Tari Piring Berasal Dari Makna Properti
Berasal dari manakah Tari Piring? Apa makna dan properti yang digunakan dalam Tari Piring? Tari Piring adalah tarian rakyat bersifat akrobatik dari Bengkulu. Menurut asal mulanya tarian ini datangnya dari Kerajaan Pagaruyung yang diolah sedemikian rupa sehingga sudah menjadi milik rakyat Bengkulu dan mempunyai ciri khas. Tari Piring dilakukan oleh seorang wanita yang membawa piring dan menari di atas piring. Tari Piring Berasal Dari
Tarian piring ini lahir dan berkembang di Minangkabau, Sumatera Baat. Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat agraris yang selalu bersikap terbuka. Keterbukaan masyarakat Minangkabau tercermin dari pemilihan busana tari dengan warna yang cerah dan gerak tari yang luwes. Tari Piring ditampilkan pada aktivitas pertanian dan aktivitas sosial masyarakat lainnya.
Gerak-gerak pada Tari Piring sangat dinamis dan atraktif karena selalu menampilkan gerakan akrobatik dalam memainkan piring. Tari Piring dapat dimainkan dengan gaya darek (darat) dan gaya pasisia (pesisir). Tari Piring merupakan milik masyarakat yang tidak dikenal siapa penciptanya
Sejarah Tari Piring Berasal Dari
Salah satu seni tari asal Minangkabau, Sumatera Barat yang masih sering dipentaskan adalah tari piring (tari piriang).Tari yang identik dengan penari cantik yang menggunakan piring ini menurut sejarahnya telah ada sejak 800 tahun yang lalu, dan terus berkembang dalam budaya Minangkabau. Tari piring terus berkembang hingga ke zaman kerajaan Sri Vijaya (kerajaan Sriwijaya) dan runtuhnya kerajaan tersebut oleh kerajaan Majapahit pada abad ke-16 ternyata tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut.
Justru dengan runtuhnya kerajaan Sriwijaya, membuat tari Piring makin dikenal oleh negara Melayu lainnya seperti Malaysia. Perkembangan tari Piring di negara-negara Melayu dipicu oleh pelarian orang-orang Sriwijaya ke negara-negara tersebut.Sehingga tidak mengherankan jika di Malaysia tarian piring juga sering digunakan dalam acara perkawinan khususnya perkawinan kalangan masyarakat berada seperti bangsaw.an dan hartawan. Tari Piring Zaman Belanda
Menurut sejarah tari Piring, tarian ini diciptakan untuk menunjukan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik. Namun, seiring masuknya Islam di daerah Melayu, fungsi tarian Piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi para dewa, namun ditujukan untuk para raja dan pejabat.
Tari Piring pun tidak hanya dinikmati oleh kalangan atas saja, tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Seiring perkembangan zaman, tari Piring tidak hanya ditujukan untuk raja dalam konteks pemimpin negara, tapi juga pada raja-ratu sehari alias pengantin. Tarian piring biasanya ditampilkan pada saat pengantin sedang bersanding dalam pelaminan. Makna Tari Piring
Tari Piring adalah kesenian yang memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Minangkabau. Tarian ini bukan hanya sekedar gerakan indah penari saja, namun di balik gerakan tersebut tersimpan filosofi yang sangat mendalam. Berikut ini adalah makna dari tari Piring: Dua buah piring yang digenggam dengan kedua tangan memiliki makna keseimbangan Beberapa piring yang disusun ke atas memiliki makna simbol mengarah kepada Tuhan dan rasa syukur kepada Tuhan. Makna dari gerakan tari piring ini meniru gerakan bercocok tanam seperti gerkan mencabut benih, menjemur, mencangkul, memagar, menyiang, menanam, menyabut padi, mengambil padi, manganginkan padi, manumbuk padi, manggampo padi, gerakan membuang sampah, melepas lelah, mengantar makanan, gerakan pasambahan sebagai rasa sukur terhadap Tuhan dan permintaan maaf kepada para penonton yang menyaksikanya, serta gerakan Siganjua lalai yaitu gerakan melambangkan suasana pagi hari yang memperlihatkan suasana gadis minang yang berjalan, gerakan gotong royong dan gerakan menginjak kaca sebagai gabungan dari beragam gerak tari. Properti Tari Piring
Properti yang digunakan untuk menari Tari Piring adalah dua buah piring yang akan digenggam oleh penari di kedua telapak tangan. Para penari yang terdiri dari pria dan wanita memakai busana yang terdiri dari:
1. Busana Tari Piring Pria Busana pada penari Piring pria adalah sebagai berikut:
