Indonesia Bangsa Berwatak Penipu West Papua Pasti Merdeka
WEST PAPUA:
KEYAKINAN IMAN SAYA BAHWA RAKYAT DAN BANGSA WEST PAPUA PASTI MERDEKA SEBAGAI BANGSA BERDAULAT PENUH DI ATAS TANAH LELUHUR MEREKA
Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman
1. Pendahuluan
Alasan dan dasar apa saya mempunyai keyakinan kokoh dan kuat, bahwa kebebasan dan kemerdekaan rakyat dan bangsa West Papua itu pasti Merdeka?
Sebelum saya menyampaikan dasar, pijakan dan keyakinan yang saya pegang, saya mau mengutip apa yang disampaikan Bill Clinton dalam bukunya: My Life Bill Clinton.
"I had a conversation with the woman representing Latvia. She was a view years older than I, and I had the feeling that going to these kinds of meetings was her career. She spoke with conviction about her belief that one day Soviet Communism would fail and Latvia would again be free. At the time I thought she was three bricks shy of a full load. Instead, she turned out to be as prophetic as Al Lowenstein." (Clinton: 2004, hal. 109).
Artinya, "seorang perempuan tua dari Latvia dengan keyakinan kokoh sampaikan kepada Bill Clinton, bahwa suatu saat nanti Komunis Soviet akan jatuh/gagal dan bangsa Latvia akan bebas dan merdeka. Perempuan ini seperti suara nabi."
Seperti keyakinan iman seperti seorang wanita Latvia ini, saya yakin dan beriman bahwa ada keyakinan iman puluhan, ratusan, bahkan ribuan perempuan, ibu-ibu dan mama-mama yang sedang berada di hutan-hutan Nduga yang sedang menderita dan juga seluruh mama-mama yang anak-anak mereka yang telah dan terus dibantai TNI-Polri kolonial Indonesia selama 50 tahun lebih sampai sekarang 2019.
Penguasa kolonial Indonesia yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa West Papua berpikir, bahwa mereka kuat dan menang. Tetapi, sesungguhnya mereka telah gagal dan memalukan diri sendiri. Karena mereka masih berperilaku primitif dan kuno karena terus membantai sesama manusia di era peradaban tinggi dan keterbukaan ini, hanya dengan alasan dan atas nama keamanan nasional dan kepentingan slogan NKRI Harga Mati/ NKRI Harga Wafat/NKRI Harga Almarhum.
2. Alasan dan keyakinan saya.
2.1. Proses sejarah pengintegrasian West Papua ke dalam wilayah Indonesia yang tidak demokratis melalui Pepera 1969. Masalah Pepera 1969 sudah tulis Dr. John Saltford akademisi Inggris dan Prof. P.J. Drooglever sejarawan Belanda. Saya tulis berulang-ulang dalam tulisan-tulisan buku, opini dan artiel saya dan itu sangat clear.
2.2. Pelanggaran Berat HAM yang merupakan Kejahatan Negara selama 50 tahun lebih bahkan masih berlangsung tahun 2019.
2.3. Persoalan kekerasan kejahatan kemanusiaan telah menjadi persoalan internasional: Ada di MSG, PIF, ACP, PBB, Dewan Gereja Dunia (WCC), dan berbagai lembaga kemanusiaan.
2.4. Generasi muda Indonesia sudah banyak mengetahui tentang persoalan kemanusiaan dan ketidakadilan yang dilakukan penguasa Indonesia di West Papua. Generasi muda Indonesia sudah mulai terbuka berdiri bersama rakyat dan bangsa West Papua.
2.5. United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) diakui dan diterima oleh komunitas global sebagai wadah politik resmi rakyat dan bangsa West Papua.
2.6. Benny Wenda akan menerima penghargaan Freedom of Oxford pada 17 Juli 2019. Benny Wenda diakaui dan dihormati sebagai pemimpin yang layak berada dalam posisi terhormat seperti Nelson Mandela dan para tokoh dunia yang berpengaruh lainnya.
2.7. TNI-Polri sendiri terus mendorong, memperkuat dan mempromosikan Kemerdekaan bangsa West Papua dengan perilaku mereka. Contohya, kasus Operasi Militer di Nduga sejak Desember 2018 yang berlansung 2019.
Puji Tuhan. Terima kasih dan apresiasi tinggi kepada TNI-Polri karena selama ini, dua institusi ini berperan aktif, sinergis, memperkuat, mendukung dan mengkampanyekan West Papua Merdeka. Artinya, kekejaman dan kekerasan kemanusiaan atas nama NKRI itu semuanya menjadi materi-materi kampanye West Papua Merdeka yang sangat berharga dan sangat efektif.
2.8. Dilarangnya wartawan asing mengunjungi West Papua menimbulkan banyak spekulasi dan pertanyaan dari komunitas internasional. What is hidden inside in West Papua? Apa yang disembunyikan Indonesia di West Papua?
2.9. Ada kesadaran Rakyat dan bangsa West Papua
Rakyat dan bangsa West Papua sudah menyadari bahwa Indonesia bangsa kolonial yang sedang menduduki, menjajah, dan menindas kami.
