Contoh Makalah Keperawatan Konsep Teori Dan Model Keperawatan
Contoh Makalah Keperawatan Konsep Teori dan Model Keperawatan - Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan . Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang dilakukan.
Contoh Makalah Keperawatan Konsep Teori dan Model Keperawatan
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan . Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan .
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks.Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan .
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan . Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan ,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan . Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan .
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apakah yang dimaksud dengan model praktik keperawatan dan apakah tujuan teori dan model keperawatan ?
2.Bagaimanakah karakteristik teori keperawatan dan apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi teori keperawatan ?
3.Bagaimanakah pandangan beberapa ahli tentang model konsep dan teori keperawatan
C. TUJUAN
1. Mengetahui model praktik keperawatan dan tujuan teori dan model keperawatan 2.Mengetahui karakteristik teori keperawatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi teori keperawatan 3.Mengetahui pandangan beberapa ahlitentang model konsep dan teori keperawatan
BAB IIKONSEP TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma. Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah.
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan . Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang dilakukan.
Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan .
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
B. TUJUAN TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN
a.Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
1.Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan , baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2.Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah keperawatan .
3.Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesain masalah dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.1
b. Tujuan Model Keperawatan
1. Menjaga konsisten asuhan keperawatan .
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan .
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan .
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan .2
C. KARAKTERISTIK TEORI KEPERAWATAN
Torrest (1985) dan Chinn & Jacob (1983) menegaskan terdapat lima karakteristik dasar teori keperawatan :
1. Teori keperawatan mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep-konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan dan keperawatan
2.Teori keperawatan bersifat ilmiah, artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis
3.Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum, artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktek keperawatan
4.Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian
5.Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan 1
D. FAKTOR PENGARUH TEORI KEPERAWATAN
1. Filosofi Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.
3. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan . Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan .
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu keperawatan .1
E. SEJARAH KEPERAWATAN DALAM ISLAM
Banyak perawat-perawat muslim tidak mengenal Rufaidah binti Sa’ad, banyak dari mereka yang hanya mengenal tokoh keperawatan yang berasal dari dunia barat yaitu Florence Nighttingale seorang tokoh keperawatan yang berasal dari Inggris. Sesungguhnya apabila kita ingin menelaah lebih jauh lagi ke belakang jauh sebelum agama Islam menyentuh dunia barat, dunia barat saat itu mengalami masa kegelapan dan kebodohan di karenakan pada waktu itu kebijakan dari pihak gereja yang lebih banyak menguntungkan mereka, tapi disisi lain di belahan dunia lainnya yaitu Jazirah Arab dimana Islam telah di ajarkan oleh Rasulullah ilmu pengetahuan mengalami kemajuan terutama dalam dunia keperawatan . Bukan berarti rasul menjadi seorang tabib tapi dalam ajaran Islam yang beliau sampaikan mengandung ajaran dan nilai- nilai kesehatan seperti perilaku hidup bersih dan sehat, pentingnya menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene ), menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan, ibadah puasa, berwudhu dan lain sebagainya.
Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference “Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah /abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain.
Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al-Khazraj yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar yaitu suatu golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Ayahnya seorang dokter dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang Rufaidah mengabdikan dirinya merawat kaum muslimin yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat dalam keadaan damai. Dan saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dia juga mendirikan Rumah Sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Rasulullah SAW pun memerintahkan agar para korban yang terluka di bantu oleh dia.
Dalam beberapa literatur sejarah islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun.3
Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah :
a. Ku’ayibat,
b. Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
c. Ummu Atiyah Al Ansariyat, dan
d. Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat.
Sejarah Perkembangan Keperawatan Islam
1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilatur tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994)
2. MasaSetelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M)
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan . Dia menulis dua karangan tentang “The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever” dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the Realm of Possibility.” Di masa ini ada perawat diberi nama “Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antara ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004)
4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003)
Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.3
F. PANDANGAN BEBERAPA AHLI TENTANG MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
1. Siti Rufaidah
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur.
