Kepada Yang Terhormat Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian Di Jakarta
SURAT TERBUKA
Kepada Yang Terhormat,
Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian
Di - Jakarta
Shalom...!
Bapak Kapolri yang terkasih, melalui surat ini, saya menyampaikan tanggapan tentang pernyataan bapak di Metro TV Papua menanggapi demonstrasi damai di berbagai kota di Papua pada Agustus-September 2019 pada dasarnya menentang sikap RASISME yang terjadi pada 15-17 Agustus 2019 di Semarang, Malang dan Jogyakarta yang dilakukan oleh organisasi massa radikal seperti: Front Pembela Islam (FPI), Pemuda Pancasila (PP), Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI (FKPP) dan didukung oleh aparat keamanan.
Pernyataan bapak Kapolri yang disampaikan sebagai berikut:
"Jadi apa yang terjadi saat ini dan di luar, itu semua yang disign (dirancang) oleh kelompok yang ada di sini. Dan itu saya kejar. Kita sudah tahu nama-namanya. Kami akan tegakkan hukum sama mereka. Karena sebagian mereka terus bermain seperti ini.
Ya, mengorbankan masyarakat ke depan berbenturan dan mereka-mereka bermain tangan bersih, tidak, kita tahu. Ini akan terus terjadi, kalau kita tidak akan bergerak keras, tegas, menegakkan hukum dengan cara-cara hukum pada mereka. Kami akan, tolong dicatat itu,teman-teman.
ULMWP dan KNPB bertanggungjawab atas insiden. Saya akan kejar mereka. Dan mereka juga produksi hoax-hoax itu.
Teman-teman wartawan di Papua faham. Benny Wenda main. Ya, mereka ini mau mengejar apa? Mengejar dalam rangka tanggal 9 September itu ada rapat Komisi HAM di Jenewa. Jadi bikin rusuh supaya ada suara.
Tanggal 9, tanggal 23, 24 September ada Sidang Majelis Umum PBB. Di situ nanti semua negara-negara bisa menyampaikan pandangan-pandangannya. Tapi tidak ada agenda mengenai Papua. Tapi sengaja bola dilempar.
Ada bebarapa unsur internal. Ya, beberapa, ada satu, dua negara didekati untuk supaya nanti angkat isu itu supaya bikin rusuh di sini.
Tapi kasihan, mengorbankan masyarakat. Nanti Tuhan yang membalasnya. Ya, ingat! Pembakaran, adanya korban, adanya meninggal akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan yang Mahakuasa. Itu. Tujuannya itu. Tidak ada yang lain. Siapa yang bermain? Benny Wenda."
Bapak Kapolri yang mulia, lebih elegan dan terhormat kalau bapak menjadi terang seperti bintang dibahu bapak. Tetapi, sangat disayangkan, bahwa apa yang bapak sampaikan ini saya simpulkan bahwa KEBOHONGAN berjalan TELANJANG di siang bolong. Media yang berada dibawah kekuasaan dan kontrol militer dan Negara yang mendidik seluruh rakyat Indonesia hoax yang diproduksi oleh para penguasa. Bapak Kapolri menyatakan ini dengan beberapa tujuan yang saya tangkap dan mengerti sebagai berikut.
1. Pembelokkan AKAR persoalan RASISME yang telah menjadi TELANJANG/TERBUKA dan dilakukan perlawanan dari seluruh rakyat Papua dan masyakarat Internasional. Karena RASISME adalah musuh TUHAN. RASISME juga musuh seluruh umat manusia. RASISME ialah kejahatan kemanusiaan terberat. Pelaku RASISME tidak ada kawan dan sahabat di planet ini.
2. Kriminalisasi UNited Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Bapak Kapolri, ingat, jangan keliru, karena ULMWP adalah payung resmi perjuangan politik rakyat dan bangsa West Papua yang dibentuk atas dukungan Koferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC) yang mempersatukam rakyat dan bangsa West Papua. ULMWP diakui dan diterima oleh Negara-Negara merdeka, yaitu anggota MSG dan PIF dan Negara-Negara Afrika dan Karabia. Bahkan Dewan Gereja Dunia (WCC) mendukung 100% keberadaan ULMWP.
2. Pernyataan Bapak Kopolri juga mengkriminalisasi Komite Nasional Papua Barat. KNPB tidak seperti yang bapak Kapolri dan penguasa berpikir. KNPB adalah wadah perjuangan dan perlawanan perilaku RASISME penguasa Indonesia di atas Tanah Melanesia West Papua. KNPB wadah perjuangan keadilan, perdamaian dan hak-hak politik rakyat dan bangsa West Papua.
3. Bapak Kapolri yang mulia, ULMWP dan KNPB tidak turun sendiri dari langit atau ia tidak terbang dari negeri yang jauh. ULMWP dan KNPB lahir di Tanah Melanesia sebagai jawaban adanya: Kolonialisme dan penjajahan Indonesia berdasarkan roh RASISME. Kekerasan, kekejaman, kebrutalan Indonesia berdasarkan nafas RASISME. Pemusnahan etnis Melanesia-Papua berdasarkan semangat nasionalisme sempit yang RASIS. Ketidakadilan dan diskriminasi yang didorong oleh RASISME. Perilaku Indonesia yang RASIS ini sudah berlangsung selama 58 tahun sejak tahun 1961.
