Corona Tak Kunjung Selesai Pembatasan Sosial Harus Diterapkan Hingga 2022


Apa jalan keluar dari pandemi ini? Para ahli dari berbagai disiplin ilmu mengevaluasi berbagai strategi. Inlah salah satu langkah.
Evaluasi ini sulit karena belum diketahui apakah SARS Cov-2 yang menyebabkan COVID-19 sama dengan virus Corona penyebab SARS pada tahun 2002-2003.
Saat ini dunia sains terbagi dua, antara yang mencoba menemukan vaksin pembasmi virus SARS Cov-2, atau mencari obat yang mampu menyembuhkan penyakit yang disebabkannya, COVID-19.
Sementara belum ada yang pasti dari upaya ini, jaga jarak dan pembatasan gerak merupakan langkah utama untuk memperlambat penyebaran virus, dan mengurangi dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan.
Satu model pembatasan sosial sedang dianalisis oleh peneliti di Harvard University School of Public Health.
Dalam kasus Amerika Serikat, salah satu negara paling terdampak, para peneliti menjelajahi berbagai skenario termasuk kemungkinan penerapan jaga jarak berselang yang bisa berlangsung hingga tahun 2022.
Kewaspadaan Permanen
Stephen M. Kissler, Christine Tedijanto, Edward Goldstein, Yonatan H. Grad dan Marc Lipsitch adalah para peneliti yang menerbitkan hasil kajian mereka di jurnal Science.
“Sangat penting untuk paham masa depan penularan dari SARS-CoV-2,” tulis mereka.
Berdasarkan beberapa faktor seperti musim, kekebalan, dan data dari AS, mereka menganalisis kemungkinan penyebaran virus terjadi hingga 2025 dan membuat beberapa perkiraan.
“Kami memproyeksikan pengulangan wabah SARS-CoV-2 lebih mungkin terjadi di musim dingin sesudah adanya gelombang pandemi yang parah,” kata mereka.
Gelombang kedua ini bisa berakibat buruk karena sistem layanan kesehatan belum tentu mampu menanganinya.
Maka agar dampaknya tidak dramatis mereka menyarankan “pembatasan sosial yang diperpanjang atau diselang-seling hingga tahun 2022”.
Memperkuat layanan kesehatan dan mengembangkan pengobatan yang efektif terhadap akibat virus itu “akan memperkuat keberhasilan jaga jarak berselang dan mempercepat didapatkannya kekebalan kelompok”.
Para peneliti juga menyatakan pentingnya “melakukan kajian serologi jangka panjang untuk menentukan cakupan dan durasi imunitas terhadap SARS-CoV-2”.
“Bahkan ketika sudah ada keberhasilan pemusnahan, pengawasan terhadap SARS-CoV-2 tetap harus ada, karena wabah masih mungkin terjadi hingga tahun 2024.”
Apa yang Diperlukan?
Salah satu pertanyaan utama para peneliti adalah, apa yang akan terjadi ketika aturan tinggal di rumah mulai dicabut.
“Ketika jaga jarak tak diterapkan lagi dan kemungkinan penularan meningkat lagi di musim gugur, mungkin akan terjadi wabah di musim dingin. Ini akan bertumpuk dengan flu musiman, maka rumah sakit akan kewalahan,” papar mereka.
Dr Fernando Rodrguez, profesor obat-obatan pencegahan dan kesehatan masyarakat di Autonomous University of Madrid (UAM) menyatakan, perlu diingat bahwa pendekatan para peneliti di Harvard University itu adalah “model teoritis, (…) dan tak ada bukti langsung”.
Kajian mereka bersifat analisis dan bukan rekomendasi kebijakan. Para ilmuwan ini menekankan bahwa mereka tidak mendukung langkah atau kebijakan tertentu, melainkan bertujuan mengidentifikasi kemungkinan arah perkembangan pandemi ini.
“(Yang mereka usulkan) adalah langkah paling praktis mengendalikan wabah dan melakukannya secepat mungkin dengan sekecil mungkin korban dan biaya. Yang paling utama adalah melindungi sistem layanan kesehatan agar tidak kewalahan.”
“Caranya adalah mempersilakan terjadinya peningkatan infeksi dan ini akan memungkinkan masyarakat secara pelan-pelan mengembangkan kekebalan kelompok (herd immunity). Lalu saat infeksi sangat tinggi, kita menjaga jarak lagi, dan begitu seterusnya,” kata Rodrguez dalam percakapan dengan BBC Mundo.
Menurut Rodriguez, argumen yang mereka pakai, metode ini akan membuat orang bisa menjalankan kehidupan yang relatif normal dan ekonomi akan berjalan lagi, dan di saat yang sama membangkitkan kekebalan kolektif yang disebut juga herd immunity.
Herd Immunity
Konsep ini bermakna cukupnya jumlah orang dalam satu populasi yang memperoleh kekebalan terhadap penyakit ini sehingga secara efektif menghentikan penyakit tersebut.
