Tiada Yang Dapat Memberikan Petunjuk Melainkan Allah Segala Puji Hanya Bagi Allah 8794
Selawat dan Salam Rasulullah ﷺ
Allah berfirman yang maksudnya:
“Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Al Imran 32)
Dalam ayat di atas ada perintah mentaati Rasul bererti perintah agar menerima hadis.
Allah berfirman yang maksudnya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat 6)
Orang fasik, Allah tidak suruh tolak bulat-bulat, sebaliknya disuruh siasat dahulu, apa lagi hadis yang merupakan perkataan seorang Rasul? Adakah wajar terus ditolak bulat-bulat lalu diborong bahawa semua hadis palsu?
Allah berfirman yang maksudnya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab 21)
Apa erti suri teladan? Bukahkah ertinya setiap perkataan, perbuatan dan diam setuju Rasulullah ﷺ itu adalah suri teladan yg baik? Dan itu bererti hadis dan sunnah Rasulullah ﷺ?
Kita menerima Al Quran adalah hasil dari bacaan dan riwayat orang yang terdahulu. Orang yang meriwayatkan Al Quran kepada kita itu semuanya percaya kepada Hadis. Tidak seorang pun yg kita dengar mereka menolak hadis. Maka jika menolak hadis seharusnya seseorang itu juga, mesti menolak Al Quran yang mereka riwayatkan?
Begitulah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi suatu musuh daripada manusia dan jin yang mewahyukan ucapan palsu yg indah-indah kepada satu sama lain untuk menipu dan sekiranya pemelihara kamu hendak tentu mereka tidak membuatnya. Maka tinggalkan mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (6:112)
Ayat 85:21. Quran itu dijaga oleh Allah. Ayat 2:27...mereka yg tidak percaya adalah kufur. Quran dtg pd kita melalui riwayat? Maksud nya sama saperti hadis dimana ayat2 nya melalui riwayat org mcm bukhari dan muslim? Siapa kah perawi2 nya ayat2 Quran? ..Kata2 "semua guru2 qiraah bersetuju hadis sebagai sumber kedua...." Sepakatan tidak boleh dijadikan hujjah. Contoh. Semua umat Kristen sepakat mengatakan nabi Isa itu anak Tuhan. Apa benarkah nabi Isa itu anak Tuhan? Ini adalah sikap dimana umat dahulu gara2 ikut jejak nenek moyang mereka menjadi sesat. Ayat Quran.."Kalo kamu ikut majoriti umat dimuka bumi ini mereka pasti akan sesatkan kamu...'" jelas sepakatan atau tawattur itu menyesatkan. Kami terima Quran bukan kerana tawatturnya tapi kerana Quran itu adalah sebaik2 kitab wahyu yg ada. Anggapan adanya double standard hanya andaian saja. Tiada yg dpt berikan petunjuk melainkan Allah. Segala puji hanya bagi Allah.
27 Feb 2014 HASRIZAL ANTI HADITH KASSIM AHMAD HANYALAH SATU DRP SUBJEK YG ADA DLMNYA22-04-2013 USTAZ HASRIZAL Tajuk : Hidup Ujian Membuat Pilihan
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (sahaja), dan jauhilah thaghut itu.” … (Annahl : 36)
MAJALAH DABIQ EDISI 11 BAHASA INDONESIA TEMA : FROM THE BATTLE OF AL-AHZAB, TO THE WAR OF COALITIONS (DARI PERTEMPURAN AHZAB, HINGGA PERANG KOALISI)Posted on 5 Mei 2018 by shoutulmowahhid
DOWNLOAD PDFTERBIT : DZULQO’DAH 1436TEBAL : 66 HALAMAN
DAFTAR ISI1. Pendahuluan2. Artikel : Aliansi Al-Qa’idah Di Syam (Bagian 4)3. Artikel : Buruknya Perpecahan Dan Taqlid4. Artikel : “Imam Mahdi” Kaum Rafidhah, Dajjal5. Artikel : Al-Wala’ Wal Barra’ Versus Rasisme Amerika6. Artikel : Bahaya Meninggalkan Darul Islam7. Sejarah : Dari Jihad Menjadi Fasad8. Wasiat Abu Sinan An-Najdi9. Kisah Syuhada : Abu Ja’far Al-Almani10. Muslimah : Jihad Tanpa Perang11. Feature : Dari Perang Ahzab Hingga Perang Koalisi12. Daulah Islam Dalam Perbincangan Musuh13. Wawancara Bersama Syaikh Abul Mughirah Al-Qahthani, Wali Wilayah Libya
DABIQ 11 – PENDAHULUAN
Bismillah. Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, juga kepada keluarga, para shahabat dan para pengikutnya. Amma ba’du.
Sebuah peristiwa yang paling memalukan pada tahun 1436H –wallahu a’lam bish-shawab– yang akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, kecuali dalam sejarah kebohongan dan legenda.
Jika seseorang mencari melalui pintu sejarah ini, mungkin dia akan menemukan hal yang paling mirip yang pernah terjadi sebelumnya adalah mitos “Paus Joan,” seorang wanita yang sepertinya telah menipu gereja pagan agar memilihnya sebagai Paus sambil menyamarkan dirinya sebagai seorang pria.
Dia diduga berhasil menipu dan memerintah para penyembah salib selama beberapa tahun sebelum kedoknya terbongkar dan meninggal tak lama kemudian …
Sosok yang paling mirip lainnya adalah “Imam Tersembunyi” milik beberapa sekte sesat termasuk Rafidhah yang percaya pada keghaiban Muhammad al-‘Askari, sekte Ismailiyah yang percaya pada keghaiban Muhammad Ibnu Ismail Ibnu Ja’far ash-Shadiq dan Druze yang percaya pada keghaiban “al-Hakim bi Amrillah” al-‘Ubaydi.
Beberapa sekte mereka bahkan percaya pada reinkarnasi dari apa yang disebut “imam tersembunyi” atau pada wakil yang bertindak atas namanya …
Ya, ini semua adalah hal yang paling mirip yang pernah terjadi sebelumnya dengan sebuah kejadian paling memalukan:
Kebohongan Akhtar Mansur, seorang laki-laki yang akrab dan disukai oleh “Inter-Service Intelligence” Pakistan (ISI, Dinas Intelijen Pakistan).
Akhtar Mansur selama bertahun-tahun telah memerintah “Imarah Islam Afghanistan” yang telah kadaluarsa [berakhir] dengan menggunakan nama orang yang telah meninggal: Mulla Muhammad ‘Umar.
Dengan memanfaatkan Kematian Mulla ‘Umar, Akhtar Mansur merilis pernyataan –baik dengan mengatas-namakan Mulla ‘Umar dan nama “Imarah”– untuk mendukung rekonsiliasi nasional dengan rezim boneka murtad Afghan.
Normalisasi hubungan dengan rezim murtad Pakistan dan angkatan bersenjatanya, memuji berbagai Thaghut Arab dan non-Arab, termasuk budak Amerika Hamad Alu Thani dan Tamim Alu Thani dari Qatar dan menyatakan bahwa musuh paling jahat Islam -Rezim Shafawi Iran- sebagai negara Muslim!
Akhtar Mansur merilis statemen yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip PBB, konvensi internasional, nasionalisme, “modernisme,” dan pasifisme, serta statemen yang mengingkari jihad ofensif dan defensif kecuali untuk perang nasionalis Afghan melawan pasukan penjajah Amerika.
Akhtar Mansur merilis pernyataan mendukung legalitas dan otoritas pemilu demokrasi thaghut di Mesir dan hasil pemilihan mereka.
Akhtar Mansur merilis pernyataan yang menyatakan bahwa Rafidhah adalah Muslim, bahkan mengutuk serangan terhadap Rafidhah Afghanistan (1).
Dan selama mereka tetap mempertahankan Thaliban, ia dan antek-antek terdekatnya –demi keuntungan pribadi dan penyimpangan parah dan atas nama Mulla ‘Umar yang telah meninggal–ia mengobarkan perang terhadap Khilafah yang memerintah dengan syari’at dan mempraktekkan al-wala’ wal bara’, sementara “Imarah” Thaliban mereka dengan tegas menolak kewajiban yang telah jelas dan pasti dari aqidah al-wala’ wal bara’ ini.