Baju gunting China atau busana rang mudo yang memiliki lengan lebar dan diberikan hiasan dengan hiasan missia (rende emas) Saran galembong, celana dengan ukuran besar yang di bagian tengahnya (pisak) memiliki warna yang sama dengan warna baju. Sisamping dan cawek pinggang, yaitu seperti kain songket yang dililitkan pada pinggang dengan memiliki panjang sepanjang lutut. Adapun cawek pinggang merupakan ikat pinggang yang dibuat dari bahan yang sema juga dengan bahan sesamping yang pada bagian ujungnya dikasih hiasan seperti rumbai-rumbai. Destar atau deta ialah penutup kepala yang dibuat dari bahan dasar kain songket dengan bentuk segitiga yang diikatkan pada kepala. 2. Busana Tari Piring Wanita Sedangkan untuk penari piring wanita, busana yang digunakan adalah sebagai berikut:
Baju kurung yang terbuat dari kain satin dan beludru Kain songket Selendang songket yang digunakan untuk hiasan yang dipakai pada bagian kiri badan. Tikuluak tanduk balapak, yakni penutup kepala khusus wanita Minangkabau yang terbuat dari bahan Songket yang bentuknya menyerupai tanduk kerbau Aksesoris seperti kalung rambai dan juga kalung gadang serta subang atau anting Fungsi Tari Piring
Tari piring memiliki beragam fungsi, antara lain sebagai berikut:
Untuk upacara adat: Tari piring sering dipentaskan saat upacara adat, seperti upacara pernikahan, khitanan dan pengangkatan penghulu. Perayaan hasil Panen: Tarian Piring juga dipentaskan saat ada anggota masyarakat yang sedang panen hasil bumi yang melimpah ruah. Pada zaman dulu hanya orang-orang yang mampu saja yang dapat mengadakan pentas tarian ini. Pentas seni: Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tarian ini tidak hanya dipentaskan untuk upacara adat saja. Pentas tarian ini sering dipentaskan saat hari-hari besar nasional seperti HUT Republik Indonesia. Untuk menyambut tamu: Selain itu tarian ini juga sering dipentaskan pada saat festival dan juga untuk menyambut tamu-tamu agung. Pola Lantai Tari Piring
Pola lantai yang digunakan dalam menari tari piring adalah lingkaran, yaitu lingkaran besar dan kecil, berbaris, horizontal, spiral, dan vertikal serta penempatan level bawah, level sedang serta level atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok.
Gerakan Tari Piring Gerakan pada tari Piring antara lain sebagai berikut:
Gerak Pasambahan: Gerak tari piring yang dilakukan oleh penari laki-laki ini memiliki makna untuk sembah syukur kepada Allah Subhanallah wa ta’ala dan juga permohonan maaf kepada para penonton yang menyaksikan tarian ini supaya terhindar dari kejadian-kejadian yang bisa merusak atau membuat tidak berjalan dengan baiknya pertunjukan tari piring ini. Gerak Singanjuo Lalai: Gerak tari piring ini dilakukan oleh seorang penari wanita yang memiliki arti suasana di hari pagi, dimainkan denga gerakan-gerakan yang lembut lemah gemulai. Gerak Mencangkul: Gerakan Tari Piring ini menggambarkan para bapak tani disaat sedang menggarap sawahnya. Gerak Menyiang: Gerakan Tari Piring ini mengekspresikan kegiatan para bapak tani dikala membersihkan sampah-sampah yang mengganggu tanah disaat mau digarap. Gerak Membuang Sampah: Gerakan Tari Piring ini memperlihatkan bagaimana para petani saat menyemai benih-benih padinya yang akan ditanam. Gerak Memagar: Gerakan Tari Piring ini melambangkan para petani saat memberikan pagar untuk pematang sawah supaya bisa terhindar dari binatang liar yang akan merusak apa yang ditanamnya. Gerak Menyemai: Gerakan Tari Piring ini memperlihatkan bagaimana para petani dalam menyemai benih padi yang hendak ditanamnya. Gerak Mencabut Benih: Gerakan Tari Piring ini menggambarkan akan cara dalam mencabut benih yang sudah ditanam di sawah. Gerak Bertanam: Gerakan Tari Piring ini melambangkan bagaimana kerja para petani dalam memindahkan benih yang sudah dicabut. Gerak Melepas Lelah: Gerakan Tari Piring ini melambangkan akan cara para petani beristirahat untuk melepas lelah sesudah melakukan pekerjaannya dalam mengolah sawah. Gerak Mengantar Juadah: Gerakan Tari Piring ini merupakan pekerjaan dalam mengantar makanan kepada para petani yang sudah lelah dalam menggarap sawah. Gerak Mengambil Padi: Gerakan Tari Piring