Sedikit Cerita Mengenai Moses Weror
Waktu kecil sebagai seorang anak kecil, Moses Werror bermimpi melihat dunia. Di atas pasir putih yang membentang di rumah kecilnya di pulau Moor di Papua Barat, ia akan membuat sketsa garis-garis untuk bermaian menggambar kapal. Dia bermimpi suatu hari sebuah kapal akan membawanya pergi untuk mengunjungi negara lain.
Angan - angan ini muncul saat terjadi perebutan kekuasaan antara indonesia dan belanda mengenai Irian Barat sebagai akibat dari terjadinya perang dunia kedua. Perjuangan orang Papua mengenai Papua Barat yang berpemerintahan sendiri berhadapan dengan negara-negara kuat dan perusahaan multinasional karena kepentingan akan sumber daya Papua.
Werror adalah Pimpinan Operasi Papua Merdeka (Gerakan Papua Merdeka.
Di bawah pemerintahan Belanda, Werror dilatih sebagai guru. Namun, dia tahu bahwa dengan menjadi guru dia tidak akan melihat dunia,sehingga dia berpikit untuk menjadi pelaut,agar dengan menjadi pelaut bisa nelihat Dunia,sehingga ia mendaftar di Nautical College di Hollandia (sekarang Djayapura) dan pada tahun 1956 dia lulus sebagai pelaut.
Kemudian di bekerja di sebuah perusahaan pelayaran, namun kapalnya hanya kapal pesisir yang melayani pelabuhan setempat. Pada Januari 1958, setelah berdebat dengan salah satu petugas kapal, dia meninggalkan kapal di Sorong. Dan memutuskan untuk pergi ke Indonesia untuk mengejar pendidikan dan memenuhi impian masa kecilnya. Untuk memenuhi keinginannya, bersama dua orang temannya menggunakan sampan kecil, berlayar ke Indonesia dengan cara pindah dari satu pulau ke pulau lain, dan mereka tiba di pulau Maluku. Kaku Mereka ditangkap oleh intelijen Belanda, ditahan selama seminggu. Kemudian mereka dikirim ke sebuah pulau yang dihuni oleh orang-orang Papua Barat. Dati tempat itu Dia berjalan ke kota Ambon dan mendaftar di sekolah menengah umum Negeri ,sekolah disitu, hanya makan nasi dan ikan,” Saat itu dia tidak bisa bahasa indonesia sehingga sulit di sekolah.
Pada 1961 ia mengikuti ujian, dari sekitar 3.000 siswa dia lulus pada urutan 93 dari 3000,dengan Ijasah yang dia dapat ia naik kapal barang ke, Jakara karena ingin belajar ilmu politik di Universitas.jakarta dia kesulitan tempat tinggal dan karena dia bertemu dengan beberapa tentara orang Irian Barat dia tinggal bersama mereka.
"Saat itu Orang-orang Papua Barat sedang mempersiapkan diri untuk kemerdekaan dari Belanda sehingga ia bergabung dengan gerakan Papua Barat di Jakarta. Dia menjadi juru bicara dan perwakilan bagi para siswa untuk tujuan mereka.Daan saat ini pertama kali dia melihat bendera Papua Barat,".
Saat itu Perjuangan untuk masa depan Papua Barat Merdeka semakin intensif. Saat itu Belanda ingin Papua Barat menjadi negara yang terpisah namun orang Indonesia menginginkan menjadi bagian dari negara mereka.
Sebelum 1960-an, hubungan antara AS dan Indonesia memburuk karena dukungan AS untuk pemberontakan di Sumatra dan Sulawesi Utara . Namun Setelah John Kennedy menjadi Presiden pada tahun 1961, AS melakukan upaya memperbaiki hubungan dengan Indonesia.
Dengan demikian, ia mulai mendukung ambisi Indonesia untuk rebut Papua Barat menjadi bagian dari Indonesia. AS berpaling dari bekas sekutu perang nya Belanda yang ingin Papua Barat menjadi negara yang terpisah. Pada bulan Maret 1962, AS menyatukan Belanda dan Indonesia untuk negosiasi yang disimpulkan lima bulan kemudian menghasilkan Perjanjian New York. Perjanjian tersebut menyerukan penentuan nasib sendiri, diundangkan dalam apa yang disebut 'tindakan pilihan bebas', untuk dilaksanakan enam tahun setelah Indonesia mengambil kendali administratif atas Papua Barat. Perjanjian tersebut telah diratifikasi oleh Majelis Umum PBB dan mulai berlaku dalam waktu enam bulan.
Selama masa inilah, Pemerintah Indonesia memilih delegasi untuk melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB. Delegasi beranggotakan 100 orang itu terdiri dari orang Papua Barat.