Maka menurut perkataan dan perbuatan Akhtar dan kaki-tangannya, Rafidhah dan para thaghut adalah “saudara Muslim” yang harus mereka hormati, sedangkan para pemimpin Daulah Islam dan tentaranya adalah “Khawarij” yang kepada mereka harus dikobarkan perang…
Sepanjang periode ini, berbagai cabang al-Qa’idah mengklaim bahwa mereka tidak bisa berbai’at kepada Khalifah Abu Bakr al-Qurasyi al-Baghdadi (hafizhahullah) karena Mulla ‘Umar adalah “Imam tertinggi” mereka, walau setelah bertahun-tahun para pemimpin al-Qa’idah menyatakan bahwa Mulla Umar bukanlah khalifah tetapi pemimpin untuk wilayah terbatas sebuah emirat regional (2). Hal ini ditambah dengan Thaliban yang bertahun-tahun merilis pernyataan menolak akan misi apapun di luar Afghanistan.
Mujahidin di Khurasan kemudian mulai menolak secara terbuka klaim bahwa Mulla ‘Umar masih hidup, banyak dari mereka yang yakin bahwa dia sudah meninggal hampir empat belas tahun lalu, tak lama setelah dimulainya invasi Amerika ke Afghanistan pada “akhir 2001.”
Semakin banyak para pejuang yang jujur meninggalkan barisan Thaliban Akhtar dan berbai‘at kepada Khilafah, sedangkan yang lain mulai menekan para pemimpin Thaliban untuk memberikan bukti jika Mulla ‘Umar masih hidup. Thaliban merilis statemen tertulis lain yang dibuat dengan nada nasionalis dan dialek yang mengatasnamakan Mulla ‘Umar yang telah meninggal, ucapan selamat Idul Fitri kepada umat dan mendukung rekonsiliasi nasional Afghanistan dengan rezim murtad!
Tekanan semakin membesar bahkan dari para pendukung Akhtar di dalam Intelijen Pakistan dan Afghan, sampai dia dan antek-anteknya mengakui akan kematian Mulla ‘Umar. Biro politik “Imarah” Thaliban kemudian mengumumkan bahwa Mulla ‘Umar telah meninggal tepatnya pada “23 April 2013”.
Setelah itu Muhammad Thayib Agha –kepala kantor politik dan sebelumnya dia merupakan salah satu orang yang paling dekat dengan Mulla ‘Umar– mengumumkan pengunduran dirinya dan menyatakan bahwa dirinya menganggap penyembunyian kematian Mulla ‘Umar untuk jangka waktu “dua setengah tahun” adalah sebuah “kesalahan sejarah”.Hal ini diikuti oleh pernyataan dari Zabihullah Mujahid (juru bicara resmi “Imarah” Thaliban) di mana ia mengaku bahwa mereka telah menutupi kematian Mulla ‘Umar sejak “23 April 2013”.
Dengan demikian, Mulla ‘Umar telah meninggal setidaknya lebih dari satu tahun sebelum deklarasi Khilafah dan sangat lama setelah ekspansi resmi Daulah Islam ke Syam, ini jika kita menganggap bahwa dia tidak meninggal pada tahun-tahun sebelum itu… Maka apa yang akan dilakukan oleh al-Qa’idah dan pengikutnya dalam menanggapi kebohongan ini? Apakah mereka akan bertobat dan bergabung ke dalam barisan Khilafah?
Tidak … Para pendukung Al-Qa’idah di antara mereka yang mengaku “ulama” justru menulis risalah untuk membenarkan penyembunyian kematian Mulla Umar, tanpa mengutip al-Qur’an dan Sunnah, tetapi mengutip buku sejarah tentang khalaf (generasi setelah Salaf) yang penuh dengan peristiwa yang tidak bisa diteliti keshahihannya yang secara personal bahkan tidak bisa dijadikan contoh bagi umat!
Beberapa contoh dari Salaf mereka kutip dan diselewengkan, seperti yang berkaitan dengan dirahasiakannya kematian pemimpin hanya untuk waktu yang singkat dan hanya kepada sebagian kecil tentara Muslim yang terlibat dalam pertempuran, tidak selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun dan tentu tidak kepada seluruh umat!
Para “ulama” hizbi kemudian secara ghuluw berlaku dusta demi perang dan rekonsiliasi termasuk untuk berdusta tanpa ada batasan waktu kepada Umat Muslim di seluruh dunia secara keseluruhan dari Timur jauh hingga ke Barat jauh termasuk semua cendikiawan, pemimpin, pejuang dan laki-laki, semuanya demi “Maslahat” yang didefinisikan sangat longgar.
Mereka bahkan mengizinkan untuk berpidato yang dibuat atas nama orang yang sudah meninggal hanya untuk menghalangi bersatunya umat di bawah kewajiban Khilafah dan untuk mengikat dengan rantai taqlid di atas keburukan hizbiyah (berkelompok)!
Yang lebih buruk lagi, dengan demikian “Ulama” ini telah membuka jalan bagi masyarakat untuk menolak sesuatu apapun yang ditujukan kepada mereka, karena penyimpangan sebelumnya dan justifikasi lemah yang berarti segala hal bisa menjadi kedustaan tak berujung bagi seluruh umat demi hizbiyah. Dan siapa yang tahu, mungkin beberapa dari masyarakat yang jahil akan keluar dan menyatakan bahwa Mulla ‘Umar masih hidup, tidak mati, lalu akan muncul “okultasi” baru tambahan dari apa yang diklaim oleh kaum Rafidhah dan Bathiniyah …
Kemudian tiba-tiba Azh-Zhawahiri –orang yang telah menghilang lebih dari satu tahun sejak 3 September 2014– keluar dan menyatakan bai‘at kepada si pendusta Akhtar Manshur! Ini semua dia lakukan meskipun otoritas Akhtar sangat diperdebatkan oleh banyak divisi Thaliban, termasuk yang dipimpin oleh anak Mulla ‘Umar dan saudaranya, serta sebagian lagi yang menentang rencana Akhtar untuk rekonsiliasi nasional dan normalisasi internasional.
Beberapa pemimpin Thaliban meninggalkan “Syura Quetta” di mana Akhtar menjadi “Terpilih”, keberatan dengan otoritas Akhtar dan legitimasi “Syura”nya. Para pemimpin lain mengundurkan diri dari posisi mereka –seperti Muhammad Tayib Agha, ‘Aziz ‘Abdur-Rahman, dan Nek Muhammad– sebagai protes atas kedustaan atau penolakan Akhtar atau dalam mengejar kepemimpinan!
Bagaimanapun Zhawahiri tetap berbai‘at. Pertanyaan selanjutnya adalah: Akankah domba buta di berbagai cabang al-Qa‘idah segera mengkuti dan memberikan bai‘at kepada seorang pendusta terkenal? Apakah mereka akan berbai‘at kepada seseorang yang telah menolak dasar dari al-wala wal bara‘ dan berbicara mengatasnamakan orang yang telah mati?
Apakah mereka akan berbai‘at kepada seseorang yang secara resmi mengutus delegasi politik kepada Shafawi Iran dan “Imarah” nya yang menyebut rezim Iran sebagai “Negara Islam” dan memanggil para pemimpin Rafidhah dan pengikutnya sebagai “Saudara Muslim”!
Jika mereka mau merenungkan kembali kedustaan ini, bai’at kepada tokoh penipu ini, dan kerusakan berbagai cabang mereka yang telah mengerahkan media dan militer untuk melakukan kampanye perang melawan Daulah Islam, tentu mereka akan takut terhadap hal ini semua yang bisa menjadi kemungkinan merupakan hasil dari mubahalah yang telah dideklarasikan lebih dari satu tahun lalu, tapi yang menyedihkan kebanyakan dari mereka tidak berfikir untuk diri mereka sendiri, dan membiarkan hawa nafsu mereka dan membiarkan si penggembala buta menuntun mereka. Kita memohon kepada Allah semoga melindungi kita dari keburukan hawa nafsu, taqlid, irja‘, hizbiyah dan dari Dajjal.
Catatan kaki :
1. Statemen-statemen ini dapat ditemukan di situs resmi Thaliban. Sejumlah besar statemen-statemen ini telah dikumpulkan dan direferensikan dalam sebuah artikel berjudul “Fadhihat asy-Syam wa Kasr al-Ashnam” oleh Abu Maisarah Asy-Syami.