Bapak Kapolri yang mulia, ULMWP dan KNPB tidak turun sendiri dari langit atau ia tidak terbang dari negeri yang jauh. ULMWP dan KNPB lahir di Tanah Melanesia sebagai jawaban adanya: Kolonialisme dan penjajahan Indonesia berdasarkan roh RASISME. Kekerasan, kekejaman, kebrutalan Indonesia berdasarkan nafas RASISME. Pemusnahan etnis Melanesia-Papua berdasarkan semangat nasionalisme sempit yang RASIS. Ketidakadilan dan diskriminasi yang didorong oleh RASISME. Perilaku Indonesia yang RASIS ini sudah berlangsung selama 58 tahun sejak Papua dianeksasi Indonesia tahun 1961. ULMWP dan KNPB itu lahir dari hasil kawin paksa Pepera 1969 yang berideologi RASISME.
4. Bapak Kapolri yang mulia, bapak Benny Wenda adalah pemimpin rakyat dan bangsa West Papua yang terhormat dan mulia, pejuang keadilan, perdamaian, kesamaan hak bangsa West Papua dan ia cinta perdamaian. Buktinya Benny Wenda mendapat penghargaan dan penghormatan Komunitas Internasional: Oxford Freedom Reward pada 17 Juli 2019. Benny Wenda dihormati dan diakui serta sejajar dengan para tokoh dunia yang mempunyai peran dan andil memberikan kontribusi PERDAMAIAN dunia. Bukan seperti yang penguasa Indonesia berfikir dalam ruang lingkup sempit NKRI harga mati.
Penghargaan bergengsi yang diterima Benny Benny pernah diterima Admiral Lord Nelson pada 22 Juli 1802; The Rt. Hon. Arthur Annesty, Vicount Valentia pada Desember 1909; Prof. Christopher Brown CBE pada 2 Juli 2016; Lesley Dewhurst pada 14 September 2016 dan Nelson Mandela.
Bapak Kapolri yang terhormat, Benny Wenda adalah tokoh besar dan pemimpin besar seperti Ir. Soekarno dulu dinilai kolonial Belanda sebagai Separatis tapi rakyat Indonesia menghormati sebagai pemimpin bangsa Indonesia. Saya pikir sejarah selalu mengulangi peristiwa yang sama tapi dalam waktu yang berbeda, orang yang berbeda dan bangsa yang berbeda.
Bapak Kapolri, kapan tegakkan hukum dengan mengejar pembunuh 4 siswa di Paniai pada 8 Desember 2014? Dimana mata hukum Indonesia? Dimana keadilan hukum bagi rakyat Papua?
Bapak Kapolri, kapan bapak tangkap dan adili dan penjarakan Kelompok Barisan Merah Putih, Milisi dan Kelompok Masyarakat Nusantara yang membacok dan membunuh Orang Asli Papua pada September 2019?
Mengapa bapak Kapolri dengan anggota Kepolisian hanya berani kejar, tangkap, siksa dan membunuh anggota KNPB, mahasiswa dan rakyat yang mengadakan demonstrasi damai melawan RASISME?
Bapak Kapolri yang mulia, jangan keliru, bahwa persoalan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM yang dilakukan Negara berdasarkan RASISME selama 58 tahun sudah menjadi persoalan Internasional, bukan karena adanya demonstrasi damai menentang RASISME pada bulan Agustus-September 2019.
Bapak Kapolri yang terhormat, jangan keliru, bahwa rakyat dan bangsa West Papua tidak mempermasalahkan persoalan West Papua menjadi agenda PBB atau bukan? Yang penting dan jelas bagi rakyat Papua ialah persoalan kejahatan Negara berdasarkan RASISME selama 58 tahun sudah menjadi persoalan komunitas internasional.
Akhir dari surat terbuka ini, saya mau sampaikan kepada bapak Kapolri bahwa
Pemerintah Indonesia mempunyai kekuatan senjata, pasukan TNI-Polri jumlanya ribuan, memiliki pesawat tempur, kapal tempur, tank-tank tempur yang kuat dan canggih menekan dan menindas kami.
Tapi, kami, orang Asli Papua, rumpun Melanesia ada di atas tanah leluhur kami. Sebelum Indonesia menduduki kami, leluhur kami ada di atas tanah ini. Jadi kami ada di sini dengan roh-roh, tulang belulang leluhur dan nenek moyang kami. Kami ada di sini bersama Tuhan kami. Kami ada bersama Injil Yesus Kristus adalah TUHAN kami, Juruselamat kami dan Gembala kami.
Kami juga bersama solidaritas saudara-saudara Non-Papua yang datang mengadu nasib ekonomi di atas tanah kami. Kami tidak pernah dan belum pernah marah bahkan usir mereka. Lihatlah banyak saudara-saudara pendatang ada di kampung-kampung, daerah-daerah terpencil, hidup bersama, makan bersama, cerita bersama, senyum bersama, tertawa bersama sudah bertahun-tahun. Kami hidup dalam harmoni dan damai selama ini dari Sorong-Merauke.
Siapa yang munculkan ide-ide jahat dan memecahbelah kami yang membentuk: Masyarakat Nusantara, Milisi dan Barisan Merah Putih di Tanah Papua? Cara-cara ini telah merusak modal sosial persaudaraan dan persahabatan yang terbangun dan terpelihara selama ini di Tanah kami.
Bapak Kapolri yang terkasih, apapun dalih, alasan dan skenario penguasa Indonesia di atas hidup dan tanah leluhur kami, kami tetap berdiri membela martabat dan harga diri kami sebagai manusia bukan monyet menurut Indonesia tapi bukan menurut TUHAN dan leluhur kami.
Terima kasih. Salam damai dari Tanah Melanesia, West Papua.
Ita Wakhu Purom, 3 Oktober 2019
Badan Pelayan Pusat
Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua,
Presiden,
Gembala Dr. Socratez S.Yoman
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2019/10/kepada-yang-terhormat-kapolri-jenderal.html