Ternyata Inilah Cara Masuk Surga Dengan Damai
Setelah lebih dari 12 tahun Rasulullah saw. berdakwah di Makkah, beliau mendapatkan penentangan yang besar dari kaum musyrik Quraisy dan para pemimpinnya.
Hidayah Islam memang mahal harganya, dakwah Rasulullah selama itu hanya berhasil mengislamkan sedikit saja penduduk Makkah, itupun kebanyakan adalah dari golongan masyarakat rendahan.
Ujian dan cobaan yang dialami oleh kaum muslimin berupa kezaliman embargo, pelecehan, pengusiran dan penyiksaan, saat itu semakin berat dan sampailah kepada puncaknya.
Akhirnya Allah swt. memerintahkan Rasulullah beserta kaum muslimin untuk hijrah ke Yatsrib, sebuah kota yang penduduknya bersedia melindungi Rasulullah dan kaum muslimin serta membela dakwah Islam.
Dakwah Islam menyeru manusia kepada tauhidullah (meng-esa-kan Allah) dan menjauhi sesembahan selain Allah.
Islam juga mengajarkan adanya kehidupan akhirat, sesuatu yang tidak diyakini oleh kaum musyrikin saat itu. Allah swt. menjanjikan surga bagi setiap mukmin muwahhid yang mengikuti petunjuk Rasulullah saw..
Namun rupanya penduduk Makkah saat itu tidak peduli dengan seruan Rasul Allah kepada mereka. Hingga akhirnya Allah memilihkan kaum Anshar penduduk Yatsrib sebagai penolong agama-Nya dan pembela rasul-Nya.
Sepanjang siang maupun malam, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangan Rasulullah saw. di pinggiran kota.
Rasa rindu yang semakin hari semakin dalam akhirnya terobati. Rasulullah saw. tiba ditemani oleh Abu Bakar ra., disambut dengan penuh suka cita oleh penduduk Yatsrib.
Hal yang menarik bagi penulis adalah pesan perdana Rasulullah kepada penduduk Yatsrib sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Salamah;
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari ‘Auf dari Zurarah bin Aufa telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Salam dia berkata,
“Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tiba di Madinah, maka orang-orang bergegas menyambut kedatangan beliau dengan menyerukan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang! Rasulullah datang! Rasulullah datang! ” hingga tiga kali. Maka aku ikut berjubel di tengah-tengah kerumunan manusia untuk melihat beliau, ketika telah jelas kupandang wajahnya, maka bisa kuketahui bahwa raut muka beliau bukanlah raut muka seorang pendusta. Ucapan pertama kali yang aku dengar dari beliau adalah: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (Ibnu Majah : 3251 ; Ahmad : 7591)
Dalam hadits diatas Rasulullah mengajarkan sebuah resep rahasia “masuk surga dengan selamat“. Mari kita uraikan satu persatu poin-poinnya.
1. Tebarkanlah Salam
Salam berarti penghormatan, doa, harapan.
Kalimat salam dalam Islam ialah “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh”, maknanya : “Semoga kesejahteraan, rahmat dan barakah Allah selalu terlimpah kepada engkau”.
Kalimat tersebut mempunyai muatan doa didalamnya. Kalimat inilah yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Kitab dan As-Sunnah, serta diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia sejak zaman salaf hingga saat ini.
Oleh karena itu, tidak pantas apabila seorang muslim mengganti kalimat salamnya dengan ucapan : selamat pagi, selamat sore, apa kabar, dan lain sebagainya yang tidak bermakna doa sama sekali.
Salam adalah perintah Allah (QS. 6 : 54)
Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun alaikum[476]. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am : 54).
[476]. Salaamun ‘alikum artinya mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu.
Mengucapkan salam merupakan hak sesama muslim
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa diantara hak sesama muslim adalah «إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ» artinya apabila bertemu hendaknya ia mengucapkan salam. (HR. Muslim : 2162)
Salam merupakan adab memulai pembicaraan
Rasulullah saw. bersabda : «السَّلَامُ قَبْلَ الكَلَامِ». artinya : “Ucapan salam itu sebelum perkataan” (HR. Tirmidzi : 2699).
