Kisah Okta Bocah Pencari Barang Bekas Sampai Malam Dan Rela Tidur Di Tempat Penampungan Barang
Setiap orang memiliki nasib yang berbeda-beda, ada yang memang bernasib baik dan ada pula yang harus berjuang keras terlebih dahulu untuk mempertahankan hidupnya.
Ini bukan cuman untuk orang dewasa saja, melainkan juga pengaruh terhadap remaja yang rela berjuang mandiri demi membantu perekonomian.
Semenjak pandemi Covid-19 hampir seluruh siswa di Indonesia mulai dari tingkat Sekolah Dasar, SMP, SMA/SMK hingga perguruan tinggi melakukan kegiatan belajar dengan cara daring atau mengikuti belajar sercara online.
Namun berbeda yang dialami Oktavia Larasati (8), bocah yang masih duduk di bangku kelas II salah satu sekolah dasar.
Gadis cilik tersebut terpaksa pergi dari rumahnya di daerah Jampang Kabupaten Sukabumi ke Kota Sukabumi bersama sang ibu untuk mencari barang bekas di sekitaran pusat Kota Sukabumi, Kamis, (13/8/2020)
Bocah yang tinggi badannya sekitar 120 centimer itu sering terlihat disekitaran Jalan Ahmad Yani dengan membawa sebuah alat untuk mengais barang bekas dan karung bekas yang berukuran lebih besar dibanding tubuh mungilnya.
Menjelang malam, sekitar pukul 20.00 WIB, diiringi suara lalu lalang kendaraan yang melintas, bocah yang sering dipanggil Okta itu masih tetap menyusiri barang bekas disetiap langkahnya.
Tepat disebrang Pendopo Kabupten Sukabumi, langkah kaki bocah yang menggunkan kerudung putih kumal dan jaket berwarna kuning dan biru yang sudah kotor dipenuhi debu jalan itu tampak berhenti seketika lantaran rintik hujan mulai turun di Kota Sukabumi.
Wajah Okta yang tertutup masker berwana biru itu tampak sesekali melihat keadaan langit, dan terlihat kebingungan sebab isi karung bekas yang dia bawa masih belum penuh, belum banyak barang bekas yang diperolehnya malam itu.
"Sesudah lebaran Idul Fitri kemarin sama mamah pergi dari Jampang untuk mecari barang bekas wilayah Kota Sukabumi. Sedangkan bapa tetap di Jampang untuk berkebun," ujar Okta dengan nada yang pelan
Okta merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, ketiga kakanya telah menikah dan sudah tidak tinggal lagi bersama orang tuanya. Di Jampang, Okta tinggal bersama kedua orang tuanya dan seorang kakak laki-lakinya yang juga masih bersekolah.
Selama di Kota Sukabumi, Okta bersama sang ibu tidak tinggal mengontrak maupun disaudaranya tetapi dia tidur ditempat penampungan barang bekas di Jalan Pabuaran, Kelurahan Nyomplong Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi.
"Mulai mencari barang bekas dari pagi sampai sore, terus istirahat hingga magrib lalu lanjut mencari sampai malam. Dari hasil barang bekas yang dikumpulkan itu sehari bisa mendapatkan uang Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu," katanya sambil mengenggam karung kosong yang dia bawa.
Sudah hampir tiga bulan lebih dia serta ibunya mencari barang bekas di pinggiran wilayah Kota Sukabumi. Rencananya, uang yang diperoleh itu akan digunakan untuk ongkos pulang ke Jampang dan kebutuhan sehari-hari.
Warga sekitaran Jalan Ahmad Yani sudah tidak lagi asing melihat Okta yang setiap hari selalu menelusuri sepanjang jalan protokol itu. Bahkan keberadaanya pun sering mengundang empati dan simpati warga yang bocah kecil itu.
idak jarang pedangang, warga, dan sejumlah pengendaran yang melitas Jalan Ahmad Yani sering memberikan Okta makanan, Permen hingga sejumlah uang.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://spacetion7.blogspot.com/2021/01/kisah-okta-bocah-pencari-barang-bekas.html