ini dipertunjukkan oleh para penari wanita yang menggambarkan ketika mengambil padi yang sudah dipotong oleh para penari pria yang menggambarkan bapak petani. Gerak Menyambit Padi: Gerakan Tari Piring ini dimainkan oleh para penari pria yang melambangkan bagaimana para petani yang sedang bekerja di sawah disaat menyambit padi. Gerak Manggampo Padi: Gerakan Tari Piring ini adalah yang dikerjakan dalam hal saat mengumpulkan padi dan dibawa untuk dipindahkan ke tempat yang lain. Gerak Menganginkan Padi: Gerakan Tari Piring ini menggambarkan padi yang sudah dikumpulkan guna dianginkan dan akan dipisahkan antar padi dan kulit padi yang sudah terkupas dari biji padinya. Gerak Mengikir Padi: Gerakan Tari Piring ini adalah gerakan yang melambangakan bagaimana pekerjaan para petani dalam mengumpulkan padi dan juga menjemurnya. Gerak Membawa Padi: Gerakan Tari Piring ini adalah gerakan yang dikerjakan oleh para petani ketika membawa padi untuk dibawa ke tempat yang lain. Gerak Menumbuk Padi: Gerakan Tari Piring ini dilakukan untuk menumbuk padi yang sudah dijemur kering dan dilakukan oleh para pria, sedangkan para wanita bagian mencurahkan padi. Gotong Royong: Gerakan Tari Piring ini adalah gerakan yang dikerjakan dengan cara bersama-sama merupakan lambang akan sifat gotong royong Gerak Menampih Padi: Gerakan Tari Piring ini adalah sebuah gerakan yang menggambarkan akan gerakan bagaimana kerja para petani saat menapih padi yang sudah menjadi beras Gerak Menginjak Pecahan Kaca: Gerakan Tari Piring ini adalah penggabungan dari berbagai macam gerakan dan diakhiri oleh para penari yang melakukan atraksi menginjak-injak pecahan kaca yang dilakukan dengan aktratif dan ditambahi dengan berbagai macam gerakan improvisasi penari. Cara Melakukan Tari Piring
Pada seni tari Piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, tergantung tempat atau kampung dimana tarian Piring itu dilakukan. Namun, tidak begitu banyak perbedaan dari tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah tari Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya. 1. Persiapan Awal Tari Piring Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari tari Piring juga harus mempunyai latihan pernafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu pentas. Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Piring harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton
Pada saat yang bersamaan penari juga telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan. Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikuti jumlah yang diperlukan oleh penari tari Piring dan penyesuaian tempat pentas. Dalam masa yang sama, penari tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing. 2. Mengawali Tari Piring. Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari akan memulai tari Piring dengan sembah pengantin sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut. 3. Saat Menari Tari Piring Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari tari Piring akan memulai tariannya dengan mencapai piring yang diletakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak musik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu per satu piring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya.
Pada umumnya, penari tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari tari piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semua piring yang telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangi pengantin. Dalam waktu yang bersamaan kedua tangan diayun ke kanan dan ke kiri sambil menghasilkan bunyi "ting ting ting ting ......." hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapak tangan yang diletakkan pada piring akan diputar-putar ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memutar-mutarkan di atas kepala. 4. Mengakhiri Tari Piring. Sebuah sajian tari Piring berakhir apabila semua piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan berhadapan.
Demikianlah penjelasan tentang Tari Piring: Berasal Dari, Makna, Properti. Bagikan informasi ini agar orang lain juga bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://ambooyat5.blogspot.com/2020/02/tari-piring-berasal-dari-makna-properti.html