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.3
2. Florence Nightingale (Teori Nightingale)
Nightingale membuat sebuah teori yang dikenal sebagai teori keperawatan modern (modern nursing). Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan. Nightingale meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan yang layak. Komponen lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan, antara lain:
a. Udara segarb. Air bersihc. Saluran pembuangan yang efesiend. Kebersihane. Cahaya
Aspek lingkungan yang diutamakan Nightingale dalam merawat klien adalah ventilasi yang cukup bagi klien.Ia berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih , sebersih udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan. Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatn klien adalah cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat member manfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak terdapat kontraindikasi .focus perawatan klien menurut Nightingale adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.4
Selain kelima komponen lingkungan diatas, seorang perawat juga harus memperhatikan kehangatan, ketenangan, dan makanan klien.
Asumsi Utama Teori Nightingale
Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan mampu memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal, sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu dapat kembali sehat. Prinsip perawatan adalah menjaga agar proses reparative ini tidak terganggu dan tiak menyediakan kondisi yang optimal untuk proses tersebut. Untuk mencapai kondisi kesehatan, perawat harus menggunakan nalarnya, disertai ketekunan dan observasi.
Dengan demikian, kesehatan dapat dipelihara melalui upaya pencegahan penyakit melalui faktor kesehatan lingkungan. Ia menyebut hal ini sebagai health nursing dan membedakannya dengan proper nursing yang berarti merawat klien yang sakit hingga ia dapat bertahan atau setidaknya menjadi lebih baik hingga saat kematiannya.
Menurut Nightingale, lingkungan adalah tatanan eksternal yang memengaruhi sakit dan sehatnya seseorang, termasuk disini makanan klien dan interaksi perawat dengan klien. Jika seseonrang ingin sehat, perawat, alam, dan orang yang bersangkutan harus bekerja sama agar proses reparative dapat berjalan. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Pengaruh Teori Nightingale Terhadap Keperawatan
Teori Nigtingale, keperawatan modern (modern nursing), merupakan langkah awal dalam formalisasi dan pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya. Ia telah meletakkan suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatn sesudahnya. Didasari atau tidak, Nightingale telah member pedoman umum bagi perawat dalam merawat klien.Prinsip-prinsip dasar perbaikan lingkungan dan penanganan psikologis terhadap klien dapat diterapkan dengan modifikasi dalam banyak tatanan perawatan kontemporer.Ide-ide Nightingale telah mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi keperawatan .4
3. Virginia Henderson (Teori Henderson)
Defenisi Keperawatan Menurut Henderson
Virginia henderson memperkenalkan defenition of nursing (defenisi keperawatan ). Defenisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya.Ia menyatakan bahwa defenisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah defenisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of Living”.Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin.Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.Akan tetapi perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.4
Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan , kesehatan, dan lingkungan.
1.Manusia. Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut.
1)Bernapas secara normal2)Makan dan minum dengan cukup3)Membuang kotoran tubuh4)Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan5)Tidur dan istirahat6) Memilih pakaian yang sesuai7)Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat11) Beribadah sesuai dengan keyakinan12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi14) Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual kebutuhan dasar poin a-i termasuk komponen kebutuhan biologis, poin j dan n termasuk komponen kebutuhan psikologis, poin k termasuk kebutuhan spiritual, dan komponen l dan m termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).4
2. Keperawatan . Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan manusia (14 komponen di atas). Untuk menjlankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.
3. Kesehatan. Sehat adalah kualitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
4. Lingkungan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
a. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebutb. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanisc. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungand. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam memberikan resepe. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran tentang kontruksi bangunan dan pemeliharaannyaf. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.4
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien. Menurut henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
1. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien2. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien3. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti di dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kemampuan pasien yang berkurang.Di sini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”.Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien.Sebagai mitra, perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien.Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter.Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya.Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada dokter.Rencana perawatan yang dirumuskan perawat dan pasien harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang dilakukan oleh dokter.
