Kisah Pasha Anak Keluarga Miskin Ditolak Di Smp Negeri Terlanjur Beli Alat Sekolah Hingga Mengurung Diri Di Kamar
Muhammad Pasha Pratama (12), warga Padukuhan Bulu, RT 05 RW 14, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, harus merasakan kekecewaan.
Kekecewaan harus dirasakannya lantaran Pasha tahu namanya tak tercantum di papan pengumuman SMPN 2 Karangmojo, Gunungkidul, DIY.
Ditambah kondisi keluarganya yang pas-pasan, membuat harapan Pashauntuk melanjutkan sekolah, pupus.
Nenek Pasha, Rebi (65), menceritakan, ibu kandung cucunya itu sudah lama meninggal dunia dan ayahnya, Sugeng, mengidap gangguan jiwa.
Sementara itu, Pasha ternyata tak seorang diri. Romi Kurniawan (12), yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pasha, sempat ditolak di SMPN Karangmojo.
Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya lebih baik dari Pasha, Romi akhirnya mendaftarkan diri di sekolah swasta. Berikut ini fakta lengkapnya:
1. Kondisi Keluarga Pasha
Pasha hanya bisa tertunduk malu ketika para wartawan berkunjung ke rumah sederhana milik kakek dan neneknya di Padukuhan Bulu.
Dia masih tampak kecewa karena tidak bisa masuk ke SMPN 2 Karangmojo.
Padahal, sekolah tersebut hanya berjarak 2 kilometer dari rumah kakek neneknya.
Pasha dan ayahnya, Sugeng, telah lama tinggal di rumah kakek-neneknya itu. Sugeng sendiri pun kondisinya sedang mengalami gangguan jiwa.
Sementara itu, ibu kandung Pasha telah lama meninggal dunia sejak Pasha duduk di kelas 3 SD.
Rebi sendiri hanya bekerja sebagai buruh tani tidak seberapa hasilnya.
Hal itu membuat keluarganya pasrah saat Pasha tidak diterima di SMPN 2 Karangmojo.
“Membeli air saja susah, mengingat saat ini masa kekeringan dan sulit untuk mencari air untuk pengairan,” ucap Rebi.
2. Pasha Menangis Saat Lihat Pengumuman
Pasha menceritakan, saat dirinya bersama teman-temanya mendaftar ke SMPN 2 Karangmojo, ada harapan besar dirinya akan diterima.
Selain nilai yang lumayan bagus dan jarak rumah dengan sekolah tersebut sudah sesuai aturan sistem zonasi, maka Pashap pun lebih yakin akan bisa bersekolah lagi.
Namun, saat hari pengumuman dan melihat namanya tak tercantum, Pasha pun menangis sedih.
“Saya cari nama saya di papan pengumuman kok tidak ada, ternyata saya tidak diterima dan itu rasanya sedih sekali.
Tapi teman saya yang nilainya lebih rendah dan rumahnya lebih jauh (dari SMP N 2 Karangmojo) malah keterima.
Itu yang membuat saya kecewa, padahal nilai saya tidak begitu buruk yaitu 15,83 dan teman saya yang nilainya 13 malah keterima,” ujarnya.
3. Sudah Siapkan Alat Sekolah Dari Hasil Menabung
Semangat Pasha ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP memang terlihat saat dirinya sudah membeli peralatan sekolah sebelum lulus SD.
Dirinya mengaku membeli peralatan sekolah tersebut dari uang hasil menabung beberapa tahun.
“Saya inginnya sekolah di SMP 2 Karangmojo, karena dekat, dan teman-teman saya juga banyak yang mau sekolah di situ,” katanya kepada wartawan di rumahnya Kamis (11/7/2019).
4. Harapan Sang Nenek Untuk Pasha
Hingga kini Pasha belum memutuskan mendaftarkan ke sekolah lain. Jarak SMP swasta yang terdekat dari rumah Pasha sekitar 5 kilometer.
Namun karena keterbatasan ekonomi, keluarga Pasha masih bingung tentang biaya sekolahnya nanti.
Rebi pun mengaku setiap hari Rebi memberi semangat pada sang cucu.
“Saya ingin Pasha sekolah,” katanya.
Sementara itu, menurut salah satu tetangga Rebu, Sarwanto, dirinya juga sering memberikan semangat untuk Pasha.
Pasalnya, sejak tidak diterima sekolah, Pasha sempat mengurung diri di rumah.
“Lalu saya tanya kalau sekolah tidak di SMP 2 Karangmojo bagaimana? Pasha mengaku bingung harus naik apa kesekolah mengingat disini tidak ada angkutan umum.”
“Sudah lama daerah sini tidak ada angkutan umum,” ucapnya.
5. Pasha Tak Sendirian, Romi pun Juga Alami Hal yang Sama
Romi Kurniawan (12), tetangga Pasha, juga tidak diterima di SMP 2 Karangmojo meski nilainya 18, karena sistem zonasi.
“Saat mendaftar posisi berada di tengah-tengah lalu lama kelamaan tergeser dan akhirnya terlempar dari SMP 2 Karangmojo.
Pilih di SMP 2 Karangmojo karena dekat dengan rumah, sedangkan tetangga ada 4 orang yang diterima di SMP 2 Karangmojo.
Nilai saya 18 dan yang diterima nilainya kurang dari saya,” ucapnya.
Namun, Roni, dirinya lebih beruntung karena keluarganya tergolong mampu.
Untuk berangkat sekolah dirinya pun diantar oleh keluarganya. Akhirnya dirinya mendaftar ke sekolah swasta di Kota Wonosari.
6. Penjelasan Dinas Pendidikan Gunung Kidul
Kepala Bidang SMP, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunung Kidul, Kisworo, mengatakan, saat pendaftaran ada 3 kriteria yang menentukan apakah siswa tersebut diterima atau tidak.
Adapun 3 kriteria itu, yang pertama diprioritaskan adalah jarak dari rumah ke sekolah, keduanya adalah umur, dan ketiga adalah saat pendaftaran.
Pihaknya sudah mendengar keluhan para siswa yang gagal masuk ke sekolah tersebut.
“Kita sudah cek langsung, dan memang ada murid yang lebih dekat dibandingkan Pasha. Kalaupun jaraknya sama kalah di usia berdasarkan berkas yang bersangkutan lebih tua tiga hari,” ucapnya.
Pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait adanya kebijakan dari pusat. Batasan usia pendaftar PPDB SMP tidak lebih dari 15 tahun.
Namun, jika rata-rata usia pendaftar adalah 12 tahun atau 12 tahun lebih 1 hari maka otomatis Pasha terlempar dari peringkatnya.
Sumber: intisari.grid.id
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/kisah-pasha-anak-keluarga-miskin-ditolak-di-smp-negeri-terlanjur-beli-alat-sekolah-hingga-mengurung-diri-di-kamar/