Begini Cara Mempraktikkan Pasrah Kepada Allah Yag Sesungguhnya
Banyak ahli keuangan menyarankan kita agar mempersiapkan masa depan dengan baik. Beberapa caranya adalah dengan menabung dan berinvestasi.
Begitupun dengan kehidupan kelak di akhirat, kita disarankan untuk memperbanyak amal kebaikan guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik di akhirat.
Setiap jiwa yang bernafas akan mati, dan untuk menghadapi kematian tersebut dibutuhkan tabungan amal kebaikan.
Semasa hidup di dunia kita harus memiliki bekal yang cukup untuk kembali menghadap yang kuasa yaitu Allah. Bekal tersebut adalah bekal kebaikan atau amal kebaikan.
Seberapa banyak kebaikan tidak bisa diukur dengan apapun, hanya kita dan Tuhan yang tahu jika kita berbicara masalah pahala.
Yang terpenting adalah memberi kebaikan dengan hati ikhlas dan tulus tanpa mengharapkan imbalan atau sesuatu apapun.
Kebaikan tersebut sebagai investasi kita di akhirat, sebab amal kebaikan sebagai penolong kita kelak.
Mindset yang seperti itu tertuang dalam Kitab Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim Al Ashbahani:
اعمل عمل رجل لاينجيه إلا عمله وتوكل رجل لا يصيبه إلا ما كتبه الله عز وجل
“Bersungguh-sungguhlah beramal seperti sungguhnya orang yangg mengira bahwa tak ada yang menyelamatkannya selain amalnya dan berserahlah secara total kepada Allah seperti berserahnya orang yang meyakini bahwa tak ada yg menimpanya kecuali apa yg sudah ditentukan oleh allah.”
Bersungguh-sungguh untuk beramal baik di dunia tak jauh layaknya seorang investor yang kan take profit dari nabung sahamnya.
Dibutuhkan sebuah kesadaran dan keinginan yang gigih untuk merasakan keindahannya. Jika tidak, maka akan terasa hambar dan tak lagi bersungguh-sungguh.
Demikian pula dengan pasrah, dalam keterangan di atas disebutkan bahwa bersungguh-sungguh dalam berpasrah kepada Allah bisa maksimal jika kita bisa menciptakan visualisasi dimana semua kejadian adalah sudah ditentukan olehnya.
Jika mindset kita sudah tertata sedemikian rupa, maka kita akan selalu ridha menjalani warna-warni kehidupan.
Pasrah pada Allah bukanlah duduk diam dan bermalas-malasan tapi tetap harus dengan usaha yang sebaik-baiknya dan dalam usaha dan hasilnya kita serahkan pengaturannya kepada Allah.
Dengan menyerahkan semua pengaturan hidup kita kepada Allah berarti kita sudah memposisikan diri sebagai hamba yang tunduk dan patuh serta ridha terhadap segala keputusan-Nya sebagaimana tujuan awal kita diciptakan.
Sebab seberapa banyak energi yang dikeluarkan untuk mencapai keinginan tetap tidak akan terpenuhi jika tidak sesuai dengan keputusan-Nya. Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikam menjelaskan:
اِجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَتَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلىَ اِنْطِمَاسِ الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ
“Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata batinmu.”
Penjelasan di atas mengingatkan kita tuk kembali akan kesejatian kita sebagai Hamba Allah yang mungkin sedang lalai. Karena dalam hidup kita seringkali tidak mengetahui hakekat dari sebuah usaha yang kita lakukan.
Apa yang kita sangka baik ternyata bisa membawa keburukan sebaliknya apa yang menurut kita buruk ternyata malah mendatangkan kebaikan bagi kita.
Bisa jadi ada keuntungan dibalik kesulitan dan boleh jadi ada kesulitan atau kerugian dibalik keuntungan.
Mana yang bermanfaat dan berbahaya pada akhirnya berada diluar pengetahuan kita.
Sumber: bincangsyariah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/begini-cara-mempraktikkan-pasrah-kepada-allah-yag-sesungguhnya/