Rejab Syaaban Ramadhan 9268
...Syawal...
Sambut Bulan Ramadhan dengan Ilmu
by larasetia
JIKA seseorang menyambut orang, menyambut momen atau menyambut sesuatu yang mengembirakan, tentu ia akan mempersiapkan diri dan mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya. Demikian juga seseorang yang akan menyambut “tamu agung” yaitu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan dan kebaikan di dalamnya.Nabi SAW bersabda,“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad)Kaum muslimin pun diperintahkan menyabut bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan kegembiraan. Ketika bulan Ramadhan datang, akan ada seruan dan panggilan kepada kaum muslimin agar menyambut Ramadhan dengan kebaikan
BACA JUGA: Sambut Bulan Ramadhan, ini KeistimewaannyaNabi SAW bersabda,“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu -pintu neraka, tidak ada satu pintupun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintupun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi)Cara terbaik untuk menyambut Ramadhan adalah dengan ilmu yaitu belajar lagi hal terkait degan Ramadhan. Mulai dari keutamaan, hukum-hukum dan ibadah yang disyariatkan di bulan Ramadhan. Islam adalah agama yang mulia dan dibangun di atas ilmu, bukan di atas tradisi atau perasaan. Jika ingin beramal dan berkata harus dengan ilmu
Ilmu sangat penting, karena syarat agar amal kita diterima adalah harus dibangun di atas ilmu dan cara beribadah yang diajarkan oleh Nabi SAW. Konsekuensi dari syahadat seorang muslim adalah syarat diterimanya amal
1Asyhadu alla ilaha illallahuKonsekuensinya adalah ibadah kita harus ikhlas kepada Allah saja.
Tidak boleh riya’, sum’ah beribadah karena ingin dipuji dan dilihat manusia. Tidak boleh beribadah untuk yang lain semisal menyembelih kepada jin
2Asyhadu anna Muhammad RasulullahKonsekuensinya adalah dalam beribadah kita harus mengikuti cara Nabi SAW, mengikuti sesuai dalil dan tidak boleh beribadah dengan sesuatu yang tidak ada ajaran/tuntunan sebelumnya dari beliau
Sangat sayang sekali apabila Ramadhan dengan berbagai keutamaannya akan tetapi amal kita tidak diterima karena cara ibadahnya tidak benar atau niatnya tidak benar (tentunya niat yang baik juga itu muncul karena ilmu)
BACA JUGA: Persiapan untuk Ramadhan, Penting kah?Semangat belajar dan mempelajari hal-hal terkait Ramadhan karena sebentar lagi akan menghampiri kita. Kita hadiri majelis ilmu, membaca buku dan berdiskusi yang bermanfaat
Abu Bakar Al-Warraq Al Balkhi berkata,“Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam tanaman, bulan Syaban adalah bulan untuk menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan untuk memanennya”
Beliau juga berkata, “Rajab bagaikan angin, Syaban bagaikan mendung, dan Ramadhan bagaikan hujan.” []SUMBER: MUSLIM.OR.IDSambut Bulan Ramadhan dengan Ilmu - Islampos
Puasa Ramadhan-nya Rasulullah Sawby Eneng Susanti
_iStockRASULULLAH Saw adalah teladannya umat Islam. Petunjuknya merupakan petunjuk yang paling sempurna bagi muslim dalam segala hal, mulai dari ibadah sampai ke akhlak. Termasuk soal puasa.
BACA JUGA: Begini Rasulullah SAW Jalankan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan
Apa saja sih petunjuk yang ditunjukkan Rasulullah Saw selama berpuasa di bulan Ramadhan? Berikut ini bocorannya.