Dalam rombongan ini Moses Weror Ke Amerika bukan karena Politik tapi untuk memenuhi impian melihat dunia. Karena dia masih orang kampung dia merasa bangga bisa ke Amerika melalui Singapura, Jepang, Hawaii dan ke New York, dan di Amerika mereka ditampung di Plaza Hotel, di 5th Avenue. Mereka dikasih pelayanan yang luar biasa , pelayanan kelas satu, menginap di hotel-hotel mewah dan berpesta setiap malam. Werror mengunjungi Holywood, Disneyland, dan Washington.
Namun, ketika dia kembali ke Jakarta Tidak ada orang yang menemuinya di bandara dan tidak ada rumah untuk dikunjungi.
Mulai saat itu Pemerintah Indonesia menganggap Werror adalah aset bagi mereka dan mereka merekrutnya untuk dilatih sebagai diplomat. Dia ditempatkan di kamar hotel dengan semua biaya dibayar.
Pada 1962 ia dikirim ke Australia untuk bekerja di kedutaan Indonesia di sana namun Pemerintah Indonesia tidak sepenuhnya mempercayainya.
Pada tahun 1964, Werror menikahi istrinya seorang perempuan Papua Barat dari Pulau Biak.
Setelah lima tahun di Australia, ia dipanggil kembali ke Jakarta , padahal para pejuang kemerdekaan Papua Barat mulai mengintensifkan kampanye mereka melawan militer Indonesia yang mengendalikan Papua Barat ketika waktu semakin dekat untuk 'tindakan pilihan bebas',
Di Jakarta, Werror memulai kegiatannya untuk mendorong kemerdekaan Papua Barat. Dia bertemu dengan perwira Amerika dalam mempromosikan perjuangan Papua Barat dan untuk mencari bantuan dan dukungan dari AS. Ini menjadi pekerjaan utamanya - menggunakan pelatihan diplomatiknya untuk berkampanye dan mempromosikan perjuangan negaranya untuk kemerdekaan secara internasional.
Namun, setelah beberapa saat keadaan mulai menjadi terlalu panas dan Werror dan keluarganya pulang ke Nabire. Namun, kunjungan mereka di Nabire singkat, ketika ia dipanggil kembali ke Jakarta oleh militer Indonesia. Karena curiga dengan niat mereka, Werror malah pergi ke Djayapura dengan alasan bahwa ia masih memiliki urusan yang tidak lengkap untuk hadir di sana.
Menjelang tahun 1969 tanggal untuk pilihan bebas mendekat, dilakukan Demonstrasi besar di Jayapura Werror terlibat intelijen militer mencarinya dan dia menyembunyikan diri karena dalam aksi itu Werror mengatakan kepada para demonstran untuk menjadi kuat dan bersatu, untuk menentang kekerasan namun harus tegas pada permintaan mereka untuk kemerdekaan. Namun Ketika ia berbicara tentang demonstrasi, militer Indonesia menangkapnya.
Bersama dengan para pemimpin lainnya, lengan dan kaki mereka dirantai dan dijebloskan ke penjara di Jayapura. Mereka melewati pengadilan militer. Sebagai seorang diplomat, Werror memiliki keuntungan karena mengenal banyak pejabat Pemerintah Indonesia, dan seorang simpatisan menyelipkan surat di penjara yang memperingatkannya untuk tidak pergi ketika militer datang untuk menjemputnya.Ketika truk militer datang untuk menjemputnya dan yang lainnya, dia menolak. Kemudian dia mengetahui bahwa yang lainnya terbunuh.
Setelah seminggu dia dibebaskan tetapi Werror curiga bahwa dia sedang diincar sehingga Dia pergi ke kepala polisi yang dia kenal secara pribadi un staf mereka di Djayapura. Dia diberi pekerjaan yang baik, dan rumah. Istrinya ingin mereka tenang. Namun, Werror tidak pernah merasa aman dan memutuskan mereka harus meninggalkan Djayapura.
Pada Agustus 1971, di balik kegelapan, ia dan keluarganya menyeberang dengan perahu ke Papua Nugini, tiba di Vanimo.
Setelah tinggal di kamp-kamp pengungsi, ia akhirnya pindah ke tinggal di Madang.
Benny Pakage
Sumber: https://www.facebook.com/beni.pakage/posts/2417834101573514
Selamat jalan ke Surga bapak Moses Weror. Anak bangsa semua turut berduka atas kepergianmu. Setapak jalan yang kau tinggalkan ini kami akan teruskan menelusuri hingga ujung jalan yang kau dambakan.(AG)
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2019/04/sedikit-cerita-mengenai-moses-weror.html