Keyakinan dan tata Nilai Teori Henderson
Fokus keperawatan pada teori Henderson adalah klien yang memiliki keterikatan hidup secar individual selama daur kehidupan, dari fase ketergantungan hingga kemandirian sesuai dengan usia, keadaan, dan lingkungan. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.Bantuan ini diberikan oleh perawat karena kurangnya pengetahuan kekeuatan, atau kemauan klien dalam melaksanakan 14 komponen kebutuhan dasar.4
Aplikasi Teori henderson dalam Proses Keperawatan
Defenisi ilmu keperawatan Henderson dalam kaitannya dengan praktik keperawatan menunjukkan bahwa perawat memiliki tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien. Manfaat asuhan keperawatan ini terlihat dari kemajuan kondisi pasien, yang smula bergantung pada orang lain menjadi mandiri. Perawat dapat membantu pasien beralih dari kondisi bergantung (dependent) menjadi mandiri (independent) dengan mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi 14 komponen penanganan perawatan dasar.
Pada tahap penilaian (pengkajian), perawat menilai kebutuhan dasar pasien berdasarkan 14 komponen di atas. Dalam mengumpulkan data , perawat menggunakan metode observasi, indera penciuman, peraba, dan pendengaran. Setelah data terkummpul, perawat menganalisis data tersebut dan membandingkannya dengan perngetahuan dasar tentang sehat-sakit. Hasil analisis tersebut menentukan diagnosis keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan menurut Henderson, dibuat dengan mengenali kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhannya, dengan atau tanpa bantuan, serta dengan mempertimbangkan kekuatan atau pengetahuan yang dimiliki individu.
Tahap perencanaan, menurut Henderson, meliputi aktivitas penyusunan rencana kebutuhan sesuai kebutuhan indiviu, termasuk di dalamnya perbaikan rencana jika ditemukan adanya perubahan, serta dokumentasi bagaimana perawat membantu individu dalam keadaan sehat atau sakit.Selanjutnya, pada tahap implementasi, perawat membantu individu memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana perawatan guna memelihara kesehatan individu, memulihkannya dari kondisi sakit, atau membantunya meninggal dalam damai. Intervensi yang diberikan perawat sifatnya individual, bergantung pada prinsip fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, dan kemampuan intelektual serta fisik individu. Terakhir, perawat mengevaluasi pencapaian kriteria yang diharapkan dengan menilai kemandirian pasien dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.4
4. Imogene King (Teori King)
King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system social yang saling berhubungan satu dengan yang lain, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Menurut King system personal merupakan system terbuka dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system social, sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut, maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk social manusia akan hidup bersama orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.1
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu:
1. Informasi kesehatan2. Pencegah penyakit3. Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan pendekatan teori yang terdiri dari komponen yang dapat digambarkan pada gambar 1.5.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:
1.Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, dalam memahami atu mengenali kondisi yang ada dalam keperawatn dengan gambaran hubungan perawat dank lien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi adanya aksi dan meruapakn respons dari individu.
3.Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam komunikasi.
4.Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.1
5. Dorothe E. Orem (Teori Orem)
Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya :
1. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama, self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itun sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, keshatan serta kesejahteraan ; kedua,self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. ; ketiga, adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatn diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat ; keempat, kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan kedalamkebutuhan dasar manusianya.
2. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum dimana segala perencanaan kepereawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
3. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri,kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri.Dalam pandangan teori system ini Orem memberikan identifikasi dalam system pelayanan keperawatan diantaranya :
a. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)
Merupakan suatu tindakan keperawatn dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan system ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja seperti pada pasien koma pada pasien sadar dan mungkin masih dapat membuat suatu pengamatan dan penilaian tentang cedera atau masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan tindakan yang memerlukan ambulasi atau manipulasi gerakan, seperti pada pasien yang fraktur vertebra dan pada pasien yang tidak mampu mengurus sendiri, membuat penilaian serta keputusan dalam self care-nya dan pasien tersebut masih mampu melakukan ambulasi dan mungkin dapat melakukan beberapa tindakan self care-nya melalui bimbingan secara continue seperti pada pasien retardasi mental.
b. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)
`Merupakan system dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan perawatan luka.
c. System suportif dan edukatif
Merupakan system bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatn secar mandiri.Sistem ini dilakukan agar pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.Pemberian system ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran.1
6. Jean Watson (Teori Watson)
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.1
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Teori human caring
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “human science and humancare”. Watson percaya bahwa focus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif himanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan , sedangkan dasar seni dapat membantu perawat menbgembangkan vidsi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis.Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan , namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.4
Asumsi dasar tentang ilmu keperawatan Watson
Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut:
1.Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan diperaktikkan secara interpersonal.
2.Asuhan keperawatterlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.
3.Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga.
4.Respons asuhan keperawatan tidak ahanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nantinya.
5.Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang tebaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.
6.Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada curing (mengobati).
7. Praktik caring merupakan pusat keperawatan .
Factor carative teori Watson
Struktur dibangun dari sepuluh factor carative yaitu:
1. Membentuk sistem nilai humanistic-alturistik.2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.4. Membina hubungan saling percaya dab saling bantu (helping-trust).5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative.6.Menggunakan metode mpemecahan masalah yang sistemantis dalam pengambilan keputusan.7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.8.Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memeperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual.9. Membantu dlam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.10.Mengembangkan factor kekuatan eksistensial-fenomenologis.4
7. Hidegard E. Pepelau (Teori Peplau)
Hildegar E.Peplau lahir pada tanggal 1 september 1909 di Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari hospital School of Nursing di Pottstown, penssyilvania pada tahun 1931. Gelar B.A. dalam bidang psikologi interpersonal diperolehnya dari Bennington Univercity, Vermont pada Tahun 1943. Peplau meraih gelar M.A. dalam bidang keperawatan psikiatri dari Teacher’s College, Columbia, New York pada Tahun 1947 dan gelar Ed.D. dalam bidang pengembangan kurikulum pada tahun 1953.
Keperawatan Psikodinamik
Konstribusi Peplau dalam bidang keperawatan , khususnya keperawatan psikiatri, sanga5t banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul interpersonal relations in Nursing. Peplau membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan psikodinamik.Menurutnya, keperawatan psikodinamik merupakan kemampuan seortang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang lain, mengindetifikasi kesulitan yang dirasakannya, dan untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level pengalaman.
Fase orientasi
Pada fase ini, perawat dank lien bertindaj sebagai dua indsividu yang belum saling kenal mengenal. Selama fase orientasi, koien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan professional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serat menentukan apa myang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menetukan adanya masalah.
Fase identifikasi
Pada fase ini, klien memberikan respons atau mnegidentifikasi persoalan yang ia hadapi bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu sama lain. Di sini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memneri kepuasan yang diperlukan.
Fase eksploitasi
Pada fase 4 ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien. Disinilah, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasim, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prisnsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi/menggali, memahami keadaan klien, dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengfungkapkan perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Fase resolusi/terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat bdan klien sudah samapi pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapiutik yang selama ini terjalin.Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua bekah pihak, sebab disini dapat terjadi peningkatan kecemasan dabn ketegangan jika ada hal-halk yang belum terselesaikan pada masing-masing fase.Indicator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat. Selanjutnay, baik perawat maupun klien akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.4
Teori keperawatan Peplau dan komponen utama keperawatan
1. Keperawatan . Keperawatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrument edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan menborong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legaldi dalaam pemanfaatan keperawatan secara vefektif berikut segala konsekuensinya bagi klien.
2.Individu. Individu menurut eplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan.
3.Kesehatan. Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah symbol yang menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam kehidupan pribadi ataupun komunitas.
4. Lingkungan. Meskipun Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu konsep utama dalam perawatan, ia mendorong perawat untuk memperhatikan kebudayaan da adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit.
