Tahun Baru 2020 Masehi Dalam Perspektif Kelahiran Yesus Dan Fenomena Muslim Merayakannya
Kalender Masehi digunakan Indonesia sejak masa perjuangan. Pada masa kemerdekaan hingga saat ini telah ditetapkan sebagai penanggalan resminya. Tidak hanya di Indonesia, Tahun Masehi juga jadi kovensi bagi dunia internasional.
Sejarah Penggunaan Kalender Masehi
Merunut sejarahnya, Tahun Masehi mulai dirancang pada tahun 525, namun belum begitu luas digunakan pada abad 11 hingga abad 14. Pada tahun 1422, negara Portugis menjadi negara Eropa terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini, hingga akhirnya seluruh negara mengakui dan menggunakannya, untuk mempermudah komunikasi.
Kalender Masehi atau
Anno Domini (Tahun Tuhan) awalnya digunakan pada Kalender Julian dan Georgian
berdasarkan tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus, yang dalam
Islam ditransliterasikan sebagai Nabi Isa AS. Bedanya, bagi umat Islam Nabi Isa
AS adalah pembawa kitab suci dan dilahirkan dari seorang perawan, bukan anak
Allah SWT.
Masehi berasal dari
bahasa Arab yang berarti membasuh, mengusap, atau membelai. Dalam bahasa Ibrani
mereka mengucapkannya mesiah atau mesias, artinya ‘Yang Diurapi’.
Walaupun tahun 1
dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa AS, namun bukti-bukti historis
terlalu sedikit untuk mendukung anggapan tersebut. Dan hingga saat ini masih
kontroversi, namun ada dijelaskan pada Alkitab untuk jadi rujukannya.
Sejarah Penggunaan Kalender Hijriah
Selain Tahun Masehi
sebagai penanggalan resminya, masyarakat Indonesia juga mengenal Tahun Hijriah,
Tahun Imlek, dan Tahun Saka. Tahun Hijriah digunakan oleh umat muslim, Tahun
Imlek digunakan oleh warga keturunan Tionghoa, dan Tahun Saka atau Tahun Jawa
berasal dari penanggalan India yang saat ini digunakan oleh suku Jawa dan Bali.
Selain di Indonesia, Kalender Hijriah juga digunakan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Terutama digunakan dalam penentuan tanggal atau bulan yang menyangkut ibadah dan hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan hijriah karena pada tahun pertama kalender ini terjadi peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Kota Madinah, saat itu tahun 622 Masehi. Kalender Islam mengacu pada peredaran bulan. Sehingga maju 11 hari setiap tahunnya dari Tahun Masehi yang acuannya berdasarkan rotasi matahari.
Penetapan Kalender
Masehi sebagai penanggalan resmi di Indonesia dapat diterima oleh umat muslim
di Indonesia. Dalam kesehariannya lebih cenderung menggunakan penanggalan
Masehi daripada penanggalan Islam. Jika ditanya secara random, mereka lebih
tahu hari ini di penanggalan Masehi daripada penanggalan Islam. Dan jika
ditanya kapan ia lahir, bisa dikatakan secara mayoritas mereka tahunya dalam
penanggalan Masehi.
Jika umat muslim ingin menerapkan Tahun Hijriah sebagai penanggalan resmi di dunia, ini upaya yang sulit. Sesulit mengembalikan fisik matauang menjadi emas, perak, dan perunggu. Yang saat ini tetap diaplikasikan pada medali di event olahraga.
Karena begitu dekatnya keseharian umat Islam di Indonesia dengan penanggalan Masehi, menyebabkan emosionalnya lebih terbentuk pada kalender Masehi daripada kalender Islam. Bisa saja inilah penyebabnya umat Islam pada beberapa negara begitu antusias merayakan malam pergantian Tahun Baru Masehi setiap tahunnya daripada Hijriah.
Renungan bagi Umat Islam Soal Tahun Baru 2020 Masehi
Pada situasi ini kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Kurangnya ilmu pengetahuan pada sebagian umat muslim mungkin jadi akar penyebabnya. Untuk merayakan atau memperingati sesuatu baiknya kita tahu dahulu dasar alasannya. Jika tidak disyariatkan oleh Islam, untuk apa kita melakukannya. Apalagi jika perayaan itu tidak ada faedahnya sama sekali, dan malah bisa menimbulkan kemudaratan, tindakan asusila, dan perilaku negatif lainnya.
Meskipun kehadiran tahun 2020 Masehi bertepatan dengan hari libur sekolah, tapi tidak ada anjuran dari Pemerintah untuk melakukan perayaan pada malam pergantian tahun ini. Malah beberapa pemerintah daerah otonomi di Indonesia mengimbau pada masyarakatnya untuk tidak membuat perayaan atau bentuk keramaian lainnya. Walaupun belum begitu efektif, namun mereka sudah mulai menyadari kekeliruannya selama ini, terbukti menjelang malam pergantian tahun ini sudah mulai sepi kakilima menjajakan terompet, kembang api, petasan, dan lainnya.
Datangnya tahun 2020 Masehi, baiknya kita tanggapi sebagai hal yang biasa saja. Suasana liburan kita manfaatkan untuk memperbanyak ibadah, mempererat silaturahmi, dan syiar agama.
Tahun baru bagi umat Islam itu adalah Tahun Baru Hijriah. Nabi Muhammad SAW tidak menetapkan Tahun Baru Islam berdasarkan hari kelahiran atau hari Beliau diangkat jadi Rasulullah, tapi justru berlandas pada peristiwa hijrah. Dari situ bisa kita tangkap maknanya, agar umat muslim dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu, dan jadi suri teladan bagi umat manusia di dunia, sebagai bentuk dakwah yang hakiki. (*)
The post Tahun Baru 2020 Masehi dalam Perspektif Kelahiran Yesus dan Fenomena Muslim Merayakannya appeared first on IslamicTunesNews.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://www.islamictunesnews.com/tahun-baru-2020-masehi-dalam-perspektif-kelahiran-yesus-dan-fenomena-muslim-merayakannya/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=tahun-baru-2020-masehi-dal