Perbedaan Pendapat Ulama Fiqih Mengenai Hukum Memasang Bulu Mata
Memasang atau menyambung bulu mata asli dengan bulu mata palsu disebut dengan eyelash extension.
Eyelash extension ini bertujuan untuk memperpanjang, mempertebal dan memperlentik bulu mata.
Memasang bulu mata palsu ini umumnya dilakukan oleh para wanita saat acara tertentu, seperti menghadiri kondangan, menjadi pengantin, dan lain sebagainya.
Umumnya, memasang bulu mata palsu ini oleh kebanyakan ustadz di Indonesia dihukumi haram.
Padahal dalam fiqih terdapat beberapa perincian hukum mengenai Eyelash extension ini.
Berikut perincian dan pandangan ulama fiqih hukum mengenai memasang bulu mata palsu sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab mereka.
Pertama, dihukumi haram jika bulu mata palsu terbuat dari benda najis, seperti terbuat dari bulu binatang yang haram dimakan.
Kedua, dihukumi haram jika bulu mata palsu tersebut berasal dari bulu manusia, meskipun bulu milik diri sendiri.
Misalnya, menyambung bulu mata dengan bulu mata sendiri yang sudah lepas. Begitu juga haram menyambung bulu mata dengan bulu mata milik orang lain.
Ketiga, boleh jika bulu mata palsu tersebut terbuat dari benda suci, seperti terbuat dari plastik dan mendapat izin dari suami.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiah Al-Bujairimi ala Syarh Minhajit Thullab berikut;
حاصله أن وصل المرأة شعرها بشعر نجس أو شعر آدمي حرام مطلقا سواء كان طاهرا أم نجسا من شعرها أو شعر غيرها بإذن الزوج أو السيد أم لا وأما وصلها بشعر طاهر من غير آدمي فإن أذن فيه الزوج أو السيد جاز وإلا فلا
Intinya, perempuan menyambung bulunya denga bulu yang najis atau bulu manusia adalah haram secara mutlak, baik bulu manusia itu suci atau najis, bulu milik diri sendiri atau orang lain, seizing suami dan tuan atau tidak.
Adapun jika perempuan menyambung bulunya dengan bulu yang suci dari selain bulu manusia, jika mendapat izin dari suami atau tua, maka hukumnya boleh. Jika tidak mendapat izin suami atau tuan, maka tidak boleh.
Keempat, jika belum punya suami dan ingin memasang bulu mata palsu yang terbuat dari benda suci, maka menurut Syaikh Abu Hamid Al-Isfirayini makruh, tidak haram.
Sementara menurut sebagian ulama adalah haram. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Syarhul Kabir berikut;
أما شعر غير الادمى فينظر فيه الي حال المرأة ان لم يكن لها زوج ولا سيد فلا يجوز لها وصله للخبر ولانها تعرض نفسها للتهمة ولانها تغر الطالب وذكر الشيخ ابو حامد وطائفة انه يكره ولا يحرم
Adapun bulu selain manusia, maka perlu dilihat kondisi seorang perempuan. Jika dia tidak punya suami, maka dia tidak boleh menyambungnya karena hadis di atas.
Juga hal itu akan memunculkan prasangka negative pada dirinya dan akan menipu calon (orang yang hendak meminangnya).
Dan Syaikh Abu Hamid dan sekelompok ulama menyebutkan bahwa hal itu hanya makruh, tidak haram.
Sumber: bincangsyariah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/perbedaan-pendapat-ulama-fiqih-mengenai-hukum-memasang-bulu-mata/