Tak Punya Hp Siswi Di Gunungkidul Jalan Kaki 3 Km Untuk Pinjam Ke Konter
Sungguh berat perjuangan yang harus dilakukan oleh Tri Novi Rahmadani, siswi kelas 8 SMP N 2 Panggang Gunungkidul.
Agar dapat mengikuti pembelajaran daring dari sekolah, setiap hari remaja 16 tahun ini harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer untuk meminjam handphone ke konter yang ada dekat sekolahnya.
Kemiskinan yang mendera keluarga ini membuat remaja ini tak mungkin memiliki smartphone untuk sekedar mengerjakan tugas sekolah.
Sejak umur 2 tahun, remaja ini hanya tinggal bersama ibunya, Wakiyem (54) di Padukuhan Prahu Kalurahan Girimulyo Kepanewonan Panggang Gunungkidul.
Remaja kelahiran 9 Oktober 2005 ini rela berjalan kaki jauh agar bisa mengerjakan tugas dari sekolahnya.
Ia mengaku tidak mungkin meminta kepada ibunya membelikan smartphone meskipun alasannya untuk mengerjakan tugas dari sekolah.
Ia sangat memahami kondisi ibunya yang telah banting tulang untuk menghidupinya.
Ia sadar, untuk sekedar makan sehari-hari ibunya harus rela buruh mencangkul, pekerjaan yang sebenarnya tidak cocok untuk kaum perempuan.
“Sebenarnya sangat sedih. Sebenarnya kalau memang harus berhenti sekolah karena tidak mengerjakan tugas online, saya ikhlas. Asal tidak membuat ibu susah,” tutur pelajar kelas 8 SMP N 2 Panggang ini usai menerima bantuan Handphone di Mapolres Gunungkidul, Jumat (14/8/2020).
Beruntung, ada seorang pemilik konter handphone di wilayah Kalurahan Girimulyo yang berbaik hati kepada dirinya.
Di mana pemilik konter handphone tersebut bersedia meminjami handphonenya kepada Novi, asalkan Novi mengerjakan tugasnya di konter tersebut. Atau handphone tersebut tidak boleh dibawa pulang.
Sejak pemilik konter tersebut memperbolehkan meminjam handphone, maka setiap pagi Novi harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumahnya menuju ke konter untuk mengerjakan tugas daring dari gurunya.
Setiap pagi, usai salat subuh dan membantu orangtuanya, ia berangkat ke konter handphone tersebut.
Novi mengaku berjalan hampir 1 jam lamanya. Ia harus berangkat jam 06.00 WIB dan sampai di konter pukul 07.00 WIB. Ia harus berangkat pagi agar tidak menggangu aktivitas konter handphone tersebut.
Jika berangkat pagi, maka ia sudah selesai mengerjakan tugas sebelum konter tersebut buka.
“Alhamdulillah, berkat kebaikan beliau (pemilik konter) saya bisa kerjakan tugas,” kata bungsu 3 bersaudara ini.
Untuk kuota internat, Novi memang sangat terbantu karena pemilik konter tak membebaninya sama sekali.
<pMenurutnya, pemilik konter sangat baik kepada dirinya. Karena tak hanya memberikan pinjaman handphone, terkadang memberinya sarapan.
Sudah 4 bulan ini ia bolak-balik ke konter handphone untuk dapat mengerjakan tugas dari sekolahnya.
Ia merasa bersyukur dapat terus sekolah meskipun dalam hatinya tidak enak selalu membebani orang lain.
Wakiyem, ibunda dari Novi mengaku sangat ingin membelikan anaknya telepon genggam agar anak bungsunya tersebut bisa terus sekolah.
Tetapi karena keadaan yang menghimpitnya, sampai saat ini belum bisa mewujudkannya.
Ia sebenarnya sangat kasihan melihat keadaan anaknya yang tidak bisa seperti anak-anak lain.
Saat ini ia hanya menjadi buruh tani untuk siapa saja yang membutuhkan jasanya.
Meskipun seorang wanita, ia sering buruh mencangkul di sawah atau ladang petani yang membutuhkan jasanya. Sehari terkadang mendapat Rp 30.000 dan paling banter Rp 40.000.
“Cukup untuk makan dan sedikit memenuhi kebutuhan sekolah Novi,” tuturnya.
Sebenarnya Wakiyem sudah berusaha menyisihkan uangnya agar bisa membeli sebuah telepon genggam untuk Novi.
Namun uang tersebut tak kunjung terkumpul sehingga anaknya karena konon agar dapat mengerjakan tugas, tidak sembarangan handphone bisa digunakan.
“Ya terpaksa harus meminjam handphone ke konter yang berjarak 3 kilometer agar dapat mengerjakan tugasnya,” keluhnya.
Petugas TU SMP N 2 Panggang, Istri Wijayanti mengungkapkan, Novi sebenarnya anak yang pandai.
Remaja yang bercita-cita menjadi Polwan ini selalu meraih rangking I sejak terdaftar menjadi siswi di SMP N 2 Panggang. Namun karena kondisi ekonomi, anak ini cenderung pendiam dan minder.
Novi hanya tinggal dengan ibunya sejak umur 2 tahun. 2 saudara kandung Novi tinggal di Sumatera bersama dengan kerabat mereka.
Di rumah tersebut sebenarnya bisa dikatakan kurang layak, karena hanya ada 1 ruangan yang berisi 1 tempat tidur saja.
“Ya karena ruangannya hanya 1 ya seluruh aktivitas di situ, makan, tidur dan belajar di situ. Kalau memasak ada dapur seadanya di luar,” ungkapnya.
Sebelumnya, mereka tidak memiliki kamar mandi bahkan WC. Untuk mandi mereka hanya membuat tempat dengan pembatas dinding terbuat dari anyaman bambu berukuran 1×1,5 meter.
Dan ketika ingin Buang Air Besar (BAB), Novi harus pergi ke tetangganya yang memiliki WC.
Namun, beberapa hari lalu ada relawan yang membantu mereka kamar mandi serta WC dan juga membantu membelikan tampungan air.
Ia menambahkan, setiap hari untuk pergi ke sekolah, Novi juga harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer.
Pihak sekolah juga sebenarnya sudah perhatian terhadap Novi. Karena terkadang dari pihak guru ataupun komite sekolah memberinya uang jajan.
“Belum lama ini, pihak sekolah juga membelikan meja belajar untuk Novi,” tuturnya.
Jumat (14/8/2020) remaja berumur 16 tahun ini menerima hadiah handphone dari anggota Polisi Wanita (Polwan) Polres Gunungkidul.
Bahagia menyelimuti remaja ini karena tak harus berjalan kaki lagi sejauh 3 kilometer untuk bisa mengerjakan tugas dari sekolah.
Kasubag Humas Polres Gunungkidul, Iptu Enny Nurwidiastuti menambahkan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) RI yang ke 74 ini, jajaran Polwan Polda DIY melakukan aksi bakti sosial dengan memberikan 1.000 paket sembako.
Di samping itu, pihaknya juga memberikan hadiah telepon genggam merk Oppo A37 kepada siswa yang berprestasi.
“Kebetulan Novi ini berprestasi namun kurang beruntung,” ungkapnya.
Sumber: kumparan.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/tak-punya-hp-siswi-di-gunungkidul-jalan-kaki-3-km-untuk-pinjam-ke-konter/