Kkr Di Auditorium Uncen Ini Surat Terbuka Kepada Pdt Gilbert Lumoindong
SURAT TERBUKA KEPADA PDT. GILBERT LUMOINDONG
Kepada Yang Terhormat,
Pendeta Gilbert Lumoindong.
Shalom!
Selamat Datang di Tanah orang-orang Melanesia di West Papua. Kami hargai profesi Anda sebagai seorang pendeta.
Pendeta Gilbert, di Tanah ini, ada sejarah penderitaan panjang, krisis dan tragedi kemanusiaan, ada tulang belulang berserakkan di Tanah ini. Ada cucuran air mata dan tetesan darah yang belum berakhir di atas tanah ini. Operasi militer sedang berlangsung di Nduga sejak Desember 2018 sampai bulan Desember 2019.
Ada penangkapan dan pemenjaraan umat Tuhan, Orang Asli Papua. Basoka Logo, ada 7 orang yaitu Buktar Tabuni dan kawan-kawan di bawa ke Kalimantan, ada 9 orang dari Deiyai, ada 42 mahasiswa yang sedang diadili dan masih banyak lagi.
Pendeta Gilbert perlu mengetahui bahwa penderitaan panjang ini disebabkan kekerasan dan kejahatan penguasa pemerintah, TNI-Polri. Ratusan bahkan ribuan rakyat Papua dibantai seperti hewan dan binatang oleh TNI-Polri.
Pendeta Gilbert, para pelaku kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), yaitu TNI-Polri memiliki kekebalan (impunitas)hukum dan para penjahat kemanusiaan ini diberikan penghargaan dan promosi jabatan.
Pendeta Gilbert, di Tanah ini terjadi pemusnahan etnis Melanesia selama 58 tahun sejak tahun 1961. Pelaku pemusnahan etnis Melanesia adalah sahabat-sahabat pak pendeta Gilbert, yaitu TNI-Polri.
Pendeta Gilbert perlu tahu, TNI-Polri membantai umat Tuhan, Orang Asli Papua dengan stigma, separatis, makar, OPM dan mitos terbaru ialah KKSB.
Saya minta kepada Anda, menginjili dan membina Panglima TNI dan Kapolri dan seluruh anggotanya supaya mereka bertobat, berubah dan tidak lagi membunuh Penduduk Asli Papua.
Pendeta Gilbert, Anda jangan berdansa-dansa dan manari-nari di atas penderitaan, tetesan darah dan cucuran air mata kami. Anda jangan menyuburkan dan memperpanjang serta melanggengkan kesusahan kami, penderitaan kami. Karena kami cukup lama menderita atas kekejaman dan kejahatan dari pemerintah dan TNI/Polri.
Pendeta Gilbert, kami mengerti teologi Anda, yaitu Teologi Gereja Negara yang mendukung dan memperkuat kekerasan, kejahatan, kekejaman, kebrutalan yang dilakukan Negara, TNI dan Polri terhadap Penduduk Orang Asli Papua.
Pendeta Gilbert, perlu Anda tahu bahwa yang kami rindukan dan harapkan ialah seorang sahabat pendeta yang datang dari jauh dan mengatakan kepada pemerintah Indonesia dan TNI-Polri : "hentikan kekerasan dan kejahatan terhadap Penduduk Orang Asli Papua." Tetapi, apa yang dirindukan itu tidak bisa terwujud karena Pendeta Gilbert adalah pendukung setia NKRI, Pancasila, UUD1945, Bhineka Tunggal Ika.
Pendeta Gilbert, sikap dan perilaku Anda semakin memperdalam penderitaan kami. Anda datang menginjak luka lama kami. Anda memusuk luka kami. Anda datang bukan untuk menyembuhkan, tetapi membuat luka semakin lebar.
Saya mau sampaikan kepada pendeta Gilbert Lumoindong, bahwa Anda telah dipakai oleh Negara, TNI-Polri untuk menyembunyikan kekejaman dan kejahatan kemanusiaan selama 58 tahun sejak tahun 1961 dengan Kebaktian Kebangunan Rohani.
Pendeta Gilbert, dan TNI-Polri, Anda semua jangan berbohong di siang bolong. Jangan hidup berpura-pura dan penuh kemunafikan. TUHAN dan Firman-Nya tidak boleh dimanipulasi. TUHAN bisa menghukum dan mengutuk Anda semua yang berusaha menutup-nutupi kekejaman dan penderitaan umat Tuhan dengan Kebaktian Kebangunan Rohani dengan misi dan tujuan tidak murni.
Pendeta Gilbert, ikuti dan juga belajar kepada Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno yang memberikan kesimpulan akurat dan tepat tentang keadaan rakyat Papua yang sangat buruk selama ini dalam bukunya: Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme (2015, hal. 255, 257).
"...Ada kesan bahwa orang-orang Papua mendapat perlakuan seakan-akan mereka belum diakui sebagai manusia....Situasi di Papua adalah buruk, tidak normal, tidak beradab, dan memalukan, karena itu terturup bagi media asing. Papua adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia." (hal. 255).
"...kita akan ditelanjangi di depan dunia beradab sebagai bangsa biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua, meski tidak dipakai senjata tajam." (hal. 257).
Pendeta Gilbert, saya tidak tahu, apakah Anda dipakai oleh Tuhan, dipakai Iblis atau di Negara dan TNI-Polri? Anda jangan menari-nari dan berdansa-dansa atas penderitaan bangsa kami di atas Tanah leluhur kami.
Terima kasih.
Ita Wakhu Purom, 2 Desember 2019
Badan Palayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua,
Presiden,
Dr. Socratez S.Yoman
Nomor Kontak: 08124888458
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2019/12/kkr-di-auditorium-uncen-ini-surat.html