Keradangan Otak Tertekan Berkait Dengan Depresi
Menghubungkan Inflamasi dengan Depresi: Wawancara dengan Profesor Raz Yirmiya
Dalam sebuah wawancara dengan Genomic Press, Profesor Raz Yirmiya, seorang ahli saraf ternama, membahas keterkaitan antara inflamasi dalam tubuh dan depresi. Memimpin Laboratorium Psikoneuroimunologi di Universitas Ibrani Yerusalem, penelitian Profesor Yirmiya memberikan wawasan baru tentang biologi depresi.
Menurut penelitian terbaru, depresi bukan hanya soal emosi atau keseimbangan kimia di otak, tapi juga melibatkan sistem imun dan respons inflamasi di otak. Pembuktian ini bisa membuka pintu untuk pengobatan baru.
Depresi dan Pemahaman Tradisional
Depresi sering digambarkan sebagai perasaan sedih yang berkepanjangan atau kehilangan minat dalam hidup. Selama bertahun-tahun, depresi dipahami melalui lensa kimia otak dan faktor psikologis. Dengan fokus pada neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin, banyak pengobatan, terutama antidepressants seperti SSRI, telah dikembangkan.
Namun, kadang-kadang pengobatan tersebut tidak berhasil pada beberapa orang. Kenapa? Karena kondisi ini sangat kompleks, dengan penyebab biologi, psikologi, dan sosial yang saling terkait. Ini mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi faktor-faktor baru, termasuk inflamasi.
Menyelami Peran Inflamasi dalam Depresi
Profesor Yirmiya menyoroti hubungan antara stres, inflamasi, dan depresi. “Kebanyakan pasien depresi tidak memiliki penyakit inflamasi yang jelas. Namun, kami menemukan bahwa stres—pemicu terbesar depresi pada manusia dan hewan—juga mengaktifkan proses inflamasi di otak,” jelasnya.
Ini menunjukkan peran kompleks sistem imun dalam kesehatan mental dan membuka jalan untuk pendekatan terapi yang lebih baik.
Dari Musik ke Neurosains
Menariknya, perjalanan Profesor Yirmiya ke dunia neurosciences dimulai dari kecintaannya pada musik. Siapa sangka, dari ketertarikan yang tampaknya tak ada hubungannya, ia dapat menemukan cara baru untuk memahami bagaimana inflamasi di otak memengaruhi suasana hati?
“Tujuan utama saya adalah memanfaatkan pengetahuan ini untuk mempercepat pengembangan terapi antidepresan baru yang berbasis pada proses inflamasi,” katanya. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik aktivasi maupun penekanan sistem imun bisa memicu gejala depresi, yang menekankan pentingnya pendekatan pengobatan yang dipersonalisasi.
Bagaimana Stres Memicu Inflamasi di Otak?
Dalam risetnya, Profesor Yirmiya mengidentifikasi dua pemain kunci dalam sistem imun otak: sel mikroglia dan interleukin-1. Sel mikroglia bertindak sebagai pasukan pertahanan, sedangkan interleukin-1 adalah molekul yang memicu inflamasi, biasanya sebagai respons terhadap stres. Memahami dinamika ini bisa membantu para ilmuwan mengembangkan terapi untuk mencegah atau mengurangi efek buruk inflasi.
Target Terapi Inovatif
Tim Profesor Yirmiya mendorong batasan penelitian molekuler dan studi perilaku untuk menemukan cara baru mengobati depresi. Mereka mengkaji mekanisme checkpoint mikroglial dan relevansinya terhadap ketahanan terhadap stres. Ini membuka harapan untuk menciptakan terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Wawancara lengkap berjudul “Raz Yirmiya: The Inflammatory Underpinning of Depression” akan dipublikasikan di jurnal Brain Medicine.
—–
Suka apa yang Anda baca? Langganan newsletter kami untuk artikel menarik, konten eksklusif, dan informasi terbaru!
Pastikan pula untuk mengecek EarthSnap, aplikasi gratis yang dibuat oleh Eric Ralls dan Earth.com.
Source link
The post Keradangan Otak Tertekan Berkait dengan Depresi appeared first on Edisi Viral Plus.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://plus.edisiviral.com/keradangan-otak-tertekan-berkait-dengan-depresi/