Monolog Jiwa Biarkan Mereka Bercakap
Monolog Jiwa — Biarkan Mereka Bercakap
Usah tersakiti dengan status orang lain. Pelihara hati, tulis bab hidupmu sendiri, dan biarkan dunia bercakap sendirinya.
Abaikan apa orang kata.
Abaikan apa orang pandang.
Abaikan apa orang anggap.
Tak semua bicara itu benar,
tak semua pandangan itu jujur,
tak semua anggapan itu tentang kita.
Usah tersakiti dengan status di media sosial—
kadang orang menulis ikut emosi,
bukan ikut hati.
Usah ditelan jika kita tersangkut
dengan cerita orang lain;
hidup kita bukan pentas mereka.
Biarkan mereka bising,
biarkan mereka sibuk membaca hidup kita
tanpa mereka sedar…
kitalah yang menulis bab seterusnya.
Langkah yang paling berat bukan untuk didengar oleh orang lain,
tapi untuk mendengar diri sendiri.
Dalam ruang sunyi itu, kita temui alasan untuk terus bangun.
Dalam kesederhanaan yang kita peluk, ada kekuatan yang tak perlu dibuktikan.
Jika rasa kecil menyelinap, bisik pada hati:
“Ini cuma awan, aku masih punya langit.”
Jika pandangan menusuk, ingat: mereka tidak berjalan di tapak kasutmu.
Jika cerita orang lain mula menjerut, lepaskan—
kerana tali yang memaut hidupmu patut ikat pada harapan, bukan gosip.
Teruskan langkah, perlahan atau gagah—apa saja kadar hatimu.
Jaga rumahmu dalam dada, siram dengan belas, sapu debu dendam.
Kalau perlu, tutup pintu sementara dari bunyi luar;
bukalah kembali bila kau sudah sedia menjawab dengan senyuman, bukan dendam.
Hiduplah untuk hal yang membuat hatimu tenang:
sebuah cawan teh di waktu pagi, tulisan yang tidak dihukum,
sahabat yang mendengar tanpa menilai, malam yang memberi ruang untuk menata ulang.
Kerana pada akhirnya, yang tinggal bukan kata orang,
tetapi kala kita mampu melihat cermin dan berkata:
“Aku buat yang terbaik untuk hari ini.”
Teruskan.
Walau perlahan—tetap berharga.
Walau sunyi—tetap bernyawa.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://belogsjm.blogspot.com/2025/11/monolog-jiwa-biarkan-mereka-bercakap.html