Tentang Jodoh
Artikel ini saya tulis untuk seseorang yang curhat panjang lebar di komentar salah satu tulisan saya. Entah benar atau tidak kisah tersebut, saya turut bersimpati. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kamu. Jadi ceritanya beliau ini mencintai seseorang sudah belasan tahun. Nggak bisa pindah ke lain hati. Namun yang diharapkan akhirnya menikah dengan orang lain. Katanya sudah mencoba dengan yang lain tapi selalu gagal.
Tenang ya, saya yakin kamu bukan satu-satunya yang mengalami kisah tersebut. Jomblo dari berbagai usia masih sangat banyak. Artinya kamu nggak sendirian. Mereka bisa survive, saya yakin kamu pun InsyaAllah bisa. Tidak perlu stress, galau, apalagi sampai putus asa. Karena semua yang dialami manusia sudah ada garis takdirnya. Jodoh, Allah yang menentukan. Mau jungkir balik ingin mendapatkan jodoh, namun Allah belum berkehendak yah nggak akan bisa. Saya bukan psikolog, namun saya juga pernah mengalami kegagalan dalam banyak hal. Saya coba sharing bagaimana bisa survive.
Pertama, akar semua masalah adalah pikiran. Jika kita lebih berfokus kepada hal-hal positif maka insyaAllah semua hal yang kita rasakan, lakukan, adalah hal yang baik. Untuk bisa berfikir positif kita perlu membuka hati dan pikiran dengan sebuah penerimaan. Terima apa yang Allah takdirkan saat ini. Termasuk belum adanya jodoh. Termasuk nggak berjodoh dengan si dia. Termasuk gagal berjodoh dengan yang lain. Buka hati dan pikiran untuk membuang kemarahan, kebencian, dendam. Jika tiga hal itu masih ada dalam pikiran maka mustahil hal positif bisa masuk dalam diri kita. So, langkah pertama buka dulu gemboknya yah. Saya ada rekomendasi video motivasi yang bagus. Kabarnya ini sudah mengubah mindset jutaan orang sehingga mereka bisa sukses dengan memanaje pikiran dan berfikir positif, disini silahkan klik THE SECRET. Atau bisa juga membaca bukunya, banyak yang versi terjemahan di Gramedia. Ini adalah buku dan movie yang sangat saya suka karena inspiratif dan penuh dengan pesan positif. Semoga ini bisa membantu kamu membuka gembok diri.
Kedua, syukuri apa yang kamu miliki saat ini. Ini bisa dilakukan jika kamu sudah berhasil melewati tahap pertama. Saya kira, jika kita haqqul yakin sama Allah, akan lebih banyak ditemukan hal-hal yang patut disyukuri. Coba pikirkan tentang keluarga yang selalu mensupport, perhatian dari teman/saudara, nikmat sehat badan, bisa makan setiap hari, rumah yang nyaman, atau hal lain. Coba tengok orang-orang yang kehidupannya lebih sulit dari kita. Bersyukur bahwa hidup kita masih lebih baik dari mereka. Hadits mengatakan “alangkah bahagianya menjadi seorang muslim, saat ia mendapat nikmat ia bersyukur dan saat mendapat ujian ia bersabar.” Rasa syukur atas apa yang dimiliki insyaAllah akan membuat hati dan pikiran menjadi lebih lapang. Sedangkan gelisah, putus asa, kemarahan sering terjadi karena terlalu memikirkan hal-hal yang belum atau bahkan tidak seharusnya dimiliki.
Ketiga, alihkan energi ke hal yang produktif. Produktif dalam bekerja adalah salah satunya. Disamping bisa juga menekuni hobi. Jika belum dapat kerja, maka cari atau buatlah lapangan kerja sendiri. Apalagi cowok, saat sudah berumah tangga akan menjadi tulang punggung keluarga. Menafkahi keluarga. Mana ada cewek yang mau sama cowok pemalas atau pengangguran. Sebaik apapun seorang cewek untuk menerima cowok sholih, pasti dia akan melihat karakter, semangat, dan motivasinya dalam hidup. Aura semangat dan motivasi ini akan terlihat dari pancaran wajah, perilaku, gestur, dan cara menyelesaikan masalah. Jangan biarkan energi habis diambil oleh orang lain. Jika pikiran lebih banyak memendam kebencian, kemarahan kepada orang, artinya energi kita habis untuk memikirkan mereka. Entah itu disadari, mau diakui atau tidak bahwa energi kamu saat ini diambil oleh mereka. Kan sayang banget. Mendingan difokuskan untuk diri sendiri yang lebih produktif. Memberikan manfaat kepada orang lain, membantu orang yang kesulitan, insyaAllah menjadikan kita lebih hidup. Abaikan komentar negatif orang terhadap kita. Cukup dengan buktikan bahwa kita tidak seperti yang mereka katakan. Sekali lagi jangan biarkan energi kita diambil oleh mereka. Itu saja.