Penguasa kolonial Indonesia sedang memusnahkan kami dengan berbagai bentuk operasi. Seperti Hewan Wayoi tegaskan:
"Pemerintah Indonesia hanya berupaya menguasai daerah ini, kemudian merencanakan pemusnahan Etnis Melanesia dan menggatinya dengan Etnis Melayu dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan mendatangkan transmigrasi dari luar daerah dalam jumlah ribuan untuk mendiami lembah-lembah yang subur di Tanah Papua. Dua macam operasi yaitu Operasi Militer dan Operasi Transmigrasi menunjukkan indikasi yang tidak diragukan lagi dari maksud dan tujuan untuk menghilangkan Ras Melanesia di tanah ini..." (Sumber: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan Di Papua Barat: Yoman, 2007, hal. 143). Dikutip dari Makalah Tanah Papua (Irian Jaya) Masih Dalam Status Tanah Jajahan: Mengungkap Hati Nurani Rakyat Tanah Papua ( Bandar Numbay, Medyo Februari 1999).
Rakyat dan bangsa West Papua menyadari kami bukan bagian dari Indonesia. Hewan Wayoi menegaskan.
"Secara de facto dan de jure Tanah Papua atau Irian Jaya tidak termasuk wilayah Indonesia berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945. Jadi, Tanah Papua bukan wilayah Indonesia, melainkan dijadikan daerah perisai/tameng atau bumper bagi Republik Indonesia" ( Yoman: hal. 137-138).
2.10. Pemekaran Kabupaten yang penuh kecurigaan dan kejanggalan.
Pemekaran kabupaten/provinsi di West Papua sebagai operasi militer itu terbukti dengan dokumen-dokumen Negara sangat rahasia.
Departemen Dalam Negeri, Ditjen Kesbang dan LINMAS: Konsep Rencana Operasi Pengkondisian Wilayah dan Pengembangan Jaringan Komunikadi dalam Menyikapi Arah Politik Irian Jaya (Papua) untuk Merdeka dan Melepaskan Diri Dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. ( Sumber: Nota Dinas. No.578/ND/KESBANG/D IV/VI/2000 tanggal 9 Juni 2000 berdasarkan radiogram Gubernur (caretaker) Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya No. BB.091/POM/060200 tanggal 2 Juni 2000 dan No.190/1671/SET/tertanggal 3 Juni 2000 yang berhubungan dengan tuntutan penentuan nasib sendiri orang Asli Papua.
Adapun data lain: "Dokumen Dewan Ketahanan Nasional Sekretariat Jenderal, Jakarta, 27 Mei 2003 dan tertanggal 28 Mei 2003 tentang: 'Strategi Penyelesaian Konflik Berlatar Belakang Separatisme di Provinsi Papua melalui Pendekatan Politik Keamanan."
Lembaga-lembaga yang melaksanakan operasi ini ialah Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Luar Negeri, khusus untuk operasi diplomasi, Kepolisian Kepolisian Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), Badan Intelijen Stategis (BAIS TNI), KOSTRAD dan KOPASSUS.
Bukti-bukti kecurigaan dan kejanggalan itu terlihat dengan perbandingan jumlah penduduk sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk Jawa Barat 46.497.175 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Jawa Tengah 35.557.248 jiwa.
c. Jumlah Penduduk Jawa Timur 38.828.061 jiwa.
d. Jumlah Penduduk West Papua dalam dua provinsi masing-masing: Papua 3.322.526 jiwa dan Papua Barat 1.069.498 jiwa.
Mengapa Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur yang banyak penduduk tidak dimekarkan kabupaten/provinsi?
Apakah layak dan memenuhi syarat penduduk West Papua 4 juta lebih membutuhkan banyak kabupaten dan pronvinsi?
Jawabannya tujuan pemerintah Indonesia untuk pemusnahan bangsa West Papua tidak diragukan lagi.
2.11. Indonesia bangsa berwatak penipu
Masalah lain yang paling berat ialah persoalan kredibilitas para penguasa Indonesia. Indonesia selalu tampil dalam forum-forum resmi dan terhormat di tingkat global dan selalu dan terus-menerus menyebarkan berita bohong dan hoax.
Contoh: Wakil Presiden RI H. Muhammad Jusuf Kalla membohongi para pemimpin dunia di PBB pada September 2018 bahwa di West Papua tidak ada pelanggaran HAM.
Kapendam Kolonel Muhammad Aidi dari Kodam XVII Cenderawasih menyebarkan berita hoax dan kebohongan besar, bahwa Pendeta Geyimin Nagiri masih hidup. Kenyataanya Pendeta Geyimin telah ditembak mati TNI di rumahnya pada 19 Desember 2018.
2.12. Kami Sudah Sekolah.
Kami sudah sekolah. Kami sudah tahu. Kami sudah belajar. Kami sudah mengerti. Kami sudah lihat dan sedang lihat. Kami saksikan. Kami sudah sadar. Kami ada di sini. Kami masih ada. Kami sudah bangkit. Kami alami sendiri. Kami masih ada harapan (HOPE). Kami punya martabat (Dignity). Kami sudah tahu siapa itu sesungguhnya bangsa Indonesia. Here, We Stand for.
Waa....Nore Nawot Kinaonak.
Ita Wakhu Purom, 12 Juli 2019.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2019/07/indonesia-bangsa-berwatak-penipu-west.html