Bima Kacep
 
  Dewi Arimbi merasa kesal hatinya karena sudah lama suaminya, Arya  Werkudara, belum kembali. Ia merencanakan akan mencarinya dengan  Kalabendana. Adiknya menyarankan agar ditanyakan kepada Batara Guru,  tentu Batara Guru mengetahui apakah ia masih hidup atau mati.  Kalabendana menolak ketika disuruh menghadap Batara Guru sendirian, ia  minta Dewi Arimbi ikut serta. Agar dapat segera sampai, maka Dewi Arimbi  didukung oleh Kalabendana dan dibawa terbang. 
 Di kahyangan Tinjamaya Dewi Uma dihadap oleh Emban Suntul Kenyut: ia  bermuran durja karena sedang jatuh cinta kepada satria Jodipati, Arya  Werkudara. Ia bingung bagaimana jika hal itu samapai diketahui oleh  Hyang Girinata. Meskipun demikian ia akan tetap mencarinya . Dalam  pembicaraan dengan pelayannya diketahui bahwa Bima (Arya Werkudara)  sedang tidak ada di Jodipati. Ia sedang bertapa dengan cara tidur di  Pucang Sewu. Karenannya pelayannya menyarankan agar Dewi Uma menggoda  Arya Werkudara. Dewi Uma merasa lega, pelayannya tetap diminta ikut  untuk menunjukkan jalan ke Pucang Sewu. Lalu keduanya berangkat dengan  memperhatikan keempat penjuru angin dan pusatnya, demikian pula  diperhatikan barangkali terlihat sinar (teja) yang berasal dari tubuh  Bima. Ketika telah diketahui tempat pertapaan Bima, pelayanannya  menyarankan agar dapat cepat sampai ke tujuan Dewi Uma akan didukung  saja oleh Emban Suntul dan dibawanya terbang  
    Di kahyangan Junggring Selaka Batara Guru dihadap oleh Hyang  Kanekaputra serta para dewata. Batara Guru merasa terpukul dan heran  atas kepergian Dewi Uma yang tanpa minta diri. Ia menanyakan kepada  Batara Narada di mana Dewi Uma berada. Batara Narada memberitahu agar  dicari ke Pucang Sewu. Batara Guru menuruti saran Batara Narada dan  keduanya segera berangkat menuju Pucang Sewu, sedangkan para Dewata yang  lain agar menjaga kahyangan.   
    Di Pucang Sewu Arya Werkudara sedang bertapa dengan jalan tidur, ia  berada sendirian. Ia bertapa agar pada perang besar nanti dapat  memenagkan peperangan. Ia telah bertapa selama lima belas hari dan tidak  akan berhenti sebelum keinginannya terkabul. Karena telah merasa cukup  lama namun belum ada tanda-tanda bahwa permohonannya akan terkabul, ia  merasa sedih. Karena kuatnya bertapa. Kahyangansamapi tergetar, hal itu  berakibat Dewi Uma dan para bidadari lainnya terpengaruh.   
    Dewi Uma yang didukung oleh Emban Suntul Kenyut sampai di atas Pucang  Sewu dan telah melihat sinar (teja) yang keluar dari tubuh Bima. Mereka  mencari akal bagaimana mendekatinya. Atas saran pelayannya, Dewi Uma  memberanikan diri menuju tempat Bima bertapa. Dewi Uma memegang kakinya  untuk membangunkannya. Bima terkejut karena merasa kakinya oleh seorang  wanita, heran sekali marena yang menungguinya seorang bidadari. Bima  lalu menanyakkan apakah yang dikehendaki (Dewi Uma). Dewi Uma menjawab  bahwa ia ingin membantu terlaksannya keinginan Bima, sebaliknya Dewi Uma  menanyakan  apa keinginan Bima sehingga ia melakukan tap tidur itu.  Bima menjawab agar ia dapat memenangkan perang yang akan terjadi. Dewi  Uma sanggup membantu terlaksananya hal itu dengan disaksikan oleh  embannya . Bima merasa tertarik  Kepada Dewi Uma karena Dewi Uma sengaja  menggodanya. Keduanya lupa diri.   
    Batara Guru yang sampai di tempat itu amat marah karena menemukan  mereka sedang memadu kasih. Dengan membawa pusaka Kyai Cis Jaludara  Batara Guru mendekati mereka agar berpisah, namun keduanya tidak dapat  berpisah. Maka pusaka Cis Jaludara itu dikenakan antara keduanya, dengan  tak disangka-sangka senjata itu memotong  phallus Bima yang karena  mantra Batara Guru berubah menjadi senjata Angking Gobel. Bima merasa  malu sekali, demikian pula Dewi Uma. Bima minta ampun kepada Batara Guru  dan berjanji tidak akan berbuat demikian lagi. Bima lalu disuruh  kembali ke negaranya. Demikian pula Dewi Uma kembali ke Suralaya; ia  hamil dan nanti melahirkan anak yang dinamakan Bimadari, anak inilah  nanti yang akan menolong Bima dalam perang besar Barata.   
    Batara Guru menjelaskan kepada Batara Narada bahwa Angking Gobel itu  nanti dapat dipakai untuk membaasmi hama padi Ginjah Klepon.   
    Setelah Bima dan Dewi Uma pergi, Batara Guru menanyakan kepada Batara  Narada bagaimana caranya dapat membalas dendam. Batara Narada  menyarankan agar Batara Guru menggoda Dewi Arimbi, apalagi Bima sudah  tidak mempunyai kejantanan lagi. Batara Guru menurut akan nasehat Batara  Narada,namun di mana ia dapat menemui Dewi Arimbi ? Batara Narada  mengatakan bahwa Dewi Arimbi yang ditinggal Bima sekarang sedang  mencarinya bersama Kalabendana. Batara Guru harus mencarinya, dan agar  keinginannya terlaksana ia harus mengubah diri menjadi Bima, Batara  Narada memisahkan diri agar Batara Guru dapat menggoda Dewi Arimbi.   
    Kemudian mereka bertemu, Dewi Arimbi didukung oleh Kalabendana,  Kalabendana merasa girang sekali ketika malihat Bima (gadungan) itu.  Demikian juga Bima (gadungan), ia memberitahu agar Kalabendana  memisahkan diri. Dewi Arimbi yang merasa telah lama tidak bertemu dengan  suaminya , tidak menolak ketika diajak memadu kasih oleh Bima, tanpa  mengetahui bahwa itu Bima gadungan.   
  Ketika Bima (yang asli) lewat di tempat itu, ia marah sekali melihat  Dewi Arimbi bersama Bima (yang lain). Dewi Arimbi juga heran mengapa ada  dua Bima. Kadua Bima itu lalu bertengkar dan berkelahi. Lama kelamaan  Bima gadungan tidak dapat menghadapi Bima asli, sehingga ia berubah  kembali menjadi Batara Guru. Bima terkejut dan bertanya mengapa Batara  Guru menginginkan isterinya. Dijawab oleh Batara Guru bahwa perbuatannya  itu hanya untuk membalas dendam. Setelah jelas persolannya, mereka  semua pulang ke tempat masing-masing.   
			
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang : 
https://ambooyat5.blogspot.com/2020/04/bima-kacep.html