Kapitalis Indonesia Merampas Kasih Sayang Dari Anak Anak
Anak - anak Sertu La Ongge bukanlah satu - satunya anak - anak yang telah ditinggalkan selamanya oleh orang yang menjadi kebanggaan dalam hidup mereka.
Peristiwa ini hanya mewakili sekian kasus yang terjadi selama ini dalam kaitan dengan konflik berkepanjangan antara Papua dan Indonesia. Konflik ini seakan merampas keceriaan hari - hari hidup beberapa anak - anak Indonesia dan juga anak - anak Papua.
Hanya orang bodoh yang tak punya hati nurani saja yang akan beralibi bahwa mereka gugur sebagai Kusuma / Pahlawan Bangsa. Apa itu bangsa dan apa itu Negara ? Negara bangsa atau bangsa negara hanyalah hasil rekayasa sosial manusia untuk kepentingan manusia juga. Kalau hari ini ada 200 ( dua ratus sekian juta ) manusia yang ada hidup dan beraktifitas dalam negara Republik Indonesia, maka negara harus hadir untuk mengakomodir dan mengantar nasib hidup dua ratus juta lebih jiwa rakyat Indonesia ( yang di dalamnya termasuk anak - anak almarhum Sertu La Ongge ) kepada tujuan yang dicita - citakan bersama.
DAMAI, SEJAHTERA, ADIL dan MAKMUR itu harus melingkupi hajad hidup orang banyak dan dinikmati / dirasakan secara lahiriah dan batiniah ( rohani dan jasmani ). Siapakah manusia di planet bumi ini yang tidak suka dengan konsep hidup damai, sejahtera, adil dan makmur ? Ini tujuan hidup manusia yang bersifat universal.
Lihat juga: Menkopolhukam Tidak Etis Menyebut Data Korban Nduga Sampah
Praduga bahwa konflik Papua sengaja dipelihara oleh kelompok tertentu yang berkolaborasi dengan para raksasa pemilik modal bisa mendekati kebenaran jika kita coba telusuri hasil penelitian Greg Poulgrain ( Bayang - Bayang Intervensi ; Perang Siasat John F. Kennedy dan Allen Dulles atas Suakarno, Best Publisher, Jokjakarta, 2017 ).
Maka, lewat media ini kami hanya menyerukan suatu aksi moral MARI CINTA MASA DEPAN. Jangan rampas hari - hari yang ceria dari anak ini. Karena mereka lah pemilik masa depan. Mengapa kita terus menerus menabur benih dendam dan kebencian di hati mereka yang masih polos. Mengapa kita harus mewarisi estafet konflik Indonesia Papua dari generasi ke generasi. Kita bisa menentukan kapan garis finish atau titik final kapan saja. Persoalannya apakah kita " MAU atau TIDAK " ?
Generasi Milleneal Indonesia dan Papua yang cerdas mari kita mulai dengan melakukan PEMISAHAN.
Siapa yang mau dan siapa yang tidak mau. Keduanya harus berargumen dengan alasan yang rasional bukan irasional. Kapitalisme sangat tidak rasional, mereka hanya manusia ab-normal yang berimajinasi untuk menjadi tuhan pemilik bumi. Tapi mereka lupa bahwa suatu kelak mereka akan mati dalam kesia - siaran dan kehampaan. ( Boy )
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2020/03/kapitalis-indonesia-merampas-kasih.html