Kisah Nabi Yusuf Menuju Ke Mesir
KISAH NABI YUSUF BAGIAN KE-2
PERJALANAN KE MESIR
Imam As-Sudai berkata : Nabi Yusuf tinggal di sumur selama tiga hari, dan pada hari keempat datanglah rombongan pedagang dari kota Madyan hendak mengadakan perniagaan di Mesir. Mereka beristirahat di dekat sumur itu untuk memenuhi kebutuhan minumnya. Sempat juga mereka berdebat mengenai keadaan sumur tua itu, lantaran selama ini air yang ada di dalam sumur itu terasa asin, sehingga tidak pernah ada karafan / rombongan yang mengambil air tersebut. Salah satu dari mereka mencoba menimba dan merasakan airnya, ternyata rasanya tawar, tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang selama ini. Inilah salah satu irhas nabi Yusuf. Setelah tersentuh kulitnya, air yang asinpun seketika menjadi tawar lagi. Kemudian mereka mengambil air untuk memenuhi kebutuhan dalam perjalanannya ke Mesir, pada tarikan terakhir timba itu terasa berat sekali, teman-teman pun ikut menarik timba itu, setelah timba itu sampai diatas muncullah Yusuf yang bergantung disana. Mereka berkata kepada ketua rombongan“Wahai Busyro, ada anak laki-laki.”
Nabi Yusuf sempat menoleh ke sana kemari, seperti orang linglung, padahal ia sedang mengamati saudara-saudaranya yang kemungkinan mereka bersembunyi disekitar sumur itu. Setelah dirasa aman, barulah nabi Yusuf berucap kata dan menjawab semua pertamnyaan para karafan. Berbahagialah Nabi Yusuf bertemu dengan mereka, dan bukan lagi saudara-saudaranya yang hendak membunuhnya, sehingga Yusuf meminta untuk ikut bersama mereka untuk dijual di pasar kota.
Setelah yusuf pergi, Yahudza dan saudaranya datang dengan emmbawa makanan dan menaruhnya didalam timba, namun mereka tidak lagi menemukan Yusuf di dalam sumur tua itu. Mereka menduga bahwa ada karafan yang membawa pergi Yusuf, lalu mereka segera mengejarnya.
Sudara-sudara Yusuf berjumpa dengan rombongan dipertengahan jalan dan melihat Yusuf bersama mereka dan hendak meminta Yusuf kembali. Ketua rombongan, Malik bin Da’ar berkata kepada Yahudza “Rombongan kami menemukan anak ini dari dalam sumur”. Yahudza berkata “dia adalah budakku”. Mendengar kalimat yang diucapakn oleh saudaranya itu, Yusuf berdiam tanpa sepatah kata karena takut akan saudara-saudaranya.
Malik bin Da’ar berkata “akan saya beli anak ini”, maka Yaudza pun menjual Yusuf kepada Malik bin Da’ar dengan harga “tsamanin bakhsin darohima”. Dikatakan bahwa yang dimaksud krus dirham saat itu sama dengan 17 dirham, ada yang bilang 22 dirham sekarang. Mereka sepakat dengan harga tersebut dengan syarat Yusuf tidak boleh tinggal di bumi ini (wilayah Kan’an) dan Yahudza berkata kepada Malik bahwa anak ini telah melarikan diri (untuk menutupi kebohingannya).
Setelah semua urusan selesai, para kafilah itu melanjutkan perjalanannya menuju Mesir dengan menunggang kuda sedangkan Nabi Yusuf mengendarai unta.
Ketika Yusuf melintasi makam ibunya, ia berhenti hendak menziyarahi makam tersebut. Penjaga Yusuf melapor kepada Malik, bahwa “Yusuf hilang”. Lalu mereka kembali untuk mencari Yuaus. Dan ternyata Yusuf ada di makam ibunya tersebut. Agar tidak hilang lagi, tangan Yusuf diikat dan tidak diperbolehkan berjalan di belakang rombongan dan mewanti-wanti Yusuf agar tidak mengulanginya lagi, melarikan diri dari tuannya seperti yang dikatakan Yahudza bahwa Yusuf ini adalah pelarian karena Malik khawatir akan kejadian yang tidak terduga dapat menimpa Yusuf atau siapa saja yang ada bersama rombongan tersebut.
Malik berkata “Kau ini siapa? Kenapa engkau menziyarahi makam Riha? Apakah engkau Yusuf putra Riha? Ingat!!! Seorang budak tidak memiliki ibu.”
Riha adalah nama ibu Nabi Yusuf, istri kedua dari nabi Ya’kub dan dalam perjalanan beliau melahirkan Binyamin dan mengalami pendarahan sehingga ia meninggal ditengah-tenga perjalanan menuju Kan’an. Dan saat itu usia nabi Yusuf baru 6 tahun. Riha juga saudarinya Malik bin Da’ar dari keturunan nabi Ishaq AS. Artinya Malik dan Yusuf adalah keponakannya sendiri.
Setelah rombongan sampi di Mesir, Malik memakikan pakaian yang bagus kepada Yusuf untuk dijual dipasar budak. Seluruh pengunjung pasar geger mengerubuti Yusuf, mereka saling berebut tempat demi melihat ketampanan Yusuf. Bahkan para pendeta kuli pun tertatik untuk membelinya dengan tujuan agar kuilnya ramai dikunjungi orang-orang, dan mereka menawar seharga 50 Deben (sangat murah) hingga akhirnya Putifar datang. Putifar adalah sebutan seorang perdana menteri tertinggi di kerajaan Mesir saat dan merupakan penasehat utama raja, nama aslinya Rayan bin Walid
Saat itu wajah Yusuf terlihat murung lantaran bingung akan perilaku manusia. Ini adalah pengalaman dan pemandangan pertamanya. Hingga Jibril datang menghiburnya : “Jangan suram Yusuf! hari ini adalah kesempatan mereka untuk membelimu demi uang! tapi besok, Anda akan memiliki semua dari mereka sebagai pelayan!” Yusuf bertanya “apa yang mereka inginkan dariku? mengapa mereka semua bnerkumpul di sekitar saya?” Jibril menjawab “keindahan ada pada setiap orang, tetapi tidak selalu begitu jelas! Engkau adalah sebuah simbol dari keindahan manusia! orang-orang begitu tertarik pada keindahan dari luar & dalam” Yusuf bertanya lagi “Mengapa mereka bersedia untuk membayar untuk keindahan tapi tidak setelah menemukan keindahan dalam diri mereka sendiri?” “Untuk menjangkau dan memahami keindahan yang berasal dari dalam, keinginan jiwa yang tidak bersalah! namun keberadaan fisik ketampananmu yang tak terhalang oleh mata apapun! tidak semua penglihatan dapat mencapai kebijaksanaan untuk dapat melihat apa yang ada didalamnya” jawab Jibril.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://mbahkenyung.blogspot.com/2019/04/kisah-nabi-yusuf-menuju-ke-mesir.html