Opm Tpnpb Dan Tni Polri Hanya Berlindung Atas Nama Masyarakat Sipil
Kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, tetapi justru memakan korban jiwa. sebagai seorang pembela HAM, saya sangat menyesalkan perang antara OPM/TPNPB dan TNI/ POLRI. Masyarakat sipil mengalami korban jiwa, mereka jatuh ditengah-tengah konflik antara kedua belah pihak.
Saya sedikit bingung dengan pernyataan-pernyataan ke dua belah pihak. TNI/POLRI mengatakan kami melindungi Rayat. OPM/TPNPB mengatakan masyarakat adalah keluarga kami, kami tidak melakukan kekerasan terhadap mereka, musuh kami adalah TNI/POLRI.
Pernyataan seperti ini membuat kami semua bingung, mana yang benar? Saya tidak bisa percaya kedua belah pihak. Tidak percaya pada pernyataan-pernyataan seperti itu. Seolah-olah masyarakat sipil menjadi alat pembelaan kedua belah pihak.
Baca: Surat dari rimba Ndugama
Padahal yang sekarang jadi korban adalah masyarakat sipil yang sama sekali tidak berdosa atau tidak tahu masalah diantara keduanya. Nanti, kalau masyarakat sipil yang ditembak oleh anggota TNI/Polri, mereka mengatakan kami menembak OPM. Telah ada contoh. Kemarin penembakan pada tanggal 26 Februari 2020 di Kenyam, juru bicara Kodam Papua mengatakan bahwa mereka menembak 1 orang anggota OPM, sedangkan yang kena tembakan ialah seorang ibu, tembakan di leher dan meninggal tanggal 27 Februari 2020.
Saya tahu benar kejadian ini, karena saat kejadian dan 2 orang yang mengalami luka tembak dan 2 orang yang mengalami penyiksaan yang sangat tidak menusiawi, karena saya ada di Kabupaten Nduga distrik Kenyam.
Waktu saya ke Mapenduma pada 26 Februari 2019, kami bertemu dan bertanya kepada masyarakat. ,Mereka megatakan begini, “bapak kami takut keduanya, OPM dan juga TNI/Polri, karena mereka semua pegang senjata. Kalau mereka perang kami masyarakat kecil ini bisa jadi korban ditengah-tengah. sehingga kami melarikan diri bersembunyi di hutan.” Itu kata mereka. Oleh sebabnya menurut saya kedua belah pihak bukan jaminan bagi masyarakat sipil, mereka hanya jadi alat perlindungan kedua belah pihak.
Oleh sebab itu menurut saya pernyataan kedua belah pihak, sangatlah tidak tepat, kita bisa percaya kalau kedua belah pihak meminta kepada Gereja atau LSM yang independen, untuk segera memindahkan masyarakat sipil lalu OPM dan TNI/POLRI melancarkan perang ditempat yang ditentukan oleh kedua belah pihak.
Menurut saya OPM dan TNI/POLRI mengorbankan masyarakat sipil di Papua. Oleh sebab itu saya sarankan kedua belah pihak harus berdialog yang difasilitasi oleh pihak ketiga, guna mencari kebenaran, siapa benar dan siapa yang salah. Sehingga dialog harus dilakukan terbuka seperti di Aceh.
Memang kalau ada yang meragukan atau takut berdialog, pasti pihak itu sedang mengakui kesalahannya, sehingga tidak mau terbuka. Dialog penting untuk mengakhiri kekerasan.
Pertanyaan saya kenapa takut berdialog soal status Politik Papua? Kalau semua merasa sejarah itu benar?
Penulis adalah aktivis HAM, Theo Hesegem.
Sumber:https://jagapapua.com/2020/03/10/opm-tpnpb-dan-tni-polri-hanya-berlindung-atas-nama-masyarakat-sipil/
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2020/03/opmtpnpb-dan-tni-polri-hanya-berlindung.html