Begini Isi Surat Guru Di Pedalaman Papua Untuk Gubernur Soal Aparat Mengambil Peran Guru
Guru di Pedalaman Papua Surati Gubernur Soal TNI Mengambil Peran GuruKepada Yang Terhormat,
Bapak Lukas Enembe, S. IP., M.H.
(Gubernur Provinsi Papua)
Di –Papua
Salam Sejahtra Dalam Kasih Tuhan Kita Yesus Kristus. Semoga selalu lancar dalam mengembankan tugas sebagi Gubernur di Papua dalam Naungan Tuhan. Amin
Tentang Mengentaskan Minimnya Guru di Papua bersinergi dengan TNI dan Dinas Pendidikan Provinsi Papua.
Bapak Gubernur Papua yang kami Hormati, Pendidikan Papua adalah kunci masa depan Papua yang lebih baik. Pendidikan bukan games para teknokratis di Papua. Pendidikan Papua harus memecahkan masalah bagi Papua, bukan memecahkan masalah Pendidikan di Papua. Kami secara pribadi, anak Papua asli tidak begitu sependapt adanya sebuah sinergi antara TNI dan Disdik yang dimainkan oleh Bapak Christian Sohilait, kepala dinas pendidikan kebudayaan dan pengarsipan provinsi Papua, dengan niat baiknya posisi guru-guru ingin digantikan oleh Aparat Teritorial Kodim Wilayah kodam XVII Cenderawasih untuk di daerah-daerah perbatasan Papua.
Tentang ini, Benar-benar Kami tidak begitu pesimistis, karena teman-teman TNI juga sebagai penyelenggara Pemerintah mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan Anak Bangsa (seperti kata kadisdik, bahwa itu UU mengatur). Tetapi yang kami kuatirkan adalah apakah kehadiran TNI di sekolah dapat menetralisir kondisi anak secara psikologi, seperti anak-anak di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, dan daerah lainnya yang rawan konflik? Dan itu solusi yang tepat?
Bapak Gubernur Papua yang kami hormati, Papua hari ini kita berada di posisi yang sangat krisis keamanan, kemiskinan, ketertinggalan dan lainnya, dan mengambil suatu kebijakan harus komprehensif supaya memiliki nilai bagi orang asli Papua untuk masa depan anak cucu di negeri kita Papua. Kami ingin bertanya, apakah sebenarnya tugas guru-guru di Papua? Kenapa tidak memperdayakan guru-guru saja untuk mengentaskan pemerataan guru di Papua?
Bapak Gubernur yang kami hormati, Nadiem pernah bilang kalau”Posisi Guru itu tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun”. Guru –guru di Papua memang bukan orang-orang hebat tetapi semua orang hebat adalah berkat dari jasa seorang guru itu. Oleh karena itu, kami melihat, kebijakan Bapak Chiristian penuh kesan Diskiriminatif terhadap guru-guru di Papua. Lalu apa amanat otonomi khusus itu pak? Mengapa harus guru-guru yang malu dengan kondisi ini? Seharusnya yang malu adalah para teknokratis di papua bukan guru-guru. Kami pernah mengabdi sebagai guru pembantu di pedalaman Papua, melihat bahwa fungsi control pemda terhadap guru-guru itu sangat tidak optimal. Benar-benar tidak ada, tidak ada program pemberdayaan guru, monev saja tidak pernah ada. Lalu kenapa harus guru yang malu?.
Bapak Gubernur Papua yang kami Hormati, selama hampir 20 tahun otonomis khusus di Papua, pendidikan tidak pernah maju-maju. Salah satunya kekurangan guru tadi. Kami pesimis bahwa sepertinya belum ada pembangunan pendidikan papua, terutama SDM pendidik yang jelas oleh penyelenggara selama ini. Selalu bermula dari rasionalisasi tanpa melihat jelas gambar akhirnya seperti apa? Pendidikan Papua itu mau memecahkan masalah apa bagi OAP? Oleh sebab itu usulan dari kami adalah untuk menutup kekurangan SDM pendidikan di daerah-daerah pedalaman, lakukan program guru sertifikasi dan kuliah S1 jarak jauh. Ini langkah positif untuk menghadirkan SDM berkualitas di kampung-kampung di Papua. Kami sebagai anak asli Papua selalu ada untuk Papua tercinta. Bisa mulai dari tahun 2020 ini. Salam SDM ungul, Indonesia Maju.
Salam Hormat kami,
Salmon, S. Pd
(Guru Pembantu di Pedalam Papua)
***
)* Foto TNI Mengajar di Pedalaman Papua. (foto-cnn-indonesia)
Sumber: https://jagapapua.com/2020/02/03/guru-di-pedalaman-papua-surati-gubernur-soal-tni-mengambil-peran-guru/
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2020/02/begini-isi-surat-guru-di-pedalaman.html