8. Martha E. Rogers (Teori Roger)
Teori Manusia sebagai Satu kesatuan (Unitary Human Beings)
Model Rogers pertama kali dipublikasikan pada 1970, yaitu An Introduction to the Theoritical Basis of Nursing. Rogers kemudian memperjelas dan mendefenisikan konsep-konsepnya, salah satunya The Science of Unitary human Beings: A Paradigm for Nursing.
Rogers mengambil pengetahuan dari antropologi, psikologi, sosiologi, astronomi, agama, filsafat, matematika, sastra, dan sumber-sumber lain yang membangun modelnya berdasarkan manusia sebagai suatu kesatuan (unitary human beings) dan lingkungan sebagai bidang energi yang menyatu dengan proses kehidupan.
Dalam model keperawatan nya, Rogers meletakkan dasar-dasar yang menggambarkan proses kehidupan manusia. Proses kehidupan manusia dicirikan oleh keseluruhan (wholeness), keterbukaan (openness), kesatuan arah (unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi, ilmu pengetahuan, serta pemikiran.4
Teori Rogers dan Konsep Utama Keperawatan
1. Keperawatan . Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai ilmu merupakan ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar mempertahankan dan memulihkan kesehatan, mencegah penyakit, merawat, serta merehabilitasi individu yang sakit dan cacat. Pada dasarnya, ilmu keperawatan mempelajari sifat dan arah pengembangan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan lingkungan. Kaitannya dengan proses kehidupan manusia, ilmu keperawatan merupakan ilmu pengetahuan empiris yang menggambarkan, menerangkan, dan memprediksi proses kehidupan manusia. Oleh sebab itu, keperawatan bersifat unik karena merupakan satu-satunya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Lebih lanjut, praktik keperawatan profesional merupakan praktik yang bersifat kreatif, imajinatif, dan eksis untuk melayani individu. Praktik keperawatan profesional tidak memiliki fungsi dependen, melainkan bersifat kolaboratif.
2. Individu. Individu menurut Rogers merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa disederhanakan dan merupakan manifestasi karateristik yang melebihi dan bahkan berbeda dari bagian-bagiannya. Manusia sebagai satu kesatuan merupakan aspek integral manusia dengan lingkungan. Manusia berada dalam proses kehidupan yang kontinu dengan lingkungan secara keseluruhan, yang tidak dipahami jika disederhanakan menjadi bagian-bagian tertentu. Proses kehidupan, menurut Rogers, adalah homeodinamis yang bersifat probalistik. Rogers mengartikan individu sebagai sistem terbuka di dalam proses kontinu bersama sistem terbuka lingkungan. Keperawatan memandang individu sebagai bagian dari satu kesatuan yang tidak dapat disederhanakan.
3.Lingkungan. Rogers mendefenisikan lingkungan sebagai suatu medan energi empat dimensi yang tidak dapat disederhanakan, yang dicirikan oleh pola dan manifestasi karakter yang berbeda dengan bagian-bagiannya. Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada di luar manusia. Manusia merupakan medan energi yang dinamis yang terus melakukan pertukaran dengan medan lingkungan, keduanya bersifat tidak terbatas. Interaksi antara manusia dan lingkungan bersifat kontinu, mutual, dan simultan.
4.Kesehatan. Rogers banyak menggunakan kata kesehatan (health) dalam tulisan pertamanya, namun ia tidak pernah mendefinisikan kata tersebut. Ia menggunakan kata kesehatan positif (positive health) untuk menunjukkan kondisi bugar (wellness) dan tidak adanya penyakit dan penyakit parah. Istilah health digunakan oleh Rogers dalam konteks nilai yang ditentukan oleh budaya atau individu.4
9.Sister Calista Roy (Teori Roy)
Model Adaptasi Roy
ROY berpendapat bahwa ada empat elemen penting dalam model adaptasi keperawatan , yakni keperawatan , tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat.
1. Elemen keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktik keperawatan (Roy, 1983).
Lebih spesifik Roy (1986) berpendapat bahwa keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif.