1Memperbanyak melakukan berbagai ibadahMalaikat Jibril selalu membacakan Alquran untuk Nabi Muhammad Saw pada bulan Ramadhan. Nabi, juga memperbanyak sedekah, membaca Alquran, shalat sunnah, zikir, i’tikaf dan banyak kebaikan lainnya di bulan mulia itu. Bahkan, Nabi mengkhususkan beberapa macam ibadah pada bulan tersebut
2Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbukaRasulullah Saw selalu memberikan semangat kepada orang lain untuk melakukan apa yang beliau lakukan. Termasuk soal sahur dan berbuka. Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka kepada umatnya
3Nabi melarang orang yang berpuasa mengeluarkan ucapan keji dan caci-makiSebaliknya, diperintahkan kepada orang yang dicaci maki untuk mengatakan kepada orang yang mencacinya, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”4Puasa Rasulullah saat melakukan safar di bulan RamadhanRasulullah Saw membiarkan sahabat untuk memilih antara berbuka atau terus berpuasa ketika safar (dalam perjalanan)
5Ketika kondisi junubRasulullah Saw pernah mendapati fajar dalam keadaan junub. beliau pun segera mandi setelah terbit fajar dan tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan
6Tidak ada qadha bagi orang yang lupa makan-minum saat puasa RamadhanNabi Muhammad Saw membebaskan qadha bagi orang yang makan atau minum karena lupa. Ini semata-mata karena karunia Allah
7Rasulullah Saw pun bersiwak saat puasahal ni disebutkan dalam sebuah riwayat yang shahih
8Rasulullah Saw pun melakukan istinsyaq saat puasaImam Ahmad meriwayatkan, Rasulullah Saw menuangkan air di atas kepalanya saat puasa. Nabi juga ber-istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur dalam keadaan puasa. Tapi, beliau melarang istinsyaq secara berlebihan. []
Sumber: Biar Puasa Nggak Sia-Sia/Karya: Ustadz Wijayanto dan Konoysan/Penerbit: Pustaka OasisPuasa Ramadhan-nya Rasulullah Saw - Islampos
Ramadhan Bulan Bercerminby Sodikin
Foto: Ulama SeduniaOleh: Ust. Ahmad Mudzoffar JufriRAMADHAN merupakan salah satu sarana dan momentum istimewa bagi setiap mukmin atau mukminah untuk ber-muhasabah dan bercermin diri, yang dengannya ia bisa mengetahui tingkat keimanannya, kualitas ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, dan kadar kerinduannya pada kehidupan ukhrawi yang bahagia.Dan melalui cermin Ramadhan, seseorang bisa menguji diri dan hatinya, untuk mengetahui sudah berada di tingkat apakah ia? Apakah tingkat iman dan taqwanya masih tetap berada di tingkat dasar: zhalimun linafsih (aniaya terhadap diri sendiri), atau sudah naik ke tingkat menengah: muqtashid (pas-pasan, sedang-sedang saja, dan dalam batas minimal aman dan selamat), atau alhamdulillah sudah sampai di tingkat tinggi: sabiqun bil-khairat (pelopor dan terdepan dalam berbagai kebaikan)
BACA JUGA: Kenapa Harus Semangat Puasa Ramadhan?
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada golongan yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada kelompok pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang selalu di depan dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” (QS. Faathir: 32).
Bercermin Diri Menjelang Ramadhan
Kita hendaknya bertanya kepada diri kita masing-masing: bagaimana sikap hati dan diri kita dalam menyongsong dan menyambut Ramadhan? Bagaimana ketika kita tahu bahwa Ramadhan sudah semakin dekat dan telah di ambang pintu
Apakah hati kita merasa berat karena akan bertemu dengan bulan beban yang serba memberatkan, merepotkan dan mengekang kebebasan? Atau tidak merasa berat, tapi sikap hati kita biasa-biasa dan santai-santai saja
Atau hati serasa berbunga-bunga karena demikian rindunya ingin segera bersua dengan kekasih hati, sang tamu agung nan mulia, yang senantiasa ditunggu-tunggu kehadirannya?
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Ramadhan telah datang kepada kalian, -ia adalah- bulan berkah, Allah -Azza wa Jalla- telah mewajibkan kepada kalian berpuasa. Di bulan itu pintu-pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup dan syetan-syetan pembangkang dibelenggu. Demi Allah di bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapat kebaikannya, maka sungguh berarti benar-benar ia telah terhalang/terjauhkan (dari kebaikan/rahmat Allah)” (HR. An-Nasaa-i, Ahmad dan Al-Baihaqi).