2. Secara eksplisit hal ini telah disampaikan oleh Athiyatullah al-Libi, dan juga secara eksplisit telah dinyatakan oleh Azh-Zhawahiri dan an-Nazhari, akan tetapi sikap hizbiyah telah membutakan hati!
DABIQ 11 – ARTIKEL
ALIANSI AL-QA’IDAH DI SYAM (BAGIAN 4)
Lebih dari setahun yang lalu di tahun 1435 H, kebohongan Abu ‘Abdillah Asy-Syami dari Jabhah Jaulani disuarakan kepada dunia, “Aku melakukan mubahalah terhadap kalian (Daulah Islam) atas pengujian kalian terhadap manusia atas aqidah mereka. … Justru kalian sedang menguji manusia yang terbaik. Maksudku adalah para mujahidin dari faksi Mujahid seperti Jabhah Islamiyah, Jaisyul Mujahidin, dan lain-lain” (Al-Mubahalah).
Dia juga mengatakan, “Menggambarkan pertempuran yang terjadi sebagai pertempuran antara kelompok Daulah di satu sisi dan mereka yang berdiri dengan Jarba dan Idris (pemimpin SNC, Koalisi Nasional Suriah) di sisi lain, adalah jauh dari kebenaran. Mereka yang memikul beban terbesar perang melawan kelompok Daulah di utara adalah Jabhah Islamiyah dan Jaisyul Mujahidin … Adapun Jabhah Islamiyah dan Jaisyul Mujahidin –dua pemain utama dalam perang melawan kelompok Daulah– maka belum tetap bagi kami bukti bahwa mereka telah jatuh ke dalam kemurtadan, dan kami lebih mengerti kondisi mereka daripada kelompok Daulah karena kedekatan kita kepada mereka.” (Wa Lau Annahum Fa’alu Maa Yu’azhuuna Bih)
Sangat cepat setelah mubahalah ini, “Jaisyul Mujahidin” secara terbuka memamerkan hubungan mereka dengan kelompok sekuler Koalisi Nasional Suriah (SNC), “Pemerintah Sementara,” dan “Kementerian Pertahanan” (1). Mereka baru saja menambahkan daftar perbuatan murtad mereka dengan merilis sebuah pernyataan di mana mereka mengatakan, “Para pemimpin Jaisyul Mujahidin mengirimkan rasa belasungkawa kepada Turki, pemerintah dan rakyatnya, atas pembunuhan satu tentara Turki dan warga di tangan teroris “Tanzhim Daulah” dan partai PKK. Kami dari Jaisyul Mujahidin mengumumkan solidaritas dan dukungan lengkap kepada pemerintah Turki terhadap teroris “Tanzhim Daulah” dan partai PKK … Kami berdiri dengan negara Turki dalam satu parit dan menganggap pembunuhan ini sebagai serangan terhadap sikap Turki yang mendukung rakyat Suriah.” Mereka tidak lupa untuk menghias pernyataan mereka dengan bendera jahiliyah negara Turki!
Turki adalah salah satu anggota aliansi tentara salib NATO. Dia ikut ambil bagian dalam berbagai kampanye perang tentara salib yang diluncurkan dan dipimpin oleh Amerika, termasuk “Operasi Enduring Freedom – Afghanistan”, “Operasi Enduring Freedom – Tanduk Afrika” (di Somalia dan wilayah sekitarnya), dan “Operasi Resolve Inherent” (di Irak dan Suriah terhadap Daulah Islam). Pemerintah Turki adalah salah satu negara yang secara legislatif, eksekutif, dan hukumnya diatur dengan hukum buatan manusia. Tentaranya dirancang untuk membela thaghut Turki dan sekutu salibis mereka. Pemerintahan ini dan tentaranya adalah salah satu dari kemurtadan yang sangat jelas, namun “Jaisyul Mujahidin” berdiri dalam mendukung pemerintah Turki melawan Islam dan kaum muslimin.
Imam Muhammad ibnu Abdil Wahhab mengatakan bahwa di antara pembatal keislaman adalah “Mendukung dan membantu orang-orang musyrik memerangi kaum Muslimin. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu): mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka . Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zhalim” (Al-Ma’idah: 51)”. (Nawaqidul Islam)
Sebagaimana Jabhah “Islamiyah”, “Ahrar Syam” mewakili blok terbesar dari front yang terpecah-pecah ini. Para pemimpin Jabhah Jaulani telah berusaha keras untuk menggambarkan bahwa kelompok ini sebagai kelompok “Islam” bahkan “Jihadi”, tapi statemen terbaru dari pemimpin resminya hanya bisa membuat malu para pengklaim jihad dari Jabhah Jaulani. Dalam kenyataannya, perang dingin media sedang berkobar antara kedua belah pihak dalam cinta kepemimpinan dan kebanggaan pandangan, dan seperti es yang mencair, kedua belah pihak akan mulai saling mengirimkan sel keamanan mereka untuk menyerang secara diam-diam setiap pemimpin lawan dengan IED dan senjata berperedam, ini jika memang belum dimulai. Bagaimana pun juga, kelompok murtad “Ahrar Asy-Syam” dulunya dianggap Shahawat potensial dan proyek menyimpang dalam pembentukannya oleh para pemimpin Jabhah Jaulani.(2)
Ya, sejak diluncurkannya Shahawat Suriah, Jabhah Jaulani berupaya keras untuk menggambarkan “Ahrar Asy-Syam” sebagai “mujahidin”, hingga Jabhah Jaulani dan para “ideolog” duduk di bawah naungan Thaghut Yordania yang dipermalukan oleh artikel tak tahu malu yang dirilis oleh Labib al-Nahhas, Direktur Urusan Luar Negeri “Ahrar Asy-Syam.” Artikel terbarunya baru-baru ini(3) dirilis pada “21 Juli 2015” melalui media salibis Inggris “Telegraph” yang berjudul “Aku Orang Suriah dan Aku Berperang Melawan ISIS setiap hari. Diperlukan lebih dari sekedar bom dari Barat untuk mengalahkan ancaman ini”. Di dalamnya dia mengatakan: “Di Raqqah … warga menerima arahan (karena kelambanan Barat) dari apa yang disebut Islamic State (ISIS), itu semua hanyalah bayangan pucat dari apa yang ada saat ini, kapitalisasi di Barat telah gagal untuk memerintah Assad. Narasi propaganda mereka : Barat bersekongkol dengan Assad dan pendukung Syi‘ah Iran dalam sebuah konspirasi untuk mengalahkan dan mempermalukan Arab Sunni di wilayah tersebut…”
“Kebanyakan warga Suriah … memiliki tujuan tunggal dari revolusi yaitu kebebasan, kehormatan, dan kualitas hidup yang lebih baik. Kami di Ahrar Asy-Syam dan Grup Bersenjata Revolusi (ARGs) lainnya berjuang untuk rakyat Suriah. Kita mengangkat senjata karena kita tidak memilik pilihan lain, yaitu antara apakah kami harus menyerah tanpa syarat kepada rezim atau kita berjuang demi kebebasan rakyat kita…”
“Semakin lama perang berlangsung, semakin sedikit bagian Suriah yang bisa diselamatkan. Ahrar Asy
Syam ingin melihat berakhirnya pemerintahan Assad, dikalahkannya ISIS secara komprehensif dan dibentuknya pemerintahan yang stabil dan representatif di Damaskus yang akan menempatkan Suriah pada jalan menuju perdamaian, rekonsiliasi dan pemulihan ekonomi. Kita ingin melihat sistem politik yang menghormati identitas dan legitimasi aspirasi politik mayoritas rakyat Suriah sekaligus melindungi masyarakat minoritas dan memberikan kesempatan mereka untuk bermain nyata dan peran positif dalam negara masa depan. Kami ingin melihat persatuan Suriah dan integritas wilayah yang dikekalkan …”
“Kami menyadari bahwa harapan kami ini tidak akan bisa diraih hanya dengan cara militer saja. Dia butuh proses politik dan kami tahu bahwa itu berarti membuat keputusan-keputusan yang sulit…”