Dengan logika itu, kekebalan tidak akan diperoleh lewat vaksin tapi dari penyakit tersebut. Lebih banyak orang terinfeksi, lebih banyak orang sembuh dan menjadi kebal.
Ini akan membentuk ketahanan dan wabah akan menurun karena tidak ada lagi yang bisa terinfeksi. Demikian menurut mereka yang mendukung teori ini.
“Sedikit demi sedikit kita akan tertular, dan ketika 60%, 70% populasi tertular, kita akan segera kembali ke normal,” papar Prof Rodriguez.
Aturan tinggal di rumah seperti yang sekarang dijalankan di banyak negara mengurangi infeksi dan menghentikan gelombang kasus baru.
“Para peneliti Harvard berpendapat dengan cara ini kita akan sedikit sekali terinfeksi, tetapi kita harus tinggal di rumah sangat lama karena tanpa terinfeksi, orang tidak akan kebal,” kata Rodriguez lagi.
Satu aspek yang dipertimbangkan oleh strategi pembatasan pergerakan berselang seling adalah “pada saat rumah sakit hampir penuh, kita lakukan pembatasan gerak lagi agar rumah sakit tidak kewalahan”.
Menurut Rodriguez, skenario ini punya masalah dalam kelayakan penerapannya.
“Ini agak bermain-main dengan api karena saat infeksi meningkat dan kita bertindak cepat menahan orang di rumah, atau sistem pengawasan epidemi tidak berjalan, mungkin kita terlambat dan bisa menyebabkan rumah sakit kewalahan.”
Dalam skenario ini, kapasitas layanan kesehatan, terutama unit perawatan intensif, harus ditingkatkan agar bisa mengendalikan situasi dengan efektif.
Rodriguez dan ahli lain berkeras bahwa kajian Harvard ini merupakan model teoritis berdasar simulasi matematis, dan penerapannya bisa sangat rumit.
‘Belajar’
Idenya adalah, sesudah melonggarkan aturan pembatasan pergerakan, ada kebutuhan untuk kembali mengetatkan kembali karantina.
“Yang baru dari sini adalah merancang de-eskalasi maka ada selang seling pengetatan pergerakan di masa depan.”
Ini karena virus Corona dan akibat yang ditimbulkannya adalah fenomena baru.
“Kita sedang melakukan eksperimen alamiah. Hanya ketika kita menerapkannya, baru kita bisa mengetahui seberapa efektif langkah tersebut.”
“Kita tahu bahwa tinggal di rumah merupakan langkah efektif, tapi tak diketahui dengan pasti berapa minggu dibutuhkan di satu negara sampai tidak ada lagi infeksi. Kita sedang belajar dari berbagai kasus.”
Dan masih banyak lagi ketidakpastian dalam menghadapi virus Corona ini.
Melompat
Menurut Dr Rebeca Cordero, profesor Sosiologi di European University, skenario yang menyarankan agar ada pembatasan gerak kemudian melonggarkannya, perlu memperhitungkan kebutuhan bentuk-bentuk transisi.
“Tidak boleh dianggap bahwa kita bisa melompat dari karantina kepada model kehidupan yang sebelumnya kita miliki,” katanya kepada BBC Mundo.
Keseimbangan yang harus dijaga adalah: menjaga ekspektasi orang yang menjalani karantina bahwa mereka bisa keluar rumah lagi dan “menjalani kehidupan penuh seperti sebelumnya,” katanya.
“Namun ketika kita diperbolehkan keluar rumah lagi (awalnya ke kelompok tanpa risiko), kita akan menemukan masyarakat dengan penjara sosial yang besar dan dikendalikan oleh aturan gaya hidup higienis.”
“Di Spanyol, istilah de-eskalasi digunakan untuk bisa keluar rumah lagi sedikit demi sedikit. Ini dilakukan di negara Eropa saat ini dan diterapkan di China,” katanya.
Ahli sosiologi ini menjelaskan bahwa membuka masyarakat sedikit demi sedikit akan membuat kita memasuki lingkungan sosial yang berbeda daripada yang sebelumnya biasa kita jalani.
“Pembatasan sosial merupakan kebijakan yang pada dasarnya meminta setiap orang menjaga jarak di luar rumah, dan ini tetap harus dijalankan saat de-eskalasi ini diterapkan,” kata Cordero.
Dan langkah ini dijalankan dengan tetap mengawasi perkembangan pandemi.
Misalnya, jika ada bukti ilmiah bahwa saat musim panas virus jadi tidak aktif, bisa saja kelompok yang rentan diperbolehkan untuk keluar rumah.
Namun saat musim gugur, mungkin perlu lagi masuk ke fase tinggal di rumah.
Siklus seperti ini akan berlanjut tergantung seberapa jauh kemajuan dicapai dalam pengobatan dan vaksin.
Yang disepakati oleh para ilmuwan Harvard maupun Rodriguez dan Cordero adalah kecil sekali kemungkinan kita kembali kepada kehidupan kita sebelum terjadinya pandemi virus Corona.
Sumber: detik.com


Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :

https://islamidia.com/corona-tak-kunjung-selesai-pembatasan-sosial-harus-diterapkan-hingga-2022/

Kempen Promosi dan Iklan
Kami memerlukan jasa baik anda untuk menyokong kempen pengiklanan dalam website kami. Serba sedikit anda telah membantu kami untuk mengekalkan servis percuma aggregating ini kepada semua.

Anda juga boleh memberikan sumbangan anda kepada kami dengan menghubungi kami di sini
Jokowi Yakin Corona Usai Di Akhir 2020 Mbah Amien Ini Bukan Republik Dukun Harus Berdasar Riset

Jokowi Yakin Corona Usai Di Akhir 2020 Mbah Amien Ini Bukan Republik Dukun Harus Berdasar Riset

papar berkaitan - pada 18/4/2020 - jumlah : 184 hits
Presiden Joko Widodo meyakini masa masa sulit akibat pandemi Covid 19 akan berakhir pada akhir tahun Sehingga ia optimis sektor pariwisata akan kembali menggeliat pada tahun depan atau 2021 Hal itu dikatakan Jokowi dalam rapat terbatas meng...
Peternak Bingung Harga Ayam Anjlok Hingga Rp 6 000 Per Kg Di Tengah Wabah Corona

Peternak Bingung Harga Ayam Anjlok Hingga Rp 6 000 Per Kg Di Tengah Wabah Corona

papar berkaitan - pada 16/4/2020 - jumlah : 284 hits
Sejumlah peternak ayam di sejumlah daerah di Indonesia mengeluhkan jatuhnya harga jual ayam di tingkat peternak Pada kondisi normal harga ayam di kandang berada di kisaran Rp 18 000 19 000 per kg Namun kini di Jabar berkisar antara Rp 6 000...
Ini Resep Vietnam Perangi Corona Hingga Nol Korban Jiwa

Ini Resep Vietnam Perangi Corona Hingga Nol Korban Jiwa

papar berkaitan - pada 13/4/2020 - jumlah : 265 hits
Vietnam mulai bisa bernapas lega karena pertarungannya melawan Corona sepertinya akan segera berakhir Hingga kini tak ada laporan kasus kematian akibat Corona di sana dan penerbangan akan segera dibuka Penanganan COVID 19 di negara itu mema...
Mayday Di Tengah Corona Buruh Akan Tetap Demo Bawa Isu Omnibus Law Hingga Phk

Mayday Di Tengah Corona Buruh Akan Tetap Demo Bawa Isu Omnibus Law Hingga Phk

papar berkaitan - pada 20/4/2020 - jumlah : 245 hits
Buruh akan mengikuti protokol pandemi corona yaitu jaga jarak memakai masker dan hand sanitizer
Amalan Penjarakan Sosial Perlu Diteruskan Sehingga 2022