Keempat, ada yang perlu dievaluasi dari kriteria jodoh yang diharapkan. Niat menikah itu untuk apa? Cantik/ganteng itu relatif loh dan bakalan lapuk di makan usia. Sifat fisik itu hanya sementara. Daripada mengedepankan kriteria fisik, coba pikirkan untuk mengedepankan kriteria agama dan akhlak. Karakter nggak bisa menipu, nggak bisa dibeli, dan nggak bisa direkayasa. Menikah bukan sekedar mencari istri atau suami, tetapi juga memilih ibu/ayah terbaik untuk anak-anak, memilih supporting spouse dalam bahagia maupun ujian. Mereka butuh ayah/ibu yang agama dan karakter bagus. Teori menyebutkan, 75% pendidikan karakter anak ada di keluarga, ayah dan ibu. Bukan berarti fisik tidak penting, namun menurut saya ada value yang lebih penting dalam memilih jodoh. Think deeply, okay.
Terakhir, serahkan urusan jodoh sama Allah dengan mengedepankan sikap positif. Mohon maaf kita perlu mendefinisikan dulu tentang ibadah. Ibadah itu luas, bukan hanya tentang shalat, ngaji, puasa, naik haji. Semua aktivitas bagi seorang muslim adalah ibadah jika aktivitas tersebut diniatkan untuk ibadah. Ibadah seseorang dikatakan baik jika manifestasi terhadap akhlaknya baik, cara berfikirnya baik, hatinya baik, cara meraih keinginannya baik, caranya memperlakukan orang lain baik. Jika manifestasinya belum baik maka perlu dievaluasi kualitas ibadahnya. Menurut saya kualitas lebih penting daripada kuantitas. Jika tidak salah ada dijelaskan di dalam buku fiqih prioritas.
Jika mau ikhtiar lagi perlu dilepaskan dulu ganjalannya. Mantapkan dengan istikharah. Apapun hasilnya tidak akan menyesal bagi orang yang istikharah. Betul-betul minta petunjuk sama Allah, semua keputusannya serahkan sama Allah. Karena Allah lebih tahu yang terbaik. Berhasil, alhamdulillah disyukuri. Gagal lagi, alhamdulillah Allah melatih kita untuk lebih sabar. Semuanya hasilnya ada kebaikan jika kita bersandar hanya kepada Allah. Termasuk menyiapkan diri dengan hal terburuk. Mungkin Allah takdirkan untuk tidak menikah di dunia fana ini. Namun Allah siapkan seorang bidadari/bidadara di surga kelak. Lagi-lagi bangun sikap positif. Bisa jadi saat menikah nanti hidup akan menjadi lebih susah, bercerai stress, tidak punya momongan stress, atau ujian yang lebih berat lainnya. Ini bukan negatif thinking namun untuk meyakinkan diri bahwa kesingelan saat ini insyaAllah lebih baik. Beberapa teman saya bahkan banyak yang mengalami ujian sangat berat setelah menikah, perselingkuhan, perceraian, konflik keluarga, dll. Masih single, insyaAllah ada kebaikan di sana. Percayalah. Clue-nya adalah apapun hasil yang Allah berikan tetap lakukan proses terbaik, tetap menjadi pribadi yang baik. Bukan untuk jodoh tapi untuk meraih ridho Allah. Perbanyak syukur untuk apa yang dimiliki saat ini. Wallahu’alam bishawab.
Yah demikian saja, semoga membantu. Semoga Allah memberikan kita pundak yang kuat agar setiap ujian/musibah berakhir indah dan diberikan keberokahan didalamnya. Aamiin yaa Rabb.
Bandung, 22 Mei 2019
silahkan jika ada yang ingin sharing pengalaman solusi lain di kolom komentar. Don't judge people by it's cover. Thanks sebelumnya.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://trihanifa.blogspot.com/2019/05/tentang-jodoh.html