Ruang Lingkup Usaha Tenun Tradisional
Sekarang kami akan jelaskan tentang ruang lingkup usaha tenun tradisional. Bisnis tenun tradisional merupakan salah satu penghasil karya seni turun temurun yang punya nilai ekonomi dan nilai budaya. Bidang bisnis tenun tradisional dianggap cukup menjanjikan dalam meningkatkan kesejahteraan pengrajin dan sekaligus pendapatan daerah.
Definisi Tenun
Oleh sebab itu kelestarian industri atau usaha tenun tradisional harus dijaga seiring dengan perkembangan dunia fashion dan peningkatan permintaan konsumen. Dengan demikian, pengertian mendasar tentang tenun tradisional sangatlah dibutuhkan. Baik bagi pemula ataupun para pengusaha dalam tahap pengembangan sebagai sarana menjalankan usaha ini secara terarah.
Tenun atau kegiatan menenun merupakan teknik membuat kain dengan cara menyilangkan atau menganyam 2 kelompok benang yang saling tegak lurus. Sehingga membentuk anyaman benang dengan konstruksi tertentu. Definisi lain menyatakan tenun ialah proses menyilangkan 2 kelompok benang yang dirapatkan jadi kain dengan memakai tenaga manusia.
2 kelompok benang tersebut yaitu kelompok benang yang membentuk :
panjang kain atau benang lusi, dan
lebar kain atau benang pakan.
Tenun adalah membuat kain. Kain ialah lembaran tenunan yang biasanya merupakan bahan pakaian atau bahan kebutuhan rumah tangga. Yang dalam bahasa sekarang sering disebut tekstil. Tenun tradisional adalah kain yang dibuat secara turun temurun sebagai tradisi atau adat dari sebuah etnis. Kain tersebut hasil kerajinan tangan dengan memakai berbagai alat berbahan dasar kayu, yang bersifat mekanis dan bertenaga manusia. Alat tersebut lazim disebut dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
“Tradisional” diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai dan dipakai oleh suatu kelompok masyarakat dan sifatnya turun temurun. Tapi terus berkembang dari segi kualitas bahan, keindahan tata warna, corak ataupun motif. Sampai sekarang kain tenun tradisional terus berkembang. Terlebih lagi berkat maraknya tenun adat yang digunakan untuk upacara adat.
Ruang Lingkup Usaha Tenun Tradisional
Definisi usaha tenun tradisional dibatasi berdasarkan
alat yang dipakai,
bahan baku utama dalam pembuatan kain,
proses produksi, dan
produk yang dihasilkan.
Selanjutnya, batasan ruang lingkup dipakai dalam menentukan, menjelaskan, dan memberikan pedoman mengenai usaha atau industri tenun tradisional. Sehingga bisa dibedakan secara jelas dengan usaha tenun yang bukan tradisional (bertumpu pada alat mesin).
Usaha tenun tradisional adalah karya intelektual suatu kelompok masyarakat yang terus dijaga. Dan juga dipelihara secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, tiap kelompok masyarakat punya pengetahuan tradisional yang bersifat kolektif dan komunal. Sehingga akan terjaga secara terus menerus.
a. Alat tenun bukan mesin (ATBM)
Dalam membuat kain tenun untuk usaha tenun tradisional digunakan alat tenun bukan mesin. Alat ini dikenal dengan istilah “Gendong” (seolah “digendong”) dan setiap daerah punya istilahnya masing-masing. Ciri khas alat ini adalah dilengkapi dengan “epor” yakni semacam sandaran ketika menenun. Dan diletakkan di belakang pinggang sehingga seolah digendong.
Ketika penenun menekan benang pakan dengan alat yang dinamakan “liro”. Liro adalah alat untuk merapatkan benang pakan yang digerakkan dengan tangan dan terdengar bunyi “dong” atau “dog”. Sehingga alat tenun ini seringkali dinamakan “gedog”.
Alat tenun “gedog” akhirnya berkembang jadi alat tenun “tejak” dengan rangka yang lebih banyak daripada alat tenun “gedog”. Rangka tersebut digunakan sebagai penopang ketika alat ini dioperasikan. Di mana posisi penenun duduk sambil menggerakkan tangan dan kaki secara sinergis. Alat tenun “tejak” yang berkembang menjadi ATBM. ATBM adalah alat warisan Belanda yang disebarluaskan oleh Textile Inrichting Bandung (Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung).