“Dalam beberapa hari terakhir Perdana Menteri David Cameron mengisyaratkan kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah terhadap intervensi bersenjata di Suriah. Dia mengatakan bahwa Inggris harus ‘melangkah dan melakukan hal lebih’ dalam memerangi ISIS di Irak dan Suriah. Itu semua bagus dan baik. Di Ahrar Asy-Syam kita telah kehilangan 700 pejuang kami dalam pertempuran melawan IS sejak Januari 2014, dan kami serta sekutu kami mempertahankan garis depan front sepanjang 45km terhadap ISIS di Aleppo. Kita tahu hal seperti apa untuk menghadapi ancaman ISIS. … Kami percaya bahwa ISIS bukan hanya ancaman keamanan atau militer saja tetapi merupakan fenomena sosial dan ideologis yang perlu dihadapi di setiap levelnya dan membutuhkan sebuah alternatif Sunni nasional untuk menghadapi Assad dan Islamic State.”“Ahrar Asy-Syam, sebagai kelompok Islam Sunni mainstream yang berakar kuat di atas lanskap revolusioner, sedang menjalin alternatif itu. Tetapi mereka (Barat) mengharapkan Sunni alternatif yang ‘sempurna’ sesuai dengan standar liberal Barat, sehingga pasti akan kecewa. Seperti yang kita semua harus tahu sekarang, sistem politik dan model pemerintahan tidak bisa di impor ke Timur Tengah dan diharapkan untuk berkembang karena pengalaman sejarah, budaya dan struktur politik sosial begitu berbeda secara radikal. Dibutuhkan sebuah hal yang akan menjadi peran utama untuk agama dan budaya setempat dalam pengaturan politik yang muncul dari puing-puing konflik, dan itu harus berasal dari salah satu hal yang sesuai dengan keyakinan mayoritas rakyat Suriah yang berlaku. …”“Sebagaimana RAF (Royal Air Force) yang bersiap untuk ikut bergabung dalam koalisi militer melawan ISIS, akan lebih bijaksana bagi pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan pendekatan baru dalam memerangi kelompok ekstrimis lebih dari sekedar menjatuhkan bom.”Selesai kata-kata sesatnya
Sebagai ringkasan: Dia menggunakan nasionalis, dialek demokratis untuk mendukung penentuan nasib sendiri, kekuatan bagi mayoritas, perlindungan bagi minoritas (termasuk Rafidhah, Nusairiyah, Druze, dan Ismailiyah), dan pengekalan perbatasan nasionalis. Dia mencalonkan “Ahrar Asy-Syam” sebagai “alternatif” moderat untuk Daulah Islam, “alternatif” yang bersedia bekerja sama dengan Barat dalam perang salib melawan Daulah Islam. Dia memuji perang dan serangan udara tentara salib Inggris terhadap Daulah Islam, tetapi juga menyarankan kepada mereka dengan mengatakan itu tidaklah cukup dan ada hal lebih yang harus dilakukan
Setelah artikel ini, “Kantor Politik” dari “Ahrar Asy-Syam” merilis “Pernyataan mengenai Zona Aman di Suriah utara” pada “11 Agustus 2015.” Di dalamnya mereka mengatakan:“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.” (Al-Ma’idah: 2)“Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa sepanjang empat tahun terakhir pemerintah Turki dan rakyat Turki telah mendukung rakyat Suriah dan revolusi mereka dengan segala cara. Dukungan ini terus berjalan meskipun ancaman yang muncul terhadap keamanan nasional Turki dan tekanan kuat internal dan eksternal terhadap pemerintah Turki terus datang. Turki tetap teguh dalam sikap di atas etika dan nilai kemanusiaan terhadap rakyat dan revolusi kami. Posisi bijaksana dan bertanggung jawab ini telah membuat Turki sekutu paling penting dari revolusi Suriah dan telah membuka jalan baru dari kepentingan bersama antara kedua bangsa, baik di front internal maupun regional. Jalan terbaru dari kepentingan bersama untuk berdiri melawan Daisy (Daulah Islam). Daisy telah terbukti menjadi bencana terbesar yang menimpa revolusi serta menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan stabilitas Turki. Kebijakan sektarian dari Bashar Assad dan kebijakan bodoh Daisy telah merubah Suriah menjadi arena konflik internasional dan perang proksi. Ini semua menjadi ancaman nyata bagi keamanan sekutu rakyat Suriah. Sementara mempertahankan posisi untuk berprinsip pada menolak perintah dan kehendak asing, sekarang telah menjadi kenyataan yang harus ditangani sesuai dengan prinsip-prinsip kepentingan bersama dan kepentingan jangka panjang negara secara keseluruhan.”“Berdasarkan visi komprehensif Gerakan Islam Ahrar Asy-Syam terhadap bidang internal dan regional Suriah, dan bertindak sesuai dengan kepentingan rakyat Suriah dan sekutunya dalam hal politik atau militer, dan sangat percaya perlunya solidaritas Sunni dalam menghadapi ancaman Iran, kami percaya bahwa pengumuman niat Turki untuk mendirikan zona aman di utara Suriah adalah hal yang melayani kepentingan rakyat Suriah. Zona aman akan memiliki dampak positif pada tingkat kemanusiaan, politik dan militer, juga manfaat yang akan dirasakan oleh kedua negara. Zona aman juga kebutuhan penting yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan nasional Turki dan menghentikan rencana teroris atau separatis Daisy dan PKK. … Zona aman di utara Suriah akan membantu para pengungsi kembali ke rumah mereka dan makar musuh revolusi akan digagalkan. Karena itu Gerakan Islam Ahrar Asy-Syam mendukung sepenuhnya zona aman dengan bantuan Turki dan kerjasama politik dan militer dari Grup Angkatan Bersenjata Revolusioner. Kami mengambil kesempatan ini untuk menguatkan ikatan yang tak bisa dipecahkan dan kebaikan bersama rakyat Suriah dan Turki dan menggaris-bawahi kebutuhan untuk hubungan strategis dengan Turki untuk menjadi landasan pendekatan umum untuk mengatasi tantangan saat ini dan masa depan.”(4)Dengan demikian, “Ahrar Asy-Syam” telah mengulurkan tangannya secara terang-terangan terhadap rezim murtad dan tentara Turki dan mencalonkan diri menjadi agen mereka di Suriah. Maka akankah para pengklaim jihad Jabhah Jaulani bertobat dari kemurtadan dan mengucapkan bara’ah dari sekutu terdekat mereka di mana pemimpin mereka pernah dianggap sebagai “Shahawat masa depan”? Atau akankah lereng licin “udur” yang didikte oleh hizbiyah terus membuat mereka jatuh hingga nanti mereka berjuang di bawah bendera fitnah terbesar –Al-Masih Ad-Dajjal– demi kepemimpinan, perpecahan, dan penyimpangan.(5)Kita berharap kepada Allah agar menolong para Mujahidin Daulah Islam dalam melawan para agen thaghut dan agen tentara salib hingga bendera Khilafah berkibar tinggi di atas Istanbul dan Vatikan
Catatan kaki :1. Lihat halaman 24-25 pada Dabiq edisi 2
2. Lihat halaman 75 pada Dabiq edisi 10
3. Artikelnya sebelum ini pernah dinukil pada majalah Dabiq edisi 10 halaman 12-13
4. Perhatikan bahwa dalam statemen dari berbagai faksi Shahawat mereka mengklaim untuk melindungi rakyat Syam padahal diketahui bahwa serangan udara itu dirancang untuk membentuk “zona aman” Turki yang akan menargetkan Mujahidin Khilafah, para prajurit yang paling keras melawan pasukan Nushairi. Faksi ini juga menggunakan atheis PKK sebagai alasan untuk berperang di bawah bendera Thaghut Turki tetapi lupa bahwa mereka sendiri melakukan gencatan senjata dan perjanjian yang mereka jalin dengan PKK murtad di Halab, beberapa perjanjian ini bahkan yang melibatkan pembagian kekuasaan untuk mengelola wilayah yang berada di bawah kontrol PKK. Perjanjian paling terkenal di Halab dengan PKK ditandatangani oleh Ahrar Asy-Syam dan Jabhah Syamiyah, yaitu perjanjian Operation Room. Dalam perjanjian ini ikut termasuk “Jaisyul Mujahidin” dan “Ahrar Asy-Syam” sebagai anggota. Jika mereka benar-benar khawatir terhadap atheis PKK sebagaimana yang mereka klaim, maka daripada menandatangani gencatan senjata dengan mereka, tentu mereka akan mengobarkan perang terhadap mereka sebagaimana Daulah Islam telah melakukannya