Dalam riwayat lain disebutkan ”Siapa yang memulai bicara sebelum salam maka janganlah kalian menjawabnya.” (diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam amal al-yaum wa lailah no.212 dan Abu Nuaim dalam al-Hilyah (8/199), dari jalur Baqiyah bin Walid dari Abdul Aziz bin Abi Rawad dari Nafi).
Ada pula redaksi lain yang menyebutkan : ”Salam itu sebelum bertanya. Siapa yang memulai tanya sebelum salam, jangan kalian jawab.” (HR. Ibnu Adi dalam al-Kamil, 2/303).
Ket: Hadits-hadits yang diatas statusnya dha’if sehingga tidak bisa difahami sebagai larangan mutlak berbicara sebelum salam. Namun sebagai adab islami, hendaknya seorang muslim memulai perkataannya dengan didahului salam.
Lebih utama memulai salam
Rasulullah saw. bersabda : «إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِاللَّهِ مَنْ بَدَأَهُمْ بِالسَّلَامِ» artinya : “Sesungguhnya orang yang paling utama disisi Allah ialah yang memulai mengucapkan salam” (HR. Abu Dawud : 5197)
Menjawab salam hukumnya wajib (QS. 4 : 86)
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An-Nisa : 86).
[327]. Penghormatan dalam Islam ialah: dengan mengucapkan Assalamu’alaikum.
Pahala mengucapkan salam
Dari ‘Imran bin Hushain ia berkata : Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW. dengan mengucap, “Assalamu’alaikum.” Setelah menjawabnya, beliau berkata: “(bagi dia) Sepuluh (kebaikan).” Kemudian datang lagi orang lainnya dengan mengucap salam, “Assalamu’alaikum wa rahmatullaah.” Sesudah menjawabnya, Rosulullah saw. berkata, “(bagi dia) Dua puluh (kebaikan).” Selang beberapa waktu kemudian, datang orang yang lain lagi seraya mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.” Setelah menjawabnya, Rosulullah saw berkata, “(bagi dia) Tiga puluh (kebaikan).” (HR. Abu Dawud : 5195)
Salam juga merupakan syi’ar dakwah Islam. Sehingga ummat lain muncul ketertarikan terhadap Islam karena melihat kaum muslimin saling mencintai dan saling mendoakan satu sama lain.
2. Berilah Makanan
Salah satu ciri pendusta agama ialah enggan memberi makan orang miskin (QS. 107).
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik anak yatim. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong dengan) barang berguna”. (QS. Al-Maa’uun [107]).
Perintah Rasulullah untuk memberikan makanan memiliki faidah yang besar sekali. Perintah ini mengisyaratkan kepada pemberian bantuan, apapun bentuknya selama itu merupakan kebaikan.
Penggunaan kata makanan disini diambil karena ia merupakan kebutuhan pokok yang mana manusia tidak bisa hidup tanpa makanan. Namun pada hakikatnya, perintah ini menunjukkan tolong menolong sesama muslim.
Keutamaan menolong sesama muslim
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat.
Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.
Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.
Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.’
3. Sambungkan Tali Silaturrahim
Allah memerintahkan manusia untuk memelihara hubungan silaturrahim.
“… dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa : 1).
[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
Memutuskan silaturrahim adalah termasuk kefasikan
“… dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah : 26-27).
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim
Rasulullah saw. bersabda : «لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ» yang artinya “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturrahim)” (Fathul Bari : 5984 ; Muslim : 2556).
4. Hidupkan Malam
Qiyam lail merupakan perintah Allah (QS. Al-Muzzammil [73] :1-4).
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
[1525]. Shalat malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. Setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
Shalat malam untuk meraih “maqaaman mahmuudan” (tempat terpuji)
Dan pada sebahagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra : 79).
