Wayang Kulit Sebagai Media Komunikasi Sosialisasi
Semar SURABAYA – Menggelar Wayang Kulit dengan lakon Semar Pamong Sejati, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan menyosialisasikan program kementerian pada 2012.
Wayang kulit dipilih dengan pertimbangan antara lain karena seni ini bisa menjadi media komunikasi tradisional untuk menyampaikan beberapa kebijakan kementerian secara persuasif. Selain juga pergelaran wayang kulit merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan kesenian tradisional.
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang terutama di Jawa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayogo dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik layar yang terbuat dari kain putih, di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong) (Wikipedia Indonesia)
Menurut kitab Centini, disebutkan bahwa wayang mula-mula sekali diciptakan oleh raja Jayabaya dari kerajaan Mamenang/Kediri. Sekitar abad ke 10 raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar . Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada candi Penataran di Blitar. puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=DKV04060103
Pada saat mulai berdirinya kerajaan Islam (1526 M), pertunjukan wayang kulit mulai diadaptasi dengan muatan-muatan yang bernafaskan islami
Pagelaran Wayang Kulit
Sunan Kalijogo misalnya, memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi.
Beberapa lagu ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. lakon Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja").
Dalam budaya wayang kulit terdapat seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat. Dari zaman ke zaman, terus berkembang perannya sebagai media penerangan, dakwah, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Demikian Wayang Kulit, Selain menjadi TONONAN, juga berperan sebagai TUNTUNAN
Punokawan Semar Gareng Petruk Bagong Gambar dari berbagai sumber
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://ambooyat5.blogspot.com/2018/11/wayang-kulit-sebagai-media-komunikasi.html