5. Baru-baru ini, Robert Ford (mantan duta besar AS untuk Suriah) menulis sebuah artikel berjudul “Ya, Bicara dengan Ahrar Asy-Syam Suriah” di mana ia sangat mengusulkan kerjasama langsung AS dengan “Ahrar Asy-Syam” melawan Daulah Islam, setelah hampir dua tahun bekerjasama secara tidak langsung melalui para thaghut. Hal ini diikuti oleh sebuah artikel pada “Daily Beast” berjudul “Kesepakatan dengan Setan, Petraeus: Menggunakan Pejuang Al Qaeda untuk Mengalahkan ISIS,” di mana ide David Petraeus (mantan komandan jenderal tentara salib di Irak dan pendiri Shahawat Irak) untuk bekerja sama dengan Jabhah Jaulani melawan Daulah Islam telah dipublikasikan. Hal ini diikuti oleh kebohongan Abu ‘Abdillah Asy-Syami membenarkan kerjasama dengan berbagai Shahawat Turki, Amerika, dan para thaghut Teluk berdasarkan klaim bahwa seseorang tidak bisa mengucapkan takfir pada faksi ini karena udzur yang dia buat untuk Shahawat lantaran kerjasama mereka dengan tentara salib dan murtad! Dia kemudian berbohong dan menyatakan bahwa Daulah Islam sendiri pernah “bekerja sama” dengan Turki dan ia menggunakan sebagai “bukti” adalah pertukaran tahanan di mana 46 tahanan Turki ditukar dengan hampir 200 Muhajirin! Apakah ini “kerjasama” atau memenuhi kewajiban untuk berjuang membebaskan tahanan Muslim! Dia membuat kebohongan yang memalukan padahal dia tahu bahwa rezim murtad Turki dan tentaranya merupakan bagian dari NATO dan perang salib pimpinan Amerika terhadap Daulah Islam dan bahwa Turki mengambil bagian dalam memenjarakan para Muhajirin dan bersama-sama dengan Amerika menyerang posisi Daulah Islam di Halab demi Shahawat sekutu Jabhah Jaulani, bahkan terkadang untuk mendukung posisi Jabhah Jaulani itu sendiri! Hanya satu hal yang bisa dikatakan kepadanya, “Jika Anda tak tahu malu, maka berbuatlah sesukamu” (HR Al-Bukhari dari Abu Mas’ud). Asy-Syami bisa berbohong sebanyak yang dia sukai, tetapi kenyataannya terlalu jelas. Ketika domba Shahawat terbangun dan akan menyadari bahwa mereka pada akhirnya melayani kepentingan tentara salib
DABIQ 11 – ARTIKELBURUKNYA PERPECAHAN DAN TAQLIDAllah ta’ala telah menurunkan al-Qur’an dan as-Sunnah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam sehingga umat manusia dapat mempelajari dan mempraktekkannya. Inilah agama Islam yang telah disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada sahabatnya, yang kemudian mereka menyampaikannya kepada generasi setelahnya. Islam telah dijaga di dalam al-Qur’an dan Sunnah, dan Sunnah dijaga di dalam kitab-kitab hadits. Jika seorang Muslim dengan pemahaman bahasa Arab mengambil al-Qur’an, atau Shahih al-Bukhari, atau Shahih Muslim, maka ia tidak membutuhkan ensiklopedi pengetahuan lagi untuk dapat memahami dan mempraktikkan agamanya secara keseluruhan, untuk mempelajari dasar-dasarnya semua telah difasilitasi oleh Allah. Dia mengamalkan Tauhid dan Iman dari hal-hal sederhana yang mana orang awam pun bisa mengerti. Tidak berbeda pada kebanyakan masalah hukum yang pasti (qath’i) dari Islam, termasuk kewajiban untuk bersatu dalam satu tubuh, menunjuk seorang pemimpin tunggal, serta mendengar dan mematuhinya, sebagai bukti dalam syari’at dan bukti dalam penciptaan begitu banyak seseorang lewat fitrahnya saja, bahkan walau seandainya dia cukup bodoh, tidak akan mampu untuk mengabaikan kewajiban ini
“Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah bersama-sama dan janganlah bercerai berai” (Ali Imran: 103). Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa mati dan tidak ada ikatan bai‘at di atas lehernya maka dia mati dalam keadaan jahiliah.” (diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Umar). Petunjuk-petunjuk, baik yang tersurat maupun yang tersirat, tentang hal ushul ini sangat banyak, siapapun yang berusaha mencarinya pasti akan menemukannya dengan mudah.(1)Namun umat Islam hari ini tidak dianjurkan oleh apa yang disebut “Salafi” atau bahkan oleh pengklaim “Salafi Jihadi” untuk mendekati al-Qur’an dan Sunnah, membatasi mereka demi keinginan “ulama” kontemporer dari mereka yang mendukung para thaghut atau mereka yang kembali duduk di antara istri-istri mereka dalam naungan thaghut. Bisakah wasilah sesat dari sebuah kondisi seperti ini untuk memahami agama? Apakah itu pernah menjadi sebuah prasyarat untuk jama’ah
Ketahuilah bahwa tidak diragukan lagi ini merupakan salah satu sifat orang-orang sesat yang ingin tetap tercerai berai tanpa seorang imam tunggal. Karena sebab inilah, Ahlus Sunnah disebut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yang berarti mereka mengikuti Sunnah dan patuh untuk membentuk persatuan kaum muslimin yang diwujudkan dalam Khilafah, dan Imam ini yang akan menjauhkan aliran-aliran yang menyimpang dan pihak-pihak yang memberontak. Adapun “Ahlus Sunnah” kontemporer maka mereka telah mengganti konsep jama’ah dengan interpretasi menyimpang dari syura yang jauh lebih mirip dengan kotak suara demokrasi daripada syura Khulafa’ ar-Rasyidin ridhwanallah alaihim
Imam Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah berkata, “ini adalah perkara-perkara di mana ahlul Kitab dan orang-orang ummi dari kaum Jahiliyah menentang Rasulullah. Seorang Muslim tidak bisa untuk tidak mengetahui hal ini, dan dengan mengetahui lawan sesuatu maka kebaikan akan menjadi jelas, dan dengan mengetahui lawannya maka perkara itu akan jelas … hal yang kedua dari hal ini (setelah syirik akbar) adalah bahwa mereka memecah belah agama mereka, seperti yang difirmankan oleh Allah “Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama) mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka” (Al-Mu‘minun: 53). Mereka juga memecah belah dunia mereka dan mereka merasa hal itu benar. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam datang dengan kesatuan dien dengan pernyataan Allah: “Dia (Allah) telah mensyari’atkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketaqwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya” (Asy-Syura: 13). Allah juga berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka” (Al-An?am: 159). Dia juga telah melarang kita untuk berlaku seperti mereka dengan pernyataan dari Allah: “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat” (Ali Imran: 105). Dia juga melarang kita dari memecah belah dunia dengan firman Allah ta’ala: “Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (dien) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” (Ali Imran: 103). Yang ketiga dari hal ini adalah mereka menganggap bahwa tidak mematuhi waliyul-amr dan menolak untuk tunduk kepadanya merupakan kebajikan. Mendengar dan menaati mereka dianggap penghinaan dan aib. Rasulullah menentang mereka dan memerintahkan para sahabatnya untuk bersabar atas kezhaliman para pemimpin tersebut(2). Dia memerintahkan mereka untuk mendengar dan menaati mereka dan memberi mereka nasihat yang tulus. