Cerita Penjaga Kamar Mayat Cium Bau Harum Dari Jenazah Marbot Masjid
Tidak semua orang mau, bila ditawari pekerjaan yang berkaitan dengan kain kafan, peti jenazah bahkan keranda.
Mereka mungkin akan langsung menolaknya. Hal itu nampaknya menjadi salah satu alasan bagi Suhadai tetap bertahan, meski sudah 27 tahun berurusan dengan mayat manusia.
Diceritakan Suhadai, dirinya sudah bekerja di Instalasi Forensik dan Pengurusan Jenazah RSD Gunung Jati sejak tahun 1993.
Ia dijadikan asisten oleh salah satu dokter yang bertugas sebagai dokter forensik pada saat itu.
Suhadai mengaku, sebelumnya ia sering tidur dan membantu mengangkat jenazah di kamar mayat.
Sebagai asisten, dia selalu membantu dokter itu untuk membedah dan mengautopsi mayat manusia.
Dirinya belajar membedah mayat secara otodidak. Ia sering mengikuti pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuannya.
Bahkan ia sudah mengetahui cara untuk menghilangkan rasa ‘jijik’ saat membedah mayat.
“Saya sering ikut seminar dan pelatihan. Saya semuanya belajar secara otodidak. Dokter juga mengajari saya,” kata Suhadai kepada Okezone, Rabu 8 Januari 2020.
Menurut Suhadai, pekerjaannya itu memiliki resiko yang tinggi. Dia menerangkan, saat mengautopsi mayat, bisa saja ia tertular penyakit berbahaya.
Untuk mencegah hal tersebut, ia akan memakai perlengkapan medis dan tubuhnya akan disuntik obat imun agar tidak tertular penyakit berbahaya.
Selain itu, dikatakan Suhadai, pekerjaannya juga memiliki peran yang sangat penting. Khususnya dalam mencari tahu penyebab kematian seseorang.
“Kita biasanya disuntik agar imun tubuh kita kuat. Kita juga pakai masker, sarung tangan dan perlengkapan medis lainnya. Resikonya tinggi, apalagi kalau mayat yang diautopsi itu memiliki riwayat penyakit berbahaya seperti flu burung sama HIV. Itu bisa saja menular ke saya,” tambahnya.
Dijelaskannya, modal utama untuk melakoni pekerjaanya itu adalah berani. Menurutnya tidak semua orang akan kuat menahan rasa jijik dan mual saat membedah mayat manusia.
Lebih lanjut Suhadai mengungkapkan, dirinya sering membongkar kuburan tanpa menggunakan masker, meski aroma dari jenazah yang ada dikuburan itu mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Masih dikatakan Suhadai, ada pengalaman yang tidak pernah ia lupakan saat akan mengautopsi mayat.
Salah satunya adalah ketika ia membongkar kuburan seorang penjaga masjid (marbot) yang menjadi korban pembunuhan.
Ketika diangkat, bau harum langsung tercium oleh Suhadai dari jenazah marbot tersebut. Padahal marbot itu sudah dimakamkan lebih dari satu bulan.
“Mungkin ini rahasia illahi. Waktu saya bongkar kuburan marbot masjid di salah satu pesantren di Tegal, saya mencium bau harum dari jenazahnya. Tidak ada bau busuk sama sekali, ” tutur Suhadai.
Suhadai juga mengaku, kalau keluarganya tidak mempermasalahkan dirinya bekerja di kamar mayat. Bahkan saat ini Suhadai sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Suhadai juga sering menjumpai mayat yang tidak diketahui identitasnya. Bahkan, setelah beberapa waktu, mayat tersebut tidak kunjung ada yang menjemput.
Untuk kasus seperti itu, biasanya dirinya akan meminta persetujuan pihak kepolisian agar mayat itu segera dimakamkan.
“Kalau enggak ada yang cari, kita nanti minta surat kepada polisi untuk menguburkan mayat itu,” ungkap Suhadai.
Suhadai megatakan, tidak ada beban berarti selama ia bekerja di Instalasi Forensik dan Pengurusan Jenazah RSD Gunung Jati.
Meskipun masih banyak orang yang menganggap rendah pekerjaannya itu.
Menurut Suhadai, banyak pelajaran yang ia ambil dari pekerjaannya. Salah satunya adalah ia bisa memperbaiki diri agar hidup lebih baik lagi.
“Karena sering berurusan dengan mayat jadi saya bisa intropeksi diri saya agar hidup saya lebih baik lagi. Saya anggap pekerjaan saya itu ibadah, ” ucap dia.
Sumber: okezone.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/cerita-penjaga-kamar-mayat-cium-bau-harum-dari-jenazah-marbot-masjid/