Pahala Melawat Kubur Pada Hari Jumaat
Sesiapa lawat ziarah atau lawat kubur ibu bapa pada hari Jumaat akan diampunkan dosanya dan ibu bapanya pula dicatatkan mendapat pahala. Baca seterusnya untuk dapat perincian tentangnya
Imam Thabrani berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhammad bin an-Numan bin asy-Syibl, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin an-Numan bin Abdurrahman, dari Yahya bin al-Ala ar-Razi, dari Abdul Karim Abu Umayyah, dari Mujahid, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang menziarahi kuburan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya setiap hari Jumaat, nescaya akan diampuni baginya dan dicatat sebagai pahala (kepada keduanya).”
‘Hadis’ ini diriwayatkan oleh Thabrani di dalam al-Mujam al-Ausath VI/175 no.6114, dan al-Mujam ash-Shaghir II/160 no.955. dan diriwayatkan pula oleh as-Suyuthi dalam al-Laali al-Mashnuah fi al-Ahaits al-Maudhuah II/440 no.2526, dan lainnya
Kedudukan hadis:
Hadis ini kedudukannya palsu, sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah adh-Dhaîfah I/125 no.49. Hal ini kerana di dalam sanadnya terdapat empat orang perawi hadis yang bermasalah, iaitu:
1. Muhammad bin Muhammad bin Numan - Ia seorang perawi yang ditinggalkan riwayat hadisnya dan tertuduh sebagai pemalsu hadis
- Imam Dzahabi berkata tentangnya, Ad-Daruquthni telah mencela dan menuduhnya sebagai pemalsu hadis.” (Lihat Mizan al-I’tidal IV/26)
- al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dia seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayat hadisnya).” (Lihat Taqrib at-Tahdzîb I/505)
2. Muhammad bin Numan - Seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya
- Imam Dzahabi berkata tentangnya, “Ia seorang perawi yang majhul (tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya).” (Lihat Mizan al-I’tidal IV/56)
- Imam Uqaili berkata, “Muhammad bin Numan seorang perawi yang majhul (tidak dikenal jati diri dan kredibilitinya).” (Lihat adh-Dhuafa IV/146)
3. Yahya bin al-Ala ar-Razi (al-Bajali) - Seorang perawi yang sangat lemah kerana tertuduh memalsukan hadis dan riwayatnya tidak dapat diterima dan dijadikan hujah
- Imam Uqaili berkata tentangnya, “Yahya adalah seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya).” (Lihat adh-Dhuafa IV/146)
- Imam Yahya bin Main berkata, “Yahya bin al-Ala` bukan seorang perawi hadis yang tsiqah (terpercaya).” (Lihat adh-Dhuafa al-Uqaili IV/437)
- Imam Abu Hâtim ar-Râzi berkata, “Dia bukan seorang perawi hadis yang kuat hafalannya.”
- Imam Daruquthni berkata, “Dia seorang perawi yang matruk (ditinggalkan riwayat hadisnya).”
- Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Dia pernah memalsukan hadis.” (Lihat semua komentar ini dalam Mizan al-I’tidal karya Imam adz-Dzahabi IV/397)
- Imam Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengan (hadis)nya.” (al-Majruhin III/115)
- Ibnu Hajar berkata, “Dia seorang perawi yang tertuduh memalsukan hadis.” (Lihat Taqrib at-Tahdzib I/595)
4. Abdul Karîm Abu Umayyah - Seorang perawi yang daif (lemah)
- Imam Ibnu Hibban berkata tentangnya: “Dia seorang perawi yang sering lupa dan banyak kesalahan dalam meriwayatkan hadis.” (al-Majruhin II/145)
- Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “’Abdul Karîm Abu Umayyah tidak ada apa-apanya, dia menyerupai perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya).” (al-Jarhu wa at-Tadil karya Ibnu Abu Hatim VI/60)
- Imam Yahya bin Main berkata, “Abdul Karîm Abu Umayyah tidak ada apa-apanya.” Imam Ayyub as-Sakhtiyani berkata, “Dia bukan seorang perawi yang tsiqah (terpercaya).” (al-Majruhin II/145)
Maka itu, pahala lawat dan ziarah pusara ibu bapa seperti didakwa dalam 'hadis' itu tidak boleh diterima
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://biroteguhnegara.blogspot.com/2022/08/frb.html