Amalan Penjarakan Sosial Perlu Diteruskan Sehingga 2022

papar berkaitan - pada 15/4/2020 - jumlah : 259 hits
BERITA HARIAN Saintis di Harvard mengunjurkan bagi mengatasi pandemik COVID 19 pengulangan kepada amalan penjarakan sosial secara konsisten perlu dilakukan sehingga tahun 2022 Foto Agensi WASHINGTON Saintis di Harvard mengunjurkan bagi meng...
Bukan Hanya Paru Ahli Sebut Corona Serang Otak Hingga Jantung

Bukan Hanya Paru Ahli Sebut Corona Serang Otak Hingga Jantung

papar berkaitan - pada 2/5/2020 - jumlah : 372 hits
Virus Corona ternyata tak hanya menyerang paru paru Penyakit Covid 19 sebelumnya diketahui menyerang sistem pernapasan dan memiliki gejala infeksi saluran pernapasan Dokter dan para ahli patologi di seluruh dunia berusaha mengungkap kerusak...
Kisah Pria Tua Sembuh Dari Corona Tapi Tak Dijemput Anak Hingga Meninggal

Kisah Pria Tua Sembuh Dari Corona Tapi Tak Dijemput Anak Hingga Meninggal

papar berkaitan - pada 30/4/2020 - jumlah : 319 hits
Keluarga adalah hal yang paling berharga terutama kedua orangtua kita Mereka yang telah membesarkan kita dari kecil Jadi sudah selayaknya kita menggantikan tugas mereka untuk merawat saat mereka sudah tua nanti Hal itu memang tidak mudah di...
Dokter Michael Tunda Nikah Hingga Meninggal Karena Corona

Dokter Michael Tunda Nikah Hingga Meninggal Karena Corona

papar berkaitan - pada 27/4/2020 - jumlah : 271 hits
Seorang dokter asal Sulawesi Utara Michael Robert Marampe meninggal dunia diduga akibat terpapar virus corona Sebelum meninggal saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polri Kramat Jati Michael dikabarkan sempat menjalani perawa...
Sanksi Denda Hingga Tilang Akan Diterapkan Bagi Masyarakat Nekat Mudik

Sanksi Denda Hingga Tilang Akan Diterapkan Bagi Masyarakat Nekat Mudik

papar berkaitan - pada 24/4/2020 - jumlah : 292 hits
Namun dalam perkembangannya muncul sanksi baru berupa pemberian tilang oleh pihak kepolisian yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 yang diundangkan pada 23 April 2020
Flexibility In Business Operations

Kempen Hartanah Bumiputera Khas Untuk Pembeli Bumiputera Mendapatkan Rumah Dengan Tawaran Giler Menarik

Umno Youth To Protest Extra Hours For Civil Servants Working Shifts

The Difference In The Concept Of Illicit Relationship Between Muslims And Non Muslims

Pensyarah Didakwa Hina Nabi Jawi Turut Buka Siasatan

Biodata Hael Husaini 2 Kali Juara Ajl Dan Perjalanan Dalam Industri Seni

Murid Buktikan Pada Guru Lembu Makan Martabak

Pas Langkaui Retorik Dap Isytihar Pas Muuh Utama


echo '';
Senarai Lagu Tugasan Konsert Minggu 1 Gegar Vaganza 2024 Musim 11

Info Dan Sinopsis Drama Berepisod Dhia Kasyrani Slot Akasia TV3

Biodata Terkini Reshmonu Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Penyanyi Lagu Hey Waley

Gegar Vaganza 2024 GV 11 Hadiah Tiket Peserta Juri Format Pemarkahan Dan Segala Info Tonton Live Di Astro Ria Dan Sooka

6 Janji Donald Trump Kalau Dia Naik Jadi Presiden Semula


Generasi Milenial Dan Gen Z Dukung Nkri Nomor Urut 2 Simbol Harapan Baru Kalimantan Barat

Kempen Hartanah Bumiputera Matrix Miliki Rumah Selesa Cipta Kenangan Indah Bersama Keluarga

Bukan Semua Cendawan Boleh Makan Ada Yang Beracun

Wanita Bersalin Semasa Buang Air Besar

Jangan Risau Jika Tak Terkenal

Company Director Scammed Of Over Rm1mil By Inspector Harun