setiap ia menziarahi makam Kanjeng Nabi setiap tahunnya.
Nama lengkap Penyair Arab sejak usia 15 tahun ini adalah Hammam bin ghalib Abu Airas yang biasa dikenal dengan sebutan Al-Farazdaq, hidup sekitar tahun 641 H. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib Karromallohu wajhah. Ia lahir di Khadimah, (Kuwait) dan tinggal di Bashrah.
Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah ﷺ dan membaca syair di makam baginda Rasulullah ﷺ dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan syair pujian yang dilantunkannya.
Setelah selesai membaca puisi, salah orang yang ada di dekat makam Rasulullah ﷺ itu mendekati Syekh Farazdaq dan mengajaknya untuk makan siang ke rumahnya.
Beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah al-Munawwarah sampailah keduanya di rumah yang dituju.
Sesampainya di dalam rumah, orang tersebut memegang Syekh Farazdaq dan berkata : “Sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Nabi Muhammad ﷺ, dan sengaja aku membawamu kemari untuk menggunting lidahmu!.”
Maka dengan rasa emosi yang tinggi tiba-tiba orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya seraya berkata : “Ambillah potongan lidahmu ini dan pergilah untuk kembali memuji Muhammadﷺ mu”
Maka Syekh Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak boleh lagi membaca syair untuk Sayyidina Muhammad ﷺ.
Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah ﷺ seraya berdoa : “Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan syair untuknya, maka biarkan aku tidak lagi boleh berkata-kata seumur hidupku, karena aku tidak memerlukan lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji Nabi-Mu. Namun jika Engkau dan Nabi-Mu ridho, maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula.”
Beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi berjumpa dengan Rasulullah ﷺ yang berkata : “Aku suka mendengar syair-syair-mu, berikanlah potongan lidahmu.” Lalu Rasulullah ﷺ mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada tempatnya semula.
Ketika Syekh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti sediakala, maka beliau pun bertambah dahsyat memuji Rasulullah SAW. ﷺ
Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah ﷺ dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah ﷺ. Dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu.
Sesampainya di rumah anak muda itu, beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu pernah beliau datangi lalu lidah beliau dipotong. Anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada seekor kera yang sangat besar dan kelihatan sangat ganas, maka anak muda itu berkata : “Engkau lihat kera besar yang ada di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dahulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah ﷻ mengubahnya menjadi seekor kera.”
Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada umat terdahulu, sebagaimana firman Allah ﷻ :
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ ( الأعراف : ١٦٦(
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina." (QS. al-A’raf ayat 166)
Kemudian anak muda itu berkata: “Jika ayahku tidak boleh sembuh, maka lebih baik Allah ﷻ matikan saja.”
Maka Syekh Farazdaq berdoa : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya.” Dan seketika itu pun Allah ﷻ mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.
Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah ﷻ mencintai orang-orang yang suka memuji Nabi Muhammad SAW. ﷺ Karena pujian kepada Nabi Muhammad ﷺ disebabkan oleh cinta
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://mbahkenyung.blogspot.com/2019/07/kisah-pecinta-nabi-yang-dipotong.html