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menekankan hal ini, menjelaskannya dan mengulanginya. Ketiga hal ini terkumpul dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim: “Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian akan tiga hal, kalian beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun, berpegang erat dengan tali (dien) Allah dan tidak berpecah belah, dan memberikan nasihat yang tulus kepada siapa yang Allah berikan otoritas diri kalian kepada mereka (waliyul-amr)”. Tidak ada kerusakan pada dien dan dunia manusia kecuali dengan rusaknya tiga hal ini atau sebagiannya.” (Masa‘il al-Jahiliyah)Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Dari hal yang paling menakjubkan dan tanda-tanda terbesar yang menunjukkan kekuasaan Allah Ta‘ala adalah enam prinsip yang telah Allah jadikan sangat jelas lebih daripada apa yang orang-orang ragu fikirkan. Akan tetapi, banyak orang ‘pintar’ di dunia ini dan orang-orang ‘bijak’ keliru tentang prinsip-prinsip ini, kecuali sangat sedikit. … Prinsip kedua (setelah kewajiban tauhid dan larangan syirik) adalah bahwa Allah memerintahkan untuk bersatu dan melarang untuk bercerai berai di dalam agama. Allah menjelaskan hal ini dengan bukti yang sangat jelas yang dapat dimengerti bahkan oleh orang awam. Dia melarang kita untuk menjadi seperti orang-orang yang telah terpecah belah sebelum kita sehingga dengan demikian mereka binasa. Dia juga menyebutkan bahwa Allah telah memerintahkan Rasul untuk bersatu di dalam dien dan melarang mereka berpecah belah di dalamnya. Apa yang membuat ini lebih jelas adalah apa yang datang di dalam Sunnah dari ajaran yang sangat menakjubkan dalam hal ini. Hal ini kemudian berubah hingga perpecahan di dalam ushul dan cabang agama menjadi ‘pengetahuan’ dan ‘fiqh agama’! Dan kemudian tidak ada yang menyebut-nyebut kewajiban untuk persatuan di dalam dien kecuali dianggap orang ‘zindiq’ atau ‘orang gila’! Prinsip ketiga adalah bahwa sempurnanya persatuan adalah dengan mendengar dan menaati siapa yang telah diberikan otoritas kita atasnya (waliyul-amr) bahkan walau dia seorang budak Habasyah. Allah telah menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang luas dan cukup melalui berbagai macam penjelasan syar’i dan qadari. Namun ini kemudian menjadi dasar yang tidak diketahui oleh sebagian besar pengklaim ilmu. Apa lagi beramal dengan hal ini!” (Sittatu Ushul ‘Adzimah Mufidah)Dan meskipun Jama’ah merupakan salah satu kewajiban yang paling jelas bahkan sesuai dengan fitrah dari banyak hewan yang cenderung untuk itu, mereka yang mengklaim Islam modern berpendapat bahwa lebih baik bagi umat untuk memiliki keberagaman dalam agama dan politik! Mereka lebih memilih bahwa Ahlus Sunnah mentolerir berbagai sekte bid’ah dan bahkan murtad yang diklaim bagian dari umat Islam. Mereka juga berharap bahwa Ahlus Sunnah akan mengizinkan keberadaan kesesatan, yang memerangi, dan partai politik egois dan faksi-faksi militan di negeri-negeri Muslim yang telah dibebaskan! Mereka membuat taqlid (mengikuti secara buta) atas para pengikut mereka, “ulama” jahat merupakan salah satu aspek penting dari “agama”. Dan melalui hal ini, mereka menyebarkan “kebajikan” perpecahan dan mencela “jahatnya” Jama’ah dalam seruan mereka yang dihidupkan kembali melawan bangkitnya persatuan Islam, Khilafah. Betapa jahat kelompok-kelompok sesat ini dan para “ulama” suu’! Oleh karena itu ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- bahwa dasar utama bagi agama-agama jahiliyah adalah taqlid
Setelah Imam Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rrahimahullah menyebutkan tiga aspek pertama agama mereka (syirik, perpecahan agama, dan keberagaman politik), beliau mengatakan, “Masalah keempat adalah bahwa agama mereka didasarkan pada prinsip-prinsip, yang terbesar adalah taqlid. Ini adalah kaedah terbesar untuk semua orang-orang kafir, baik yang pertama dari mereka hingga yang terakhir, sebagaimana yang Allah firmankan: “Dan demikian juga ketika Kami mengutus seorang pemberi peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekadar pengikut jejak-jejak mereka’.” (Az-Zukhruf: 23). Dia juga berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah!’ Mereka menjawab, ‘(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami’. Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam adzab api yang menyala-nyala (neraka)?” (Luqman: 21). Maka beliau datang kepada mereka dengan firman Allah, “Katakanlah, ‘Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri: kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) adzab yang keras.” (Saba’: 46) dan juga dengan firman Allah Ta‘ala “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (Al-A‘raf: 3)”. (Masa’il al-Jahiliyah)Kemudian beliau mulai menjelaskan lebih rinci tentang beragam jenis taqlid yang dikerjakan oleh orang-orang jahiliyah, beliau mengatakan: “Di antara kaedah terbesar mereka adalah mereka tertipu dengan jumlah kebanyakan, menjadikannya hujjah bahwa sesuatu itu di atas kebenaran, dan menjadikannya sebagai dalil atas bathilnya sesuatu dengan asing dan sedikitnya orang yang mengerjakannya, maka Dia datang dengan sesuatu yang bertentangan dengan hal ini dan menjelaskannya bukan hanya pada satu tempat di dalam Al-Qur’an(3). Mereka juga menjadikan orang-orang terdahulu sebagai hujjah, seperti yang Allah jelaskan tentang perkataan mereka: “(Fir’aun) berkata, ‘Jadi bagaimana keadaan umat-umat yang dahulu?'” (Thaha: 51) dan firman Allah: “Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami yang dahulu” (Al-Mu’minun: 24). Mereka juga mengambil dalil dengan suatu kaum yang menilai sebuah kekuatan pada pengetahuan dan pekerjaan, pada kekuasaan, harta dan pangkat, maka Allah membantah hal itu dengan firmannya: “Dan sungguh, Kami telah meneguhkan kedudukan mereka (dengan kemakmuran dan kekuatan) yang belum pernah Kami berikan kepada kamu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka (selalu) mengingkari ayat-ayat Allah, dan (ancaman) adzab yang dahulu mereka perolok-olokkan telah mengepung mereka” (Al-Ahqaf: 26). Mereka juga mengklaim atas kebathilan sesuatu apabila ia tidak diikuti kecuali oleh orang-orang lemah: “Mereka berkata, ‘Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?” (Asy-Syu‘ara’: 111). “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” (Al-An’am: 53). Maka Allah menjawab itu dengan firmannya: “Bukankah Allah lebih mengetahui siapa yang bersyukur?” (Al-An’am: 53). Mereka mengambil teladan dengan mengikuti ulama dan ahli ibadah fasiq: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta manusia dengan jalan yang bathil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah” (At-Taubah: 34). Dan juga dalam firman Allah: “Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 75). Mereka juga menjadikan dalil bathilnya dien dengan sedikitnya jumlah pengikut dan lemahnya kecerdasan mereka, seperti kata mereka: “Berpikiran rendah” (Hud: 27). Mereka juga menjadikan dalil dari qiyas yang salah, seperti pernyataan mereka: “Engkau tidak lain hanyalah manusia biasa seperti kami” (Ibrahim: 10). Dan mereka juga menolak qiyas yang shahih(4), dan yang menyatukan hal ini dengan sebelumnya adalah tidak adanya kefahaman antara sesuatu yang menyamakan dan yang membedakan. Mereka juga bersikap ghuluw dalam mencintai dan meniru ulama dan orang-orang shalih, seperti yang dijelaskan oleh firman Allah: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar” (An-Nisa’: 171). Semua hal yang telah disebutkan di atas dibangun di atas kaedah yaitu an-nafyu (peniadaan) dan itsbat (penetapan), sehingga mereka mengikuti hawa nafsu, persangkaan dan berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (point ke 5-14 dari Masa’il Al-Jahiliyah)Ketahuilah juga bahwa taqlidnya orang-orang jahiliyah bukanlah kepada ulama-ulama shalih atau kepada ahli ibadah yang berilmu, tapi seperti yang dijelaskan oleh Imam Muhammad ibnu Abdil Wahhab: “Para pemimpin agama mereka adalah ulama suu’ (buruk) dan ahli ibadah yang bodoh, sebagaimana yang Allah jelaskan di dalam ayat-Nya: “Sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubah taurat setelah memahaminya, padahal mereka mengetahuinya” (Al-Baqarah: 75), hingga firman Allah: “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga.” (Al-Baqarah: 78).” (Masa’il al-Jahiliyah)Beliau rahimahullah juga