Bercermin Diri Selama Ramadhan
Pertama, bertanyalah kepada diri sendiri bagaimana kita memanfaatkan momentum istimewa yang bernama Ramadhan? Karena setiap waktu dalam bulan Ramadhan, setiap detiknya, setiap menitnya, setiap jamnya, setiap harinya, setiap malamnya, setiap siangnya, setiap petangnya, setiap paginya dan seluruhnya, adalah momentum istimewa yang penuh barokah, penuh rahmah, penuh maghfirah, penuh peluang pembebasan dari api neraka, pengabulan doa, penerimaan tobat, pelipatgandaan amal ibadah dan lain-lain, khususnya pada sepuluh malam dan hari terakhir, dan puncaknya pada malam Lailatul Qadar. Apakah hati, jiwa dan perasaan kita sudah cukup peka, sehingga selalu bisa menyadari dan merasakan itu semua
Nah, kualitas keimanan dan kadar ketakwaan seseorang sangat ditentukan oleh sikap dan upayanya untuk menggapai kemuliaan selama Ramadhan, demi menyadari bahwa ia sedang berada dalam waktu-waktu istimewa bahkan super istimewa dan peluang-peluang emas bahkan berlian, yang sama sekali jauh berbeda dan tidak bisa dibandingkan dengan waktu-waktu dan peluang-peluang di bulan lain!
Maka masing-masing kita harus melakukan muhasabah minimal harian bahkan setiap saat selama Ramadhan, dan bertanya pada diri sendiri: amal istimewa apa yang sudah dibuat dan dilakukannya pada waktu-waktu, hari-hari dan malam-malam yang telah berlalu dari bulan istimewa ini? Sudah istimewakah puasanya, shalatnya, qiyamullailnya, tilawahnya, dzikir-doanya, infak-sedekahnya, dan amal-amal shalihnya yang lain
Ya, yang harus kita muhasabahi memang tentang seberapa istimewa amal-amal shalih itu telah kita lakukan. Karena jika amal-amal shalih yang kita lakukan selama Ramadhan ini, baru sama dengan yang kita lakukan di bulan-bulan lain, meskipun tentu itu bagus dan harus, namun masih belum cukup, karena itu berarti kita masih menyikapi bulan Ramadhan sama dengan yang lain, dan belum mengistimewakannya. Karena mengistimewakan Ramadhan nan istimewa haruslah dengan amal-amal yang serba istimewa, dan tidak cukup dengan yang biasa-biasa saja!
Kedua, selama Ramadhan kita bisa bercermin untuk melihat hakekat jiwa kita apa adanya, tanpa campur tangan syetan penggoda dan pengganggu utama, yang – berdasarkan hadits muttafaq ‘alaih – dirantai dan dibelenggu selama Ramadhan. Artinya, ketika selama Ramadhan seseorang masih punya niat buruk, kecenderungan buruk, dan amal buruk, maka ia harus sadar bahwa, keburukan itu murni berasal dari potensi fujur (QS. Asy-Syams: 7-10) dalam jiwanya, dan dari nafs ammarah bis-su’-nya (QS. Yusuf: 53), atau dari nafs musawwilah-nya (QS. Yusuf: 18), dan bukan dari godaan syetan yang sedang dirantai dan dibelenggu, yang berarti sedang nonaktif dari fungsi dan tugas utamanya, yakni menggoda!
“Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu Surga dibuka selebar-lebarnya, pintu-pintu Neraka ditutup serapat-rapatnya dan syetan-syetan dibelenggu” (HR Muttafaq ‘Alaih).
“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan/potensi) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (dengan memenangkan potensi ketaqwaan dalam jiwanya). Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan memenangkan potensi kefasikan dalam jiwanya)” (QS. Asy-Syams: 7-10).
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang” (QS. Yusuf: 53).
”Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku. Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yususf: 18).
Bercermin Diri Pasca Ramadhan
Hendaknya kita meraba diri kita masing-masing: bentuk kegembiraan apa yang kita rasakan saat menyambut Idul Fitri? Apakah karena merasa telah terlepas dan terbebas dari bulan penuh beban yang serba mengekang, sehingga Idul Fitri seakan-akan justru menjadi ajang kangen-kangenan dengan syetan – na’udzu billah – yang juga baru saja terlepas dan terbebas dari belenggu dan rantai? Ataukah karena merasa telah bebas makan dan minum kembali semaunya dan sesukanya tanpa dijadwal dan dibatasi lagi seperti saat Ramadhan
Ataukah gembira dan puas disertai rasa penuh syukur karena merasa telah mendapatkan taufiq dari Allah, sehingga bisa mengoptimalkan pemanfaatan bulan mulia, bulan agung, bulan istimewa, bulan utama dan bulan suci, untuk menggapai kemuliaan, keagungan, keistimewaan, keutamaan, dan kesucian diri
BACA JUGA: Sambut Bulan Ramadhan dengan Ilmu
”(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185).
