Kebijakan Penjajah Dan Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
KEBIJAKAN PENJAJAH DI INDONESIA
1. Penyerahan hasil bumi (Contingenten) : masa pemerintah Daendles : penyerahan sebagian dari hasil bumi sebagai pajak untuk biaya pembangun Jalan Anyer – Panarukan.
2. Sistem pajak tanah (Landrent System) : masa pemerintah Raffles : menggantikan system penyerahan hasil panen dari pribumi kepada pemerintah yang di jalankan oleh Daendels sebelumnya. Raffles memperkenalkan sistem pembayaran pajak dengan uang yang masih digunaan hingga saat ini.
3. Sistem tanah partikelir (tanah eigendom) : masa pemerintahan Daendles : tanah yang dimiliki orang-orang swasta Belanda dan orang-orang pribumi yang mendapat hadiah tanah karena dianggap berjasa kepada Belanda.
4. Sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel) : peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, teh, tembakau, dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.
5. Sistem pengaturan tanah (UU Agraria) : diberlakukan pada tahun 1870 oleh Engelbertus de Waal (menteri jajahan) sebagai reaksi atas kebijakan pemerintah Hindia Belanda di Jawa. Dalam Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht, semacam Hak Guna Usaha, yang memungkinkan seseorang menyewa tanah telantar yang telah menjadi milik negara yang selama maksimum 75 tahun sesuai kewenangan yang diberikan hak eigendom (kepemilikan), selain dapat mewariskannya dan menjadikan agunan.
PERLAWANAN RAKYAT TERHADAP PENJAJAH
1. Ternate : pemimpin Sultan Baabullah : penyebabnya Portugis sewenang-wenang dengan melakukan monopoli perdagangan, melanggar perjanjian, dan membunuh Sultan Khairun : akhir peperangan Portugis kalah dan pergi ke Timor Timur.
2. Aceh terhadap Portugis : dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda : penyebab Portugis ingin menguasai perdagangan di Selat Malaka: akhir perlawanan Portugis berhasil dikalahkan Aceh dengan bantuan Kesultanan Turki Utsmani sehingga Portugis pergi ke Maluku.
3. Mataram Islam : dipimpin oleh Sultan Agung : penyebab kedudukan VOC di Batavia dipandang oleh Sultan Agung sebagai ancaman terhadap dominasi Mataram di Jawa. Akhir perlawanan : setelah berkali-kali menyerang Batavia, akhirnya Mataram kalah karena adanya mata-mata yang memberitahu gudang logistik pasukan Mataram sehingga gudang tersebut dibakar dan pasukan Mataram kekurangan logistik.
4. Makassar : dipimpin oleh Sultan Hasanuddin (Ayam Jantan dari Timur) : penyebab Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669. Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Akhir perlawanan Sultan Hasanuddin diadu domba dengan Aru Palaka (Raja Bone) yang bekerjasama dengan Belanda. Sultan Hasanuddin berhasil dikalahkan dan menandatangi Perjanjian Bongaya.
5. Banten : dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Penyebab: Belanda ingin menguasai perdagangan rempah-rempah dan ikut campur urusan kerajaan. Akhir perang: Sultan Ageng Tirtayasa diadu domba dengan anaknya yang bernama Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil dikalahkan sehingga harus meninggalkan Kerajaan Banten.
6. Maluku : dipimpin oleh Thomas Mattulessia (Pattimura). Penyebab : Belanda melakukan pelayaran hongi dan melaksanakan kerja rodi terhadap rakyat Maluku. Akhir perlawanan : Pattimura berhasil ditangkap Belanda dan hukum gantung di Benteng Duurstede. Pemimpin perlawanan digantikan oleh Christina Martha Tiahahu, seorang pejuang perempuan. Ia berhasil ditangkap, kemudian diasingkan ke Pulau Jawa, ia meningggal di perjalanan.
7. Minangkabau (Paderi) : dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Penyebab : Belanda mengadu domba kaum ulama(Paderi) dengan kaum adat yang masih mempertahankan kebudayaan buruk seperti berjudi dan mabuk-mabuka. Akhirnya kaum adat sadar telah diiadu domba dan bersatu melawan Belanda. Akhiir peperangan : Belanda berhasil menangkap Tuanku Imam Bonjol kemudian diasingkan ke Ambon dan dipindahkan ke Minahasa hingga wafat di sana.
8. Jawa (Perang Diponegoro) : dipimpin oleh Pangerang Diponegoro. Penyebab : Belanda ikut campur urusan kerajaan dan sebab khususnya yaitu Belanda memasang patok di makam leluhur Kerajaan Mataram Islam untuk dibangun rel kereta api. Akhir perlawanan : Belanda menggunakan taktik Benteng Stelsel dan cara licik dengan mengundang Pangeran Diponegoro untuk berunding namun beliau ditangkap dan diasingkan ke Manado.
9. Perang Aceh : dipimpin oleh Teunku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim. Penyebab : Belanda mengingkari perjanjian mengenai batas wilayah perdagangan. Akhir perang : Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgronje yang menyamar menjadi seorang muslim untuk memata-matai kekuatan rakyat Aceh. Belanda mengetahui kelemahan rakyat Aceh dengan menangkap para tokoh pemimpin perlawanan.
10. Bangsa Eropa menggunakan kecerdasannya untuk mengeruk kekayaan bangsa lain secara licik dan serakah!
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://fastrans22.blogspot.com/2019/04/kebijakan-penjajah-dan-perlawanan.html