Keperawatan memberi perbaikan pada manusia sebagai sutu kesatuan yang utuh untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan dan berespons terhadap stimulus internal yang mempengaruhi adaptasi.Jika stressor terjadi dan individu tidak dapat menggunakan “koping” secara efektif maka individu tersebut memerlukan perawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan interaksi individu dengan lingkungan, sehingga adaptasi dalam setiap aspek semakin meningkat.Komponen-komponen adaptasi mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan.
2. Elemen manusia
Manusia merupakan bagian dari sistem adaptasi, yaitu suatu kumpulan unit yang saling berhubungan mempunyai masukan, proses kontrol, keluaran dan umpan balik (Roy, 1986). Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan adaptasi secara spesifik. Manusia dalam sistem ini berperan sebagai kognator dan regulator (pengaturan) untuk mempertahankan adaptasi.
Terdapat empat cara adaptasi, mencakup adaptasi terhadap fungsi fisologis, konsep diri, fungsi peran dan terhadap kebutuhan saling ketergantungan.
Pada model adaptasi keperawatan , manusia dilihat dari sistem kehidupan yang terbuka, adaptif, melakukan pertukaran energi dengan zat/benda dan lingkungan.
Manusia sebagai masukan dalam sistem adaptif, terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. Proses kontrol manusia adalah mekanisme koping yakni sistem regulator dan kognator. Keluaran dari sistem ini dapat berupa respons adaptif atau respons tidak efektif.
Regulator dihubungkan dengan fungsi fisiologis sedangkan kognator dihubungkan dengan konsep diri dan fungsi peran.
3. Elemen lingkungan
Lingkungan didefenisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
4. Elemen sehat
Kesehatan didefenisikan sebagai keadaan yang muncul atau proses yang terjadi pada mahluk hidup dan terintegrasi dalam individu seutuhnya (Roy, 1984).
Proses adaptasi
Proses adaptasi melibatkan seluruh fungsi secara holistik, mencakup semua interaksi individu dengan lingkungannya dan dibagi menjadi dua proses, seperti yang berikut.
1. Proses yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan ini merupakan stresor atau stimulus fokal. Apabila stresor atau stimulus tersebut mendapat dukungan dari faktor-faktor konseptual dan resitual maka akanmuncul interaksi yang biasa disebut stres. Dengan demikian adaptasi sangat diperlukan untuk mengatasi stres.
2. Proses mekanisme koping yang dirangsang untuk menghasilkan respons adaptif atau tidak efektif. Hasil dari proses adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat meningkatkan pencapaian tujuan individu mencakup kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan integritas.
Aplikasi Model Adaptasi Roy
Model ini dapat digunakan dalam penelitian keperawatan , dan sebagai pedoman dalam memberikan perawatan pada anak-anak, lansia, dan di komunitas.Model ini lebih menekankan pada faktor psikologis.2
10. Leininger (Teori Leininger)
Teori ini diagagas pertama kali oleh Madeleine Leininger yang diinspirasi oleh pengalaman dirinya sewaktu bekerja sebagai perawat spesialis anak di Midwestern United States pada tahun 1950. Saat itu ia melihat adanya perubahan perilaku di antara anak yang berasal dari budaya yang berbeda. Perbedaan ini mebuat Leinenger menelaah kembali profesi keperawatan .ia mengedintifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang.
Pada tahun 1960, Leinenger pertama kali menggunakan kata trancultural nursing, ethnonursing, dan cross-cultural nursing.Akhirnya, pada tahun 1985, Leinenger mempublikasikan teorinya untuk pertama kalinya, sedangkan ide-ide dan teorinya mulai dipresentasikan pada tahun 1988.Teori Leinenger kemudian disebut sebagai Cultural Care Diversity and Universality.Tetapi para ahli sering menyebutnya sebagai Trancultural Nursing Theory atau teori perawatan transkultural.
Konsep Teori Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan , nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam memahami budaya klien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock atau culture imposition.Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkan culture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi daripada budaya kelompok lain.
Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan.4
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan . semua langkah perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan menghadapi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care expression, pattern, and practices).Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan , ketujuh faktor tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu tahap pengkajian.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan keperawatan . Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leinenger dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan , hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan keperawatan .
