Kenapa Agama Islam Pertama Kali Turun Di Jazirah Arab Ini Penjelasannya
Pertama-tama perlu digaris tebal, hikmah yang dijabarkan disini hanya prediksi ‘ilmiah’ belaka dalam rangka menghilangkan dahaga keingintahuan. Sifatnya tidak mengikat dan relatif.
Karena Allah jalla wa ‘ala Maha Mampu untuk mewahyukan Islam di mana pun, menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung keberhasilan dakwah di seluruh penjuru bumi dan mengunci mati semua pintu keraguan terhadap kenabian Rasulullah SAW.
Pertanyaan yang tersimpan di lubuk kita dan –barangkali menjadi sebuah pergulatan batin:
“kenapa Islam harus turun di Arab, bukan di Eropa, Yunani, Cina atau Nusantara?” telah dijawab sementara ulama, salah satunya oleh Syekh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi rahimahullah dalam bukunya Fiqh as-Sirah.
Penulis menyarikan tiga poin penting dari penjabaran beliau:
Pertama, posisi strategis Semenanjung Arab yang diapit Romawi dan Persia memudahkan tersebarnya agama Islam –baik dengan cara dakwah maupun futuhat (penaklukan ekspansif).
Kedua, jazirah Arab pada masa itu adalah kawasan yang tenang karena terhindar dari semua bentuk kekacauan yang menyebar di sekitarnya.
Imperium Romawi & Persia dengan tamadun menjulang, membayar kemajuannya dengan kebobrokan sosio-moral masyarakat mereka.
Kekayaan intelektual-filosofis di Yunani menjadikan mereka bangsa yang dikuasai takhayul dan mitos.
Penduduk Arab tidak mengenyam kemewahan peradaban, kepongahan militer, juga tidak disibukkan dengan berbagai paham amoral yang mengikis akhlak.
Pada saat itu, Arab tak ubahnya “bahan baku” yang belum diolah dan diubah bentuk. Di tengah masyarakat yang masih murni inilah, fitrah kemanusiaan tetap terjaga.
Nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kehormatan, suka menolong dan menjaga harga diri mewarnai kehidupan masyarakatnya.
Namun sayang, mereka belum mendapatkan pelita yang dapat menerangi jalan untuk mencapai keluhuran.
Nilai adiluhung tadi salah tempat dan malah membuat mereka tersesat (jahiliyyah).
Anak perempuan dikubur hidup-hidup dengan dalih menjaga kehormatan. Berperang dan membunuh satu sama lain demi menjaga harga diri.
Membela karib-kerabat, tak peduli yang dibela benar atau salah (zhaaliman au mazhluuman).
Ketiga, Karena Rasulullah SAW khatam an-nabiyyin, mukjizat utama beliau haruslah yang shalihun li kulli zaman wa makan (universal, trans-historis).
Bukan otot kawat balung wesi (mengandalkan kekuatan) sebagaimana Nabi Ibrahim as yang tidak mempan dibakar api. Membelah lautan seperti Nabi Musa as.
Atau menghidupkan orang mati seperti Nabi Isa as. –di mana mukjizat-mukjizat temporal tersebut hanya bisa disaksikan oleh masing-masing pengikut pada zamannya.
Allah SWT menganugerahkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, kumpulan kalimat Tuhan Yang Maha Agung dengan segala keunggulan hukum, ramalan kejadian, sastra, semiotika dll, yang melemahkan siapapun untuk menyerupai bahkan semisal satu surah saja.
Apabila al-Qur’an turun di tengah-tengah kejayaan peradaban Perisa-Romawi, atau kekayaan dialektika-filsafat Yunani, pastilah musuh-musuh Islam punya back up atas tuduhan mereka, bahwa Islam hanyalah norma, instrumen, yang ‘dipinjam’ dari sana sini. Atau dengan bahasa lain, Islam hasil ATM belaka (amati, tiru, modifikasi).
Mahas Suci Allah yang telah menurunkan Islam kepada Nabi yang ummy (buta huruf), ditambah lagi dengan kegersangan (fi waadin gairi dzi dzar’in) dan ‘keterbelakangan’ jazirah Arab.
Wallahu a’lam.
Sumber: bincangsyariah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/kenapa-agama-islam-pertama-kali-turun-di-jazirah-arab-begini-penjelasannya/