Virus Demam Babi Afrika Mengancam Indonesia Ini 5 Fakta Ancamannya
Pada tahun ini, di sejumlah wilayah Asia diserang virus demam babi Afrika atau Virus African Swine Fever (ASF).
Namun, apakah wilayah Indonesia terancam virus demam babi Afrika? Bagaimana cara virus demam babi Afrika tersebar?
Adanya Virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika saat ini menjadi perhatian khusus Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan).
Berbagai upaya pengawasan dan pencegahan pun dilakukan untuk mencegah masuknya virus ASF tersebut ke Indonesia.
Menurut Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Agus Sunanto, sisa makanan dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan, memang terdengar aneh.
Namun hasil dari pemeriksaan, kedua media itulah yang rentan membawa penyebaran virus ASF.
Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE, hampir semua negara di benua Asia sudah terkontaminasi virus ASF.
Di antaranya Mongolia (Januari 2019), Vietnam (Februari 2019), Kamboja (Maret 2019) dan Hongkong (Mei 2019).
Kemudian Korea Utara (Mei 2019), Laos (Juni 2019), Myanmar (Agustus 2019), dan Filipina (Agustus 2019).
Kini, yang terbaru adalah Timor Leste (September 2019). Berikut ini fakta selengkapnya:
1. Virus ASF Menyebar Daging Olahan Impor
Penyebaran Virus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika ke Indonesia bisa dengan cepat jika tidak ditanggulangi dengan serius.
Sebab selain penyebarannya melalui daging olahan dari luar negeri, hal ini juga bisa disebabkan dari sisa makanan yang dibeli dari luar negeri dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan dari luar negeri yang dibawa masuk ke Indonesia.
Agus mengatakan, sisa makanan dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan, memang terdengar aneh.
Nnamun hasil dari pemeriksaan, kedua media itulah yang rentan membawa penyebaran virus ASF.
“Kematian akibat ASF akibat virus (virulensi moderate) 30 sampai 70 persen hingga 100 persen dari populasi ternak babi itu sendiri,” kata Agus di Pasifik Hotel Batam, Rabu (2/10/2019).
2. Penyebaran Juga Dapat Melalui Peternak atau Petugas Kesehatan Hewan
Agus menjelaskan, untuk penyebaran virus ASF melalui daging atau produk olahan dikarenakan daging babi yang diproses dengan pemanasan yang tidak cukup.
Selain itu, sambungnya, bisa juga melalui sisa-sisa katering dan sisa makanan bawaan penumpang dan awak kabin dalam alat angkut transportasi internasional.
Baik moda kapal laut ataupun pesawat udara yang diolah dan dijadikan sebagai campuran pakan (Swill Feeding).
Kemudian, Virus ASF juga dapat terbawa oleh peternak atau petugas kesehatan hewan yang terkontaminasi seperti sepatu, baju dan lain-lain.
3. Perketat Pengawasan
Untuk mencegah virus ASF, lanjut Agus, di Kepri sendiri, Barantan melakukan pengawasan lalu lintas komoditas pertanian atau media pembawa dan juga makanan sisa dan sampah dari luar negeri di pelabuhan dan bandara yang sudah di tetapkan.
Untuk wilayah Kepri sendiri ada 3 unit kerja yang melakukan pengawasan yaitu Karantina Batam, Karantina Tanjung Pinang dan Karantina Tanjung Balai Karimun.
“Dari 3 unit kerja tersebut, meliputi wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, Moro, Parit Rempak, Sri Bintan Pura, Sri Payung Batu Enam, Sri Bayintan Kijang, Tanjung Uban, Pulau Bulan, Lagoi, Pelantar II, Batu Ampar, Telaga Punggur, Sekupang, Batam Centre, da. Harbour Bay, juga Bandara Raja Haji Fisabilillah, Hang Nadim serta Kantor Pos Tanjungpinang dan Batam,” jelasnya.
4. Virus ASF Sangat Berbahaya Bagi Peternak Babi
Agus mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pengawasan dan pencegahan masuknya virus African swine fever (ASF) atau demam babi Afrika ke Indonesia.
“Di sini kita punya peternakan babi besar, ekspornya tahun lalu mencapai 271.000 ekor, tentunya ini menjadi ancaman serius,” kata Agus Sunanto, kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan usai membuka Rapat Koordinasi Pengawasan dan Pencegahan Pemasukan Penyakit ASF ke Indonesia di Batam, Rabu (2/10/2019).
Lebih jauh Agus mengatakan, ASF sangat berbahaya bagi peternak babi.
Sebab ASF sendiri diakibatkan virus DNA genus Asfivirus, familia Asfaviridae yang dapat berakibat pada kesakitan dan kematian atau mortalitas pada ternak babi hingga mencapai tingkat 100 persen.
“Angka tersebut tentunya sangat merugikan petani atau peternak kita, juga berakibat fatal untuk nilai ekspor secara nasional,” tegasnya.
5. Jalur Ilegal di Kepulauan Riau, Jumlahnya Mencapai Ratusan Pelabuhan
Sementara tu, Kepala Karantina Tanjungpinang, Donni Muksidayan mengatakan, jumlah pintu masuk yang tidak diawasi atau jalur ilegal di Kepulauan Riau, jumlahnya mencapai ratusan pelabuhan.
Meski sering dilakukan operasi bersama Patuh Karantina yang melibatkan berbagai unsur di pelabuhan.
Namun lokasi-lokasi tersebut tetap kerap dijadikan lokasi distribusi barang dan orang antar pulau bahkan dari luar negeri.
Seperti Pelabuhan Dompak Lama, Pelabuhan Sei jang, Pelabuhan Sei Kecil dan Pelabuhan Barek Motor.
“Makanya kami berharap kerja sama dengan instansi terkait agar menertibkan aktifitas tersebut demi mencegah masuknya hama penyakit terutama dari luar negeri seperti ASF yang kini tengah mewabah dan heboh,” jelasnya.
Sumber: tribunnews.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/virus-demam-babi-afrika-mengancam-indonesia-ini-5-fakta-ancamannya/