menjelaskan kondisi ini dengan mengatakan: “Kaidah yang keempat adalah penjelasan tentang ilmu dan ulama, fiqih dan fuqaha, dan siapakah yang merasa dirinya termasuk golongan ini padahal bukan bagian dari mereka. Allah telah menjelaskan kaedah ini di dalam surat Al-Baqarah ketika menjelaskan tentang Bani Israil (Al-Baqarah: 40-121). Dan hal ini menjadi lebih jelas dengan apa yang telah diterangkan oleh as-sunnah dalam membicarakan hal ini dengan penjelasan yang gamblang dan terang bahkan bagi seorang yang awam dan bodoh. Kemudian hal ini menjadi hal yang mengherankan dan asing, sehinggu ‘ilmu‘ dan ‘fiqh‘ menjadi bid‘ah dan sesat, dan amal terbaik yang mereka lakukan adalah mencampur yang haq dengan yang bathil, sehingga ilmu yang telah Allah wajibkan atas hamba-Nya dan telah memujinya tidak lagi diucapkan kecuali oleh orang yang dianggap ‘zindiq‘ atau ‘gila‘, dan orang yang mengingkari mereka, memusuhi dan membuat tulisan untuk memperingatkan dari mereka, mencegah dari mereka, kecuali dia dianggap ‘faqih‘ dan ‘alim‘. Kaedah yang kelima adalah bahwasanya Allah menjelaskan tentang wali-wali-Nya dan membedakan antara mereka dan antara orang-orang yang menyerupai dari kalangan musuh-musuh kaum munafiq dan pendosa. Dan cukup dalam hal ini sebuah ayat di dalam surat Ali Imran, yaitu firman Allah Ta‘ala: “Katakanlah (Muhammad): ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu'” (Ali Imran: 31), dan satu ayat di dalam surat Al-Maidah: “Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela” (Al-Maidah: 54), dan sebuah ayat di dalam surat Yunus: “Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa” (Yunus: 62-63). Kemudian hal ini kebanyakan orang yang mengklaim dirinya sebagai orang yang berilmu, mendapat petunjuk dan penjaga syari’at bahwa para wali haruslah orang yang meninggalkan sikap ittiba‘ (mengikuti) rasul, siapa yang mengikuti rasul berarti bukan wali, dia harus orang yang meninggalkan jihad, maka siapa yang berjihad maka berarti bukan termasuk wali, dia harus meninggalkan iman dan taqwa, maka siapa yang memiliki sikap iman dan taqwa maka bukan termasuk wali. Wahai Rabb kami, kami mengharap padamu maaf dan keselamatan, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. (Sittatu Ushul Azhimah Mufidah)Begitu juga halnya para pengklaim Islam saat ini meminta kaum Muslimin untuk mengikuti secara buta para ulama suu‘ dan ahli ibadah bodoh dan menolak kewajiban berjama‘ah jika tidak maka dia adalah “Khawarij”! Mereka meminta kaum Muslimin untuk mengikuti “ulama” ini yang telah meninggalkan jihad di zaman di mana jihad adalah fardhu ‘ain. Mereka meminta kaum muslimin untuk mengikuti para “ulama” yang diam dengan kejahatan pemerintah yang mereka adalah thaghut dan bukan sekedar tirani. Mereka bahkan meminta kaum muslimin untuk mengikuti para “ulama” ini yang menyeru kepada kesesatan dan kemunafikan dan yang berdiri di sisi para salibis dan kaum murtad yang memerangi kaum muslimin! Bukankah ini menjadi kewajiban untuk membenci para “ulama” ini di jalan Allah dan memboikot mereka hingga mereka bertaubat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Hijrah yang komprehensif (paripurna) adalah dengan hijrah dari perbuatan dosa dan dari para pelaku dosa, serta dari para penyeru bid’ah, orang-orang fasiq, orang-orang yang bersosialisasi dengan orang-orang ini atau membantu mereka dalam dosa mereka, dan orang-orang yang meninggalkan jihad, perbuatan yang tidak memiliki manfaat bagi umat, maka dia harus dihukum dengan diboikot karena ia tidak membantu umat Islam dalam keshalihan dan kebenaran. Karena itu pezina, pelaku sodomi, orang yang meninggalkan jihad, para pelaku bid’ah, dan pemabuk, orang-orang ini dan berbaur dengan mereka adalah berbahaya bagi agama Islam. Mereka tidak memberikan mashlahat pada kebenaran atau pada keshalihan. Siapa pun yang tidak memboikot mereka maka telah meninggalkan perbuatan yang diperintahkan dan telah melakukan perbuatan yang layak dikecam.” (Majmu’ al-Fatawa)Ya, mereka yang meninggalkan jihad mereka mirip dengan pezina, para pelaku sodomi dan pemabuk. Namun demikian pengklaim Islam meminta para mujahid untuk taqlid buta mengikuti “ulama” suu’ (jahat) ini, mereka yang lebih memilih duduk di bawah naungan para thaghut dan salibis daripada berjihad melawan orang-orang kafir. Adapun para “ulama” yang hanya diam terhadap para thaghut, maka mereka lebih buruk dari orang-orang yang melakukan dosa bahkan dosa besar
Ibnul Qayim rahimahullah berkata: “Siapa yang memiliki khibrah (latar belakang) dengan apa yang telah Allah utus dengannya Rasul-Nya dan dengan apa yang diamalkan olehnya dan juga para shahabatnya, maka dia akan melihat bahwa sebagian besar dari mereka yang terkenal religiusitasnya sebenarnya adalah manusia yang paling sedikit agamanya, wallahul-Musta‘an. Agama apakah dan kebaikan apakah atas orang yang melihat larangan-larangan Allah dilanggar, batas-batas-Nya dirusak, dien-Nya ditinggalkan dan sunnah Rasul-Nya dibenci sedangkan hatinya tetap merasa tenang dan lisannya diam? Dia adalah setan bisu, sebagaimana orang yang berbicara kebathilan adalah setan yang bicara, adakah bencana dien kecuali karena orang-orang yang apabila selamat lumbung makanan mereka dan jabatan mereka maka mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan dien? Yang lebih mending dari mereka adalah yang berusaha bersedih dan membuka mulutnya. Jika mereka diganggu pada sebagian hal yang membuat mereka marah, pada jabatannya atau hartanya maka dia akan berusaha dan berusaha, berjuang dan mengerahkan semua tiga tingkat pengingkaran yang bisa untuk dia lakukan. Orang-orang ini, selain telah jatuh di dalam pandangan Allah, murka Allah juga atas mereka. Mereka telah tertimpa musibah di dunia dengan musibah yang terbesar sedangkan mereka tidak menyadari, yaitu matinya hati, sesungguhnya itu adalah hati, di mana jika kehidupan hati itu semakin baik maka semakin kuat juga murkanya karena Allah dan Rasul-Nya serta semakin sempurna pembelaannya terhadap dien.” (I’lam al-Muwaqqi‘in)Beliau rahimahullah juga berkata, “Agama bukanlah hanya meninggalkan dosa yang zhahir saja, akan tetapi, dia harus melakukan perintah yang dicintai oleh Allah. Kebanyakan dari mereka yang mengaku sebagai orang paling religius tidak melakukan itu semua kecuali apa yang orang awam memiliki kesamaan dengan mereka. Adapun jihad, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf), melarang kejahatan (nahi munkar), memberi nasihat dengan tulus karena Allah dan Rasul-Nya, sungguh-sungguh menasihati hamba-Nya, dan menolong Allah, Rasul-Nya, agama-Nya, dan kitab-Nya, maka perbuatan tersebut tidak terlintas dalam pikiran mereka, apa lagi terfikir untuk melakukannya, apalagi benar-benar melakukan itu dengan sebaik-baiknya. Orang yang paling sedikit diennya dan paling dibenci oleh Allah adalah mereka yang meninggalkan perbuatan ini bahkan walaupun mereka berlaku zuhud terhadap semua (harta) dunia. Sangat sedikit engkau akan melihat salah satu dari mereka yang wajahnya berubah dan menjadi merah karena Allah, marah karena kehormatan-Nya, dan mengerahkan harga dirinya demi menolong dien-Nya. Orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar lebih baik dalam pandangan Allah dari orang-orang ini.” (Uddatush Shabirin)Dengan demikian, bagaimana bisa seseorang mengambil teladan dari laki-laki banci, yang meninggalkan jihad? Atau setan bisu yang diam terhadap para thaghut, di bawah naungan mereka sambil beristirahat bersama istri-istri mereka? Jika taqlid buta dalam mengikuti seorang ulama yang shalih atau ahli ibadah yang berilmu adalah salah, maka jauh lebih salah mengikuti setan berdosa! Mengapa umat Islam tidak berpaling kembali kepada ajaran dasar al-Qur’an dan Sunnah dan menerapkannya sebagaimana mestinya diterapkan tanpa menjadikan para “ulama” ini penghalang baginya untuk bergabung dengan jama’ah kaum muslimin: Khilafah
