Puisi Supernova Inteligensi Embun Pagi Oleh Fiersa Besari Karya Dee Lestari
engkau lah getar pertama
yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
engkau tetes embun pertama
yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
engkaulah matahari Firdausku
yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara
kau hadir dengan ketiadaan
sederhana dalam ketidakmengertian
gerakmu tiada pasti
namun aku terus di sini
mencintaimu
entah kenapa
engkaulah gulita yang memupuskan
segala batasan dan alasan
engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan
dalam samudra terkelam
engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang
menuju tempat tak bernama namun terasa ada
ajarkan aku,
melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
bangun dari ilusi namun tak memilih pergi
tunggu aku,
yang hanya selangkah dari bibir jurangmu
engkaulah kilatan cahaya yang menyapulenyapkan
segala jejak dan bayang
engkaulah bentangan sinar
yang menjembatani jurang antara duka
mencinta dan behagia terdera
engkaulah terang yang ku dekap dalam gelap
saat bumi bersiap diri untuk selamanya lelap
andai kau sadar arti pelitamu
andai kau lihat hitamnya sepi di balik punggungmu
tak akan kau sayatkan luka
demi menggarisi jarakmu dengan aku
karena kita satu
andai kau tahu
engkaulah keheningan yang hadir
sebelum segala suara
engkaulah lengang tempat ku berpulang
bunyimu adalah senyapmu
tarianmu adalah gemingmu
pada bisumu, bermuara segala jawaban
dalam hadirmu, keabadian sayup menyecup
saput batinku meluruh
tatapmu sekilas dan sungguh
bersama engkau, aku hanya kepala tanpa rencana
telanjang tanpa kata - kata
cuma kini tinggal sunyi
dan waktu perlahan mati
dimensi tak terbilang dan tak terjelang
engkaulah ketunggalan
sebelum meledaknya segala percabangan
bersatu denganmu menjadikan aku mata semesta
berpisah menjadikan aku tanya
dan engkau jawabnya
berdua kita berkejaran tanpa pernah lagi bersua
mengecapmu lewat mimpi
terjauh yang sanggup ku jalani
meski hanya satu malam dari ribuan malam
sekejap bersamamu menjadi tujuan peraduanku
sekali mengenalimu menjadi tujuan hidupku
selapis kelopak mata membatasi aku dan engkau
setiap napas mendekatkan sekaligus menjauhkan kita
engkau membuatku putus asa dan mencinta
pada saat yang sama
bara yang membakar nadiku kini
magi yang menyulap semestaku ini
hanya singgah untuk musnah
tersihir, tersiksa, tersia - sia
diantara angkara
dua kutub yang berbeda
kita meregang
tak berkesudahan
di ufuk engkau terbenam
aku terbit di teluk engkau tenggelam
aku pasang
sejauh apa pun garis waktu yang engkau tempuh
hadirku selalu di balik matamu
seluas apa pun ruang yang engkau rengkuh
cintaku selalu diluar sadarmu
akulah awal dan engkaulah akhir
meniadakan kita berdua
adalah satu - satunya cara kita bisa bersama
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://kanvasdakwat.blogspot.com/2019/04/puisi-supernova-inteligensi-embun-pagi.html