3 Tradisi Menyambut Ramadhan Yang Hanya Ada Di Indonesia
Tradisi Menyambut Ramadan yang Hanya Ada di Indonesia. Bagi sebagian masyarakat Indonesia bulan Ramadan sangatlah sakral.
Maka, ketika bulan Ramadan akan tiba, masyarakat di beberapa daerah memiliki tradisi menyambut datangnya bulan suci tersebut. Tradisi ini biasanya sudah dilakukan masyarakat sejak turun-temurun.
Merangkum info media dari Pegi-Pegi, mari mengenal tradisi menyambut Ramadan yang hanya ada di Indonesia dari 3 daerah berikut ini.
1. Perlon Unggahan
Perlon Unggahan pada dasarnya adalah tradisi ziarah kubur. Perlon Unggahan dilaksanakan seminggu sebelum Ramadan di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Tradisi Perlon Unggahan dimulai dari mengunjungi makam Bonokeling tanpa alas kaki sambil menjinjing nasi ambeng (hidangan khas Jawa yang diletakkan di atas nampan dan diberi lauk pauk di sekelilingnya).
Di makam Bonokeling tersebut, enam Kasepuhan berdoa (ziarah) dengan khusuk.
Kasepuhan tersebut terdiri dari Kasepuhan Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai Wangsapada, dan Kyai Naya Leksana. Setelah itu, diadakan makan besar yang diramaikan oleh warga sekitar.
Tersedia berbagai macam makanan tradisional dan yang pasti harus ada adalah nasi bungkus, serundeng sapi, dan sayur becek (berkuah).
Uniknya adalah serundeng sapi dan sayur becek harus disajikan oleh 12 lelaki dewasa atau dapat disesuaikan dengan jumlah korban sapi yang disembelih.
Setelah itu, biasanya para warga akan berebut makanan tersebut dengan mitos dapat menambah keberkahan di bulan Ramadan.
Lantas, tradisi menyambut Ramadan apalagi yang ada di Indonesia? Simak selanjutnya di halaman berikutnya.
View this post on Instagram
A post shared by Madam Arra (@madam.arra) on May 24, 2018 at 2:51pm PDT
2. Kirab Dhandhangan
Kirab Dhandhangan adalah tradisi berkumpulnya para santri di depan masjid al-Aqsha atau yang kini lebih popular disebut Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa.
Setelah keputusan awal puasa itu disampaikan oleh Kanjeng Sunan Kudus, beduk di Masjid Menara Kudus ditabuh hingga mengeluarkan bunyi ‘dang… dang… dang’. Nah, dari suara beduk itulah, istilah Dhandhangan lahir.
Karena banyaknya orang berkumpul, tradisi Dhandhangan kemudian tidak sekadar mendengarkan informasi resmi dari Masjid Menara Kudus, tapi juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di lokasi itu.
Makin lama, Dhandhangan tidak hanya sehari menjelang puasa Ramadan, tapi dimulai sekitar dua minggu sebelum Ramadan dan berakhir pada malam hari menjelang sahur pertama.
Berikutnya tradisi menyambut Ramadan, Malamang di Minangkabau, Sumatera, yuk klik di halaman selanjutnya.
View this post on Instagram
A post shared by Journalist.Traveller. (@avrilladee) on Dec 22, 2018 at 7:32am PST
3. Malamang
Di Minangkabau, Sumatera Barat, Malamang merupakan tradisi untuk memeriahkan acara penting dalam kalendar Islam.
Lamang atau lemang biasanya dihidangkan dengan tapai sipuluik yang juga terbuat dari beras ketan hitam atau beras ketan merah. Selain itu, jika musim durian tiba, lamang banyak dihidangkan bersama buah durian.
Malamang tidak mungkin dikerjakan oleh satu orang saja. Oleh karena itu, dalam Malamang dibutuhkan beberapa orang yang mampu bekerja sama.
Diperlukan orang untuk mencari bambu sebagai tempat adonan, mencari kayu bakar untuk memanggang lamang, mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat lamang seperti beras ketan, santan, dan daun pisang. Ada pula orang yang mempersiapkan adonan dan memasukkannya ke dalam bambu.
Itulah tiga tradisi menyambut Ramadan yang hanya ada di Indonesia.
View this post on Instagram
A post shared by eRhaaf13 (@erarhaf) on May 19, 2017 at 8:31pm PDT
Sumber: suara.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/3-tradisi-menyambut-ramadhan-yang-hanya-ada-di-indonesia/