Kisah Dongeng Lagenda Ikan Ajaib Dan Pohon Emas
KISAH DONGENG : LAGENDA IKAN AJAIB DAN POHON EMAS
Sumber: Si Leungli - Gramedia Pustaka Utama
Alkisah pada zaman dahulu kala, di sebuah desa hiduplah tujuh orang saudari yang yatim piatu. Dari ketujuh saudari itu, hanya sang gadis bungsu yang merupakan saudari tiri. Sifat putri bungsu sangat bertolak belakang dengan keenam kakak-kakaknya.
Putri bungsu adalah anak yang rajin, jujur, baik hati, dan rendah hati. Kebalikannya, keenam kakaknya sangat sombong, pemalas, dan mudah iri hati. Setiap hari, keenam kakak yang pemalas itu selalu menyuruh adik bungsunya untuk mengerjakan berbagai pekerjaan rumah. Mulai dari mencuci baju, memasak, hingga membersihkan rumah dilakukan sang bungsu sendirian.
Seperti hari-hari sebelumnya, sang bungsu disuruh mencucikan baju milik kakak-kakaknya di pinggir sungai. Tanpa sengaja, salah satu pakaian milik kakaknya hanyut terbawa air sungai. Tak peduli seberapa keras ia berusaha menyelamatkan baju itu, tetap saja hanyut karena arus.
Sesampainya di rumah, sang kakak yang mengetahui kalau bajunya hanyut pun langsung marah-marah. “Bagaimana bisa kamu menghanyutkan bajuku?” ucap sang kakak dengan penuh amarah. Bahkan, ia sampai memukul dan menghukum adik bungsunya itu. “Kembali ke sungai sana! Kamu harus mencari bajuku sampai ketemu. Kalau tidak, kamu tak boleh pulang ke rumah!”
Dengan sedih, sang putri bungsu kemudian kembali ke tepi sungai tempatnya mencuci di siang hari. Sesampainya di sana, ia hanya bisa menangis meratapi nasibnya
Di tengah isak tangisnya, mendadak sang putri bungsu terkejut karena mendengar suara percik air. Ketika melihat ke arah permukaan sungai, sang bungsu melihat seekor ikan mas tengah melompat-lompat seolah berusaha menghiburnya.
“Siapa kamu?” tanya sang putri bungsu. “Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Ikan Mas?”
“Namaku adalah Leungli,” jawab sang ikan, “kulihat kamu sedang bersedih, Putri. Adakah yang bisa kulakukan untuk membuatmu kembali tersenyum?”
Sang putri bungsu pun menceritakan tentang pakaian kakaknya yang tak sengaja hanyut terbawa arus sungai. Ia juga menceritakan tentang kakaknya yang tak membiarkannya pulang ke rumah jika tak menemukan pakaian itu.
“Tak perlu bersedih, putri! Aku akan membantumu mencari baju itu!” ucap Leungli yang langsung masuk ke dalam sungai. Awalnya, sang putri bungsu meragukan apakah Leungli akan sungguh-sungguh mencarikan pakaian kakaknya yang hanyut terbawa air itu. Untungnya, tak berapa lama kemudian, Leungli sungguhan kembali dengan membawa sebuah pakaian.
“Apakah ini adalah baju milik kakakmu, putri?” tanya Leungli. “Benar, Leungli! Terima kasih atas bantuanmu!” sang putri bungsu pun merasa bahagia atas bantuan itu. Tanpa menunggu lama, ia pun langsung pulang ke rumah dan menyerahkan baju itu pada kakaknya.
Persahabatan Putri Bungu dan LeungliSejak saat itu, Leungli dan sang putri bungsu menjadi sahabat baik. Ketika sang putri bungsu tengah bersedih atau baru saja dimarahi oleh salah satu kakaknya, ia akan datang ke tepi sungai dan menyanyikan pantun Sunda untuk memanggil nama Leungli. Sesudahnya, ia akan menceritakan setiap masalahnya dan berkeluh hati.
Sebaliknya, Leungli tak akan ragu menghibur dan menggembirakan hati sang putri. Ia juga mengajak sang putri bermain bersama. Sebagai gantinya, si bungsu akan menyisakan nasi jatah makannya untuk dibagikan dengan Leungli. Kini, sang bungsu tak lagi terlihat muram karena sering disuruh-suruh dan dimarahi oleh keenam kakaknya.
Tentu saja hal itu membuat keenam kakaknya penasaran. Apalagi, kini si bungsu jauh lebih menurut dan bersedia pergi ke sungai untuk mencuci. Wajah sang bungsu pun terlihat lebih gembira.
Karena penasaran, suatu hari setelah menyuruh putri bungsu mencuci baju, keenam kakaknya memutuskan untuk membuntuti. Diam-diam, mereka mengikuti sang adik dan menemukan keberadaan sang ikan ajaib bernama Leungli.
