Kisah Ayah Dan Anak
Ada satu keluarga ni, si ayah pomen motorsikal manakala anaknya pula pomen kereta. Bengkel mereka bersebelahan.
Satu hari, datang seorang pemilik kereta hendak betulkan keretanya. Si anak pun beri pendapat ada beberapa barang perlu ditukar.
Tiba-tiba si ayah cakap yang lain. Ayahnya kata tak perlu tukar barang. Boleh buat cara lain. Si anak tak setuju tapi si ayah berkeras.
Siapa lebih tahu soal kereta? Tentulah si anak kan sebab dia memang pomen kereta. Tapi si ayah kata dia lebih lama jadi pomen. Walaupun dia adalah pomen motor.
Bila si anak tak mahu ikut kata si ayah, lalu ayahnya pun kata anaknya menderhaka. Sebab lawan cakap ayahnya. Boleh ke begitu?
Sedangkan dalam hal ini, sudah tentulah si anak lebih mahir. Tak timbul soal derhaka sebab cakap si ayah tak betul dan boleh menimbulkan masalah lain kepada pemilik kereta itu.
Begitulah dalam politik. Biar pun ahli agama yang bercakap, tapi kalau tak betul, maka tak timbul soal melawan ulama.
Sebab politik bukan kepakaran ulama tersebut. Melainkan ulama itu memang seorang ahli politik. Maksudnya, dia memang ada masuk pilihanraya.
Tapi bila ulama masuk politik, maka jadilah dia ahli politik. Jadi bila kita kritik dia, dikira mengkritik ahli politik. Bukan kritik ulama.
Jangan terkeliru dalam hal ini ini. Kala lu ulama tak mahu dikritik seperti ahli politik, maka berhentilah dari jadi ahli politik.
Perlu diingat, bila ulama main politik, keputusannya pasti akan dipengaruhi oleh politik. Jadi kita tak lagi boleh mempercayainya sebagaimana kita percayai ulama biasa. Guane boh?
Raja Gelap
.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://wrlr.blogspot.com/2023/06/kisah-ayah-dan-anak.html