Tiap daerah memiliki nama masing-masing untuk alat tenun tradisional ini. Sebagai contoh di Jawa dikenal alat tenun “gendong” atau “gedog ”, dan di Sulawesi dikenal nama “walidah”. Pada prinsipnya alat tenun tradisional bersifat padat karya yakni bergantung pada tenaga kerja manusia. Sehingga tingkat keberhasilan proses produksinya sangat ditentukan oleh kualitas ketrampilan dan kecepatan kerja sumber daya manusianya.
b. Bahan baku tenun tradisional
Ketika usaha tenun tradisional yang tidak kalah penting adalah bahannya. Bahan dasar kain tenun yaitu benang yang terbuat dari serat, baik serat alam ataupun serat buatan. Serat alam berasal dari tumbuhan (contohnya rami, kapas, eceng gondok, nenas, dll) dan binatang (tak berkembang karena isu lingkungan). Benang jadi bahan baku pembuatan kain tenun. Sehingga kualitas kain tenun yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kualitas dari benang tersebut.
Kondisi benang menentukan konstruksi kain yang dihasilkan. Benang dengan nomor besar menandakan berdiameter kecil begitu juga sebaliknya. Makin kecil diameter benang maka makin baik rajutan atau anyaman tersebut yang dihasilkan dan akhirnya mempengaruhi kontruksi kain tenun. Konstruksi kain tenun yang diinginkan jadi dasar penentuan terhadap :
tingkat kehalusan dan kerapatan benang,
alat tenun,
proses yang harus dijalankan,
efisiensi biaya produksi, dan
efektifitas metode kerjanya.
Teknik membuat kain tenun diilhami oleh prinsip sederhana. Yakni menggabungkan benang secara melintang dan memanjang atau menyilangkan benang pakan dan lusi secara bergantian. Prinsip tersebut melahirkan berbagai inovasi motif, corak atau bentuk gambar pada lembaran kain yang diacu oleh pengrajin ketika menenun.
c. Proses produksi
Salah satu ciru usaha tenun tradisional yaitu proses produksi yang dilaksanakan pada skala rumah tangga. Sehingga dijumpai beberapa keterbatasan seperti
permodalan,
ketersediaan peralatan dan ruang produksi,
tingkat penggajian tenaga kerja, dan
perkembangan kreasi yang relatif lambat.
Tapi demikian, seni menenun ini adalah warisan budaya yang ditekuni secara terus menerus. Dan berkaitan erat dengan
sistem pengetahuan,
budaya,
kepercayaan,
lingkungan alam, dan
sistem organisasi sosial dalam masyarakat.
Sehingga mencerminkan adat istiadat masyarakat setempat.
Proses produksi tenun pada skala rumah tangga terkadang mengalami pasang surut. Sebab keadaan ekonomi dan pembinaan yang belum terarah. Sarana dan prasarana yang serba terbatas adalah ciri khas industri rumah tangga. Tentu saja di sini peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai pemberi fasilitas permodalan dan pembinaan. Terlebih jika bisa diangkat sebagai produk unggulan setempat yang bernilai seni dan memiliki keunikan tersendiri.
d. Hasil kain tenun (produk)
Kain hasil usaha tenun tradisional dengan menggunakan alat tenun bukan mesin memiliki kekhasan sesuai dengan daerah masing-masing. Secara umum kain tenun tradisional terbagi jadi tenun ikat dan songket. Perbedaan keduanya terletak pada bahan utama atau jenis benang yang dipakai dan teknik pembuatan kain tersebut.
Istilah “ikat” punya makna membentuk ragam hias dengan mengikat bagian-bagian benang. Sedangkan “songket” berkembang setelah tenun ikat, dengan spesifikasi penambahan benang dan pakan dengan cara dicukit atau disongket. Penambahan benang ini seperti emas, perak atau sutera pada benang lusi.
Sekian info berkaitan dengan ruang lingkup usaha tenun tradisional, semoga post ini mencerahkan sahabat semua. Mohon post bisnis kreatif ini disebarluaskan agar semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi: Menjadi Pebisnis Sukses
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://bisnisid.com/ruang-lingkup-usaha-tenun-tradisional/