Sang Penggenggam Bara Api
Hadith ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, bahawa Nabi SAW:
يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيْهِم عَلَى دِيْنِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ
Maksudnya: “Akan datang kepada manusia satu zaman di mana orang yang sabar daripada kalangan manusia yang berpegang dengan agamanya seperti seorang yang menggenggam bara api”.
[Riwayat al-Tirmizi, Kitab Fitnah, Bab Larangan mencela angina, no. Hadith 2186]
Aku melihat dengan begitu jelas pada zaman ini, pada saat aku mencoretkan nota ini, para ulama yang diberi kepercayaan besar dalam pemerintahan negara sendiri menjadi ‘boneka’ musuh Islam.
Para alim ulama menjadi ‘pak turut’ dalam percaturan musuh Islam.
Atas alasan kemaslahatan umat sedang tidak mengambil kira akan ‘kerosakan lebih besar’ yang sedang berlaku disebabkan tindakan tersebut, tanpa mengira ia adalah strategi musuh Islam yang mana sudah dibongkarkan oleh sekelompok umat Islam yang lain.
Sang ulama terus menggunakan status mereka, ‘ijmak’ mereka.
Ijmak hanyalah pendapat mereka sebagai manusia yang juga boleh berbuat silap.
Adakah mereka dianggap sentiasa benar dan tidak silap hanya kerana status mereka?
Mereka ini tidak semestinya manusia jahat sebagaimana musuh Islam. Tetapi mereka munafik (ulama suu’) dan tertipu dengan musuh.
Jika mereka diperbetulkan, fitnah akan datang kepada pihak yang membawa kebenaran untuk memperbaiki keadaan umat. Kerana zaman ini adalah zaman fitnah dajjal.
Golongan yang berpegang teguh dalam menegakkan kebenaran inilah, yang sebenar-benarnya penggenggam bara api.
Mereka terdiri dari para wali, sufi, alim ulama yang tidak terikat dalam norma kehidupan yang diaturkan musuh, malah terdiri dari orang biasa.
ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ: ﺇﻥ ﺃﺧﻮﻑ ﻣﺎ ﺃﺧﺎﻑ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ. ﻗﺎﻟﻮﺍ: ﻭﻛﻴﻒ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻨﺎﻓﻘﺎً ﻋﻠﻴﻤﺎً؟ ﻗﺎﻝ : ﻋﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﺴﺎﻥ ﺟﺎﻫﻞ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻭﺍﻟﻌﻤﻞ .
Sayyidina Umar Bin Khoththob ra berkata “Sesungguhnya paling mengkhawatirkannya yang aku khawatirkan dari umat ini adalah para munafiq yang berilmu”
Para sahabat bertanya “Bagaimana orang munafiq tapi ia alim?”
Sayyidina Umar menjawab “Mereka alim dalam lisannya tapi tidak dalam hati dan amaliahnya”
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda;
ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻳُﺒْﺘَﻐَﻰ ﺑِﻪِ ﻭَﺟْﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻻَ ﻳَﺘَﻌَﻠَّﻤُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴُﺼِﻴﺐَ ﺑِﻪِ ﻋَﺮَﺿًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪْ ﻋَﺮْﻑَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
“ Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi jika ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338).
Rasulullah saw. bersabda:
« ﺃَﻻَ ﺇِﻥَّ ﺷَﺮَّ ﺍﻟﺸَّﺮِّ ﺷِﺮَﺍﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺇِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﺧِﻴَﺎﺭُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ »
Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama. (HR ad-Darimi).
Abu Hurairah ra. menuturkan hadis:
ﻣَﻦْ ﺃَﻛَﻞَ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻃَﻤَﺲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ( ﺃَﻭْ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻓﻲِْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔِ ﺍﻟﺪَّﻳْﻠَﻤِﻲْ) ﻭَﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﻪِ
Siapa yang makan dengan (memperalat) ilmu, Allah membutakan kedua matanya(atau wajahnya di dalam riwayat ad-Dailami), dan neraka lebih layak untuknya. (HR Abu Nu‘aim dan ad-Dailami) .
Al Allamah Al-Minawi dalam Faydh al-Qadîr Syarah Jami’ Shogir dari Imam Syuyuthi , mengatakan:
“Bencana bagi umatku (datang) dari ulama sû’, yaitu ulama yang dengan ilmunya bertujuan mencari kenikmatan dunia, meraih gengsi dan kedudukan. Setiap orang dari mereka adalah tawanan setan. Ia telah dibinasakan oleh hawa nafsunya dan dikuasai oleh kesengsaraannya. Siapa saja yang kondisinya demikian, maka bahayanya terhadap umat datang dari beberapa sisi. Dari sisi umat; mereka mengikuti ucapan- ucapan dan perbuatan-perbuatannya.
Ia memperindah penguasa yang menzalimi manusia dan gampang mengeluarkan fatwa untuk penguasa. Pena dan lisannya mengeluarkan kebohongan dan kedustaan. Karena sombong, ia mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui.” ( Faydh al-Qadîr , VI/369.)
Kerana semua itu, Hujjatu Islam Imam al-Ghazali mengingatkan;
“Hati-hatilah terhadap tipudaya ulama su’. Sungguh, keburukan mereka bagi agama lebih buruk daripada syaitan. Sebab, melalui merekalah syaitan mampu menanggalkan agama dari hati kaum Mukmin. Atas dasar itu, ketika Rasul saw ditanya tentang sejahat-jahat makhluk, Beliau menjawab, “Ya Allah berilah ampunan.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali, lalu bersabda, “Mereka adalah ulama sû’ .”
Saat ini, sudah sangat jelas terlihat mereka yang bergelar ulama atau intelektual muslim, tapi menjauhkan muslim dari Islam dengan menafsirkan al-Quran dan as Sunnah sekehendak nafsu mereka. Mereka menjilat para penguasa dan menjadikan kaum kafir sebagai petunjuk mereka. Wallahua’lam.
Jika kau telah menyedari bahawa kau sedang merasakan kesan menggenggam bara api itu sekarang. Maka, bertahanlah sahabat..
Mereka sedang lalai walau tinggi ilm dan status dalam agama. Teruslah laksanakan tugasmu..
KATEGORI : NotaSufi
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://masterlatif.com/sang-penggenggam-bara-api/