Kakak-kakak yang memiliki sifat iri dengki itu pun kemudian bersiasat untuk menangkap sang ikan ajaib. Mereka tak ingin sang bungsu mendapatkan kebahagiaan sedikitpun. Sesudahnya, mereka juga memperhatikan setiap hal yang dilakukan sang bungsu untuk memanggil Leungli.
Akal Muslihat Keenam Kakak Si Bungsu
Keesokan harinya, sebelum si bungsu mencuci baju, keenam kakak itu datang ke sungai dengan membawa sepincuk nasi hangat. Sesudahnya, salah satu kakaknya mencelupkan rambutnya ke dalam air sungai, sementara kakak yang lain menyanyikan tembang pantun untuk memanggil Leungli.
Tak berapa lama kemudian, Leungli tertipu dan keluar ke permukaan sungai. Di situ, rupanya para kakak sudah menyiapkan jaring untuk menangkapnya. Dan benar saja, Leungli langsung masuk ke dalam perangkap dan tak bisa melarikan diri meskipun berusaha memberontak. Sesudahnya, para kakak membawanya pulang.
Siang harinya, saat akan mencuci baju, seperti biasanya Leungli membawa sisa nasinya ke pinggir sungai. Setelah sampai di pinggir sungai, ia pun meletakkan sisa nasinya ke dalam pinggir sungai dan mencelupkan ujung rambutnya ke dalam sungai. Namun, betapa terkejutnya ia ketika Leungli tak juga terlihat wujudnya setelah ia membacakan pantun Sunda.
Ia menunggu beberapa saat dan kembali membacakan pantun Sunda lalu memanggil nama Leungli berulang kali. Panggilan yang awalnya terdengar ceria itu lama kelamaan menjadi terdengar frustasi. Dengan penuh kesedihan, si bungsu pun kembali pulang ke rumahnya. Keceriaan dan kegembiraannya kini menghilang sudah.
Keterkejutan Si BungsuSesampainya di rumah, seperti biasa ia langsung menuju ke arah dapur untuk membantu memasak. Namun, tidak seperti biasanya, saat itu masakannya sudah matang. Bahkan kakak-kakaknya langsung menyuruh si bungsu untuk ke meja makan dan makan siang bersama. Awalnya, tak ada kecurigaan yang terlintas di pikiran si bungsu.
Namun, betapa terkejutnya ia ketika mendapati sisik ikan mas dan tulang ikan di salah satu piring. Si bungsu pun akhirnya menyadari kalau rupanya kakak-kakaknya yang jahat itu telah memasak sahabatnya untuk makan siang.
Sembari menangis sedih, si bungsu membawa sisa-sisa tulang dan sisik Leiungli untuk dikuburkan di kebun halaman belakang rumahnya. Kini, si bungsu tak lagi memiliki sahabat tempatnya berkeluh kesah dan kembali merasa ceria.
Anehnya, beberapa hari kemudian secara ajaib muncullah sebuah pohon emas di atas kuburan Leungli. Pohon tersebut memiliki batang emas, berdaun emas, dan berbuah intan permata.
Kakak-kakak si bungsu pun ikut merasa senang. Beberapa kali mereka berusaha untuk mengumpulkan buahnya atau memetik daunnya. Menariknya, siapa pun kecuali si bungsu akan gagal saat berusaha memetiknya. Jika ada yang memaksa, nantinya daun atau buah yang dipetik pasti akan berubah menjadi debu dan musnah.
Kabar tentang Pohon EmasInformasi tentang keberadaan pohon emas ajaib itu pun sampai tersebar ke mana-mana, termasuk ke kerajaan. Bahkan, para pangeran sang putra mahkota yang berparas tampan pun penasaran dan ingin melihat pohon tersebut secara langsung.
Pada suatu hari yang cerah, dengan ditemani oleh para pengawalnya, salah satu putra mahkota datang ke rumah si bungsu. Tujuannya adalah untuk melihat pohon tersebut dan bertanya tentang asal usulnya.
Awalnya, para kakak yang melihat kedatangan sang pangeran langsung berebut ingin mengobrol. Namun, ketika pangeran bertanya tentang kebenaran pohon emas, tak ada satu pun dari para kakak itu yang bisa menjelaskan. Dengan tegas, sang pangeran meminta siapa saja yang mengetahui kebenaran dari pohon emas itu untuk memberitahunya.
Si bungsu pun akhirnya mengajukan diri dan menceritakan tentang kisah Leungli yang sesungguhnya. Tak hanya itu, sang pangeran pun kagum akan keluhuran budi, kebaikan, dan juga paras rupawan si bungsu.
Tanpa menunggu lama, pangeran memboyong si bungsu ke kerajaan. Sesudahnya, pangeran menikahi si bungsu dan mereka pun hidup dalam kebahagiaan selamanya.
KISAH DONGENG : LAGENDA IKAN AJAIB DAN POHON EMAS
poskata
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://belogsjm.blogspot.com/2021/02/kisah-dongeng-lagenda-ikan-ajaib-dan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+blogspot%2FbXzFd+%28%23JMBELOG%29