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan , yaitu :
1.Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2.Culture care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan budaya untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atu klien.
3.Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.4
11. Abdellah (Teori Abdellah)
Teori keperawatan yang dikembangkan oleh Faye Abdellah et al. (1960) meliputi pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual baik klien maupun keluarga. Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan keterampilam dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan dan perkembangan manusia, komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tenyang ilmu-ilmu dasar dan keterampilan keperawatan tertentu.Perawat adalah pemberi jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan. Perawat merumuskan gambaran tentang kebutuhan klien secara individual, yang mungkin terjadi dalanm bidang-bidang berikut ini:
1.Kenyamanan. Kebersihan dan keamanan.2.Keseimbangan fisiologi.3.Faktor-faktor psikologi dan sosial.4.Faktor-faktor sosiologi dan komunitas.
Dalam keempat bidang diatas, Abdellah et al.(1960) mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik, yang sering dikenal sebagai 21 masalah keperawatan Abdellah:
1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik.2. Mempertahankan aktivitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal.3.Mencegah terjadinya kecelakaan, cedera atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi.4.Mempertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencegah dan memperbaiki deformitas.5.Memfasilitasi masukan oksigen keseluruhsel tubuh.6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh.7. Mempertahankan eliminasi. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.9.Mengenali respons-respons fisiologis tubuh terhadap kondisi penyakit-patologis, fisiologis, dan kompensasi.10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi.11.Mempertahankan fungsi sensorik.12.Menfidentifikasi dan menerima ekspresi, perasaan dan reaksi positif dan negative.13.Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbale-balik antara emosi dan penyakit organic.14.Mempertahankan komunikasi verbal dan nonverbal.15. Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif.16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif.
17. Menghasilkan dan/atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik.
18. Memfasilitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan fisik, emosi dan perkembangan yang berbeda.
19. Menerima tujuan optimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan-fisik dan emosional.
20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi masalah yang muncul akibat dari penyakit.
21. Memehami peran dari masalah sosial sebagai factor-faktor yang mempengaruhi dalam munculnya suatu penyakit.5
12. Ida Orlando (Teori Orlando)
Bagi Ida Orlando (1961), klien adalah individu dengan suatu kebutuhan, dimana bila kebutuhan tersebut dipenuhi maka stress akan berkurang, meningkatkan kepuasan atau mendorong pencapaian kesehatan optimal (Chinn dan Jacobs, 1995). Teori Orlando secara radikal mengubah focus keperawatan dari diagnose medis klien dan kegiatan-kegiatan otomatis ke perilaku klien menurut kebutuhan klien yang mendesak dan ditentukan jika kebutuhan dapat dipenuhi dengan tindakan keperawatan (Schmieding, 1995). Teori Orlando terdiri dari kerangka konsep bagi profesi keperawatan . Tiga elemen, yaitu perilaku klien, reaksi perawat dan tindakan perawat, akan membentuk situasi keperawatan (Marriner-Tomey, 1994). Setelah perawat melakukan kebutuhan klien, mereka mendapatkan dampak kebutuhan pada tingkat kesehatan klien dan akan bertindak secara otomatis atau direncanakan untuk memenuhi kebutuhan, yang pada akhirnya untuk menurunkan tekanan atau stress yang dialami oleh klien (Chinn dan Jacobs, 1995)6
13. Myra Levine (Teori Levine)
Teori keperawatan Myra Levine dirumuskan pada tahun 1966 dan dipublikasikan pada tahun 1973, menggambarkan klien sebagai makhluk hidup terintregasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Levine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan akivitas konservasi, dengan konservasi energi sebagai pertimbangan utama (Fawcett, 1989). Sehat dipandang dari sudut konservasi energy dalam lingkup area sebagai berikut, Levine menyebutnya sebagai empat prinsip konservasi dalam keperawatan :
1.Konservasi energi klien2.Konservas
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://www.asmaul-husna.com/2019/11/contoh-makalah-keperawatan-konsep-teori.html