Waktu terbaik bermunajat
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan, dan siapa yang yang memohon ampun kepadaKu, maka akan Aku ampuni”. (Fathul Bari no. 1145 ; Shahih Muslim no. 758).
Dan diantara hikmah membiasakan shalat malam menurut kedokteran ialah dapat menyehatkan badan serta menenangkan hati dan fikiran.
Jika ke-empat hal tersebut dilaksanakan, yaitu menebarkan salam, memberi makanan, menyambung silaturrahim, serta menghidupkan malam dengan shalat, maka di akhir haditsnya Rasulullah menjanjikan sesuatu hal yang amat berharga yaitu niscaya kalian masuk surga dengan selamat.
***
Pentingnya memperbaiki mu’amalah (hubungan) sesama muslim dan membangun kesalehan sosial
Setelah kita mengkaji hadits diatas yaitu tentang rumus masuk surga dengan selamat, apabila kita tafakuri maka kita akan dapati hikmah yang begitu besar dari hadits tersebut.
RUMUS MASUK SURGA:
Tebarkan salam
Berikan makanan
Sambung silaturrahim
Shalat malam
Perhatikanlah tiga poin pertama dari empat pesan Rasulullah saw. dalam hadits diatas. Ketiganya merepresentasikan bentuk kesalehan sosial, sedangkan yang keempat mencerminkan kesalehan spiritual.
Begitu pentingnya aspek sosial sehingga Rasulullah menyebutkan 3 perkara tersebut sebelum perkara terakhir sebagai rumus masuk surga.
Maka tidak berlebihan jika penulis mengatakan “menurut hadits ini, ¾ atau 75% jalan masuk surga terdapat pada baiknya mu’amalah sesama muslim”.
Maka perhatikanlah hadits Abu Hurairah tentang wanita penghuni neraka dan wanita penghuni surga
حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، قَالَ: أَخْبَرَنِي الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي يَحْيَى، مَوْلَى جَعْدَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا، وَصِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: ” هِيَ فِي النَّارِ “، قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، فَإِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، وَصَلَاتِهَا، وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ، وَلَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: ” هِيَ فِي الْجَنَّةِ
Seorang laki-laki berkata : ‘wahai Rasulullah, ada seorang perempuan yag dikenal banyak shalat nya, banyak berpuasa, dan banyak bersedekah, namun ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya’. Maka Rasulullah bersabda : “ia penghuni neraka“. Kemudian pria itu berkata lagi ‘wahai Rasulullah, ada lagi seorang perempuan yag dikenal sedikit puasanya, sedikit sedekahnya, dan sedikit shalat nya, ia hanya bersedekah dengan sepotong keju dan ia tidak pernah menyakiti tetangganya dengan lisannya’. Maka Rasulullah bersabda : “ia penghuni surga“. (Musnad Ahmad no. 9298).
Berhati-hatilah dari menyakiti sesama muslim. Karena orang muslim tidak akan menyakiti saudara muslimnya dengan lisan atau perbuatan, sebagaimana hadits Rasulullah saw. berikut
حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا عَامِرٌ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى الله عَنْهُ
“Seorang muslim ialah yang orang muslim lain selamat dari lisannya dan tangannya. Dan seorang muhajir ialah yang meninggalkan apa yang dialarang oleh Allah” (HR. Ahmad).
Maka perbaikilah hubungan mu’amalah kita dengan saudara muslim kita. Tunaikanlah hak-hak mereka, hak orangtua-anak, hak suami-istri, hak atasan-bawahan, hak tetangga dan hak-hak lainnya, damaikan perselisihan, tolong menolong dalam kebaikan, saling menasihati, saling memaafkan, lunasi hutang dan sebagainya. Mudah-mudahan dengan itu semua terbukalah pintu surga bagi kita. Aamiin…
Wallahu a’lam bish-Shawaab.
Sumber: islamkafah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/ternyata-inilah-cara-masuk-surga-dengan-damai/