Imam Muhammad ibnu Abdil Wahhab berkata: “Kaedah keenam adalah menolak syubhat yang dibuat oleh setan untuk meninggalkan Al-Qur’an dan Sunnah, dan mengikuti pendapat dan hawa nafsu para pemecah belah dan pembuat perbedaan, yaitu: bahwa Al-Qur’an dan sunnah tidak dapat difahami kecuali oleh para mujtahid mutlaq. Dan mujtahid adalah orang yang memiliki sifat ini dan ini – yaitu sifat-sifat yang mungkin tidak dapat ditemukan secara sempurna bahkan dalam sosok Abu Bakr dan Umar! Dan jika seseorang tidak seperti mereka, maka “tidak diragukan” lagi, dia “wajib” untuk jauh-jauh dari al-Qur’an dan Sunnah! Maka siapa yang mencari petunjuk dari al-Qur’an dan Sunnah, maka dia adalah “zindiq” atau “orang gila”, karena sangat sulit untuk memahami keduanya! Maha Suci Allah dan segala puji hanya bagi-Nya! Berapa banyak Allah telah menjelasakan syari‘at, qadar, penciptaan dan perintah, dalam menolak syubhat terlaknat ini dari berbagai arah, bahkan mencapai derajat dharuriyah ‘ammah (pengetahuan umum), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. “Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia” (Yasin: 7-11).” (Sittatu Ushul ‘Azhimah Mufidah)Setelah ini, setiap orang harus menghancurkan berbagai berhala yang didirikan di dalam hati oleh para “jihadis” muqallidin dalam upaya untuk menghambat perkembangan Khilafah. Setiap patung kesesatan harus dihancurkan hingga kejayaan hanya untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saja dan bai‘at bagi Imam Quraisy saja. Tidak ada berhala hizbi yang menjadi kendala bagi seorang Muslim pada jalannya menuju Khilafah. Semoga Allah menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan menujukkan kemunafikan orang-orang munafik
Catatan kaki :1. lihat sebagai contoh “Kitab al-Ahkam” milik Imam al-Bukhari dan “Kitab al-Imarah” milik Imam Muslim
2. Maksudnya adalah penguasa muslim yang memerintah dengan syari’at namun melakukan ketidakadilan, bukan penguasa yang murtad secara legislatif dan eksekutif, yang berhukum dengan hukum buatan manusia, atau penguasa yang berwala’ kepada salibis dalam memerangi umat Islam
3. Misalnya firman Allah Ta’ala: “Dan sekalipun Kami benar-benar menurunkan malaikat kepada mereka, dan orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) di hadapan mereka segala sesuatu (yang mereka inginkan), mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (arti kebenaran). (Al-An’am: 111)4. Mereka banyak menolak bukti-bukti logis uluhiyah dan kebangkitan, misalnya: “Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen, dan pohon-pohon kurma yang tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, (sebagai) rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur)” (Qaf: 9-11)DABIQ 11 – ARTIKEL“IMAM MAHDI” KAUM RAFIDHAH, DAJJALSemakin dekatnya hari Kiamat, menjadi penting rasanya untuk merefleksi beberapa hal yang dibuat-buat tentang peristiwa masa depan, karena tidak diragukan lagi hal ini akan memainkan peranan yang kelak akan dilakukan oleh berbagai aliran sesat. Di antara hal ini adalah tentang “al-Mahdi” kaum Rafidhah yang akan mengobarkan perang melawan Islam dan kaum Muslim, melawan keadilan dan kebenaran yang dipandu oleh al-Mahdi masa depan yang telah dijelaskan dalam sunnah. Semakin dekat hari Kiamat, semakin erat kaum Rafidhah berhubungan dengan orang-orang Yahudi untuk mempersiapkan datangnya pemimpin jahat yang ditunggu-tunggu ini. Setelah membaca catatan orang-orang Rafidhi tentang “al-Mahdi,” menjadi jelas bahwa ia tidak lain adalah Dajjal
Menurut kelompok Rafidhah, “al-Mahdi” adalah putra dari al-Hasan al-Askari yang bernama “Muhammad”. Al-Hasan al-Askari meninggal hampir 1.200 tahun yang lalu. Mereka mengklaim Muhammad “al-Mahdi” lahir sekitar waktu kematian ayahnya. Para ulama Ahlus Sunnah ragu bahwa al-Hasan al-Askari pernah memiliki anak yang masih hidup, namun menurut klaim Rafidhah ia memiliki seorang putra yang disembunyikan oleh ayahnya atau oleh saudaranya dan yang kemudian bersembunyi di dekat Samarra’ dan kelak akan muncul kembali sebelum hari Kiamat setelah hidup di dalam persembunyian lebih dari seribu tahun, atau seperti yang mereka klaim. Di sini, kami akan mengutip beberapa riwayat tentang “al-Mahdi” mereka dari kitab-kitab mereka “yang paling bisa dipercaya”. (1)Seorang Rafidhi an-Nu’mani meriwayatkan di dalam bukunya “Al-Ghaibah”, “Ketika Imam (‘al-Mahdi’) menyeru, ia akan memohon kepada Allah melalui nama Ibrani-Nya.”Dalam buku “Al-Kafi”, seorang Rafidhi bernama al-Kulaini memberi judul sebuah bab dengan nama: “Bab: Ketika Imam Muncul Mereka Akan Mengatur dengan Hukum Dawud dan Keluarga Dawud”. Dia kemudian meriwayatkan bahwa Ja’far ash-Shadiq mengatakan, “Ketika al-Qa’im (‘al-Mahdi’) dari keluarga Muhammad muncul, ia akan memerintah dengan hukum Dawud dan Sulaiman.” Dalam riwayat lain, Ja’far ash-Shadiq berkata, “Dunia tidak akan berakhir hingga seorang pria dari keturunanku akan mengatur dengan hukum Dawud.” Al-Kulaini juga meriwayatkan bahwa Ja’far ash-Shadiq ditanya, “Berdasarkan apa engkau akan memerintah?” Dia menjawab, “dengan hukum keluarga Dawud.”Dalam “Al-Irsyad”, seorang Rafidhi bernama at-Tusi meriwayatkan bahwa Ja’far ash-Shadiq mengatakan, “Dari Kufah akan muncul bersama al-Qa’im dua puluh tujuh laki-laki pengikut Musa, tujuh Ashabul Kahfi, Joshua, Sulaiman, Abu Dujanah Al-Ansari, al-Miqdad, dan Malik al-Asytar. Mereka akan mendukungnya.”Seorang Rafidhi bernama al-Majlisi meriwayatkan di dalam “Bihar al-Anwar” bahwa Ja’far ash-Shadiq mengatakan, “Al-Qa’im akan berurusan dengan orang-orang Arab sesuai dengan tanda merah.” Dia ditanya, “Apa itu tanda merah?” Dia menjawab dengan menyilangkan jarinya di atas lehernya yang menunjukkan pembunuhan. Al-Majlisi juga meriwayatkan bahwa Ja’far ash-Shadiq berkata, “Takutlah kepada orang-orang Arab, karena mereka memiliki masa depan yang buruk. Sungguh, tidak ada satu pun dari mereka akan mengikuti al-Qa’im ketika ia muncul.”Seorang Rafidhi bernama an-Nu’mani juga meriwayatkan dalam “Al-Ghaibah” bahwa Muhammad al-Baqir mengatakan, “Jika orang tahu apa yang akan dilakukan oleh al-Qa’im ketika ia muncul maka kebanyakan dari mereka tentu tidak ingin melihatnya karena sangat banyak orang-orang yang akan dia bunuh. Ia hanya akan mulai pembunuhan dengan membunuh orang Quraisy. Dia tidak akan menerima apa pun dari mereka kecuali perang dan dia tidak akan menawarkan apapun kecuali pedang.” An-Nu’mani juga meriwayatkan bahwa Ja’far as-Shadiq mengatakan, “Ketika al-Qa’im yang berasal dari keluarga Nabi itu muncul, ia akan membawa lima ratus orang dari Quraisy dan memenggal leher mereka. Dia kemudian akan membawa lima ratus lagi dan memenggal leher mereka. Dia akan melakukannya hingga e
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://peceq.blogspot.com/2018/12/tiada-yang-dapat-memberikan-petunjuk.html