Kita juga bisa bercermin diri pasca Ramadhan dengan cara melihat sejauh mana perubahan telah kita dapat setelah melewati masa penempaan diri, tazkiyatunnafs (penyucian jiwa) dan tarbiyatudzdzat (pembinaan diri)? Lalu sudahkah ijazah “la’allakum tattaqun” (lihat QS. Al-Baqarah: 183) kita dapat dengan sukses? dengan bukti riil bahwa, kita telah menjadi pribadi-pribadi mukmin yang lebih bertaqwa? Semoga!
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183). []https://www.islampos.com/ramadhan-bulan-bercermin-139914/
Apa Hikmah Tak Makan dan Minum Saat Puasa?
by Saad Saefullah
Tiger Fitness
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pak Yudhistira, saya ingin bertanya mengapa saat berpuasa kita tidak boleh makan dan minum? Apa maksud dan tujuan dari berpuasa dan adakah pengaruhnya bagi kesehatan tubuh manusia? Jazakallah.
IBU SELY/HP.083891480XXX
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Ibu Sely yang dirahmati Allah SWT, jila kita pelajari lebih dalam semua perintah di dalam Islam, maka sudah dipastikan mempunyai tujuan kesehatan.
Telah kita ketahui bahwa kandungan air dalam tubuh manusia mencapai 71 persen berat badan orang dewasa. Jumlah ini dapat dibagi menjadi dua: di bagian dalam sel-sel dan di bagian luar sel-sel (di dalam jaringan otot, pembuluh darah, getah lambung, dan sebagainya).
Di antara kedua bagian tersebut terdapat keseimbangan yang sangat teliti. Terkadang perubahan terjadi pada proses penempatan cairan, khususnya sodium, yang selalu berada pada cairan luar sel dan selalu merangsang terjadinya dua proses dalam tubuh yakni: proses pengeluaran hormon-hormon penghambat kelancaran air seni dan proses rasa haus.
Kedua proses itulah yang membantu menjaga stabilitas jumlah air dalam tubuh, khususnya dalam kondisi mendesak. Itu terjadi dengan merangsang hormon-hormon penghambat air seni untuk menambah reaksi dan pengosongan pipa-pipa serta saluran yang tersambung dengan ginjal, sehingga akan membantu penyerapan air dan mengurangi pengeluarannya.
BACA JUGA: Wahai Rasul, Apakah Aku Boleh Berpuasa atas Nama Ibuku?
Dalam waktu bersamaan, keduanya membantu konsentrasi sodium di luar sel-sel sehingga semakin sodium dari ginjal secara khusus akan berkurang pada siang hari.
Sedangkan mengonsumsi air pada saat pemberhentian asupan makanan ke dalam tubuh, akan menyebabkan menurunnya fungsi eksosmosis pada cairan di luar sel-sel. Hal ini yang nantinya akan menekan pegeluaran hormon penghambat air seni, sehingga cairan dalam bentuk air seni akan keluar dari tubuh dalam jumlah yang lebih yang lebih banyak bersama zat-zat yang menyertainya, seperti cairan sodium dan berbagai cairan lainnya. Dalam kondisi ini, kesehatan manusia akan terancam jika cairan-cairan yang telah keluar tidak segera tergantikan.
Unsur sodium adalah zat penting dalam dalam membangun voltase (energi listrik) melalui dinding-dinding sel saraf dan sel-sel lainnya. Sodium juga memiliki peran biologis dalam merangsang dan mengencangkan otot. Kekurangan sodium akan menyebabkan kelemahan di seluruh tubuh.
Di sini kita dapat menemukan hikmah pelarangan minum air pada saat berpuasa. Karena larangan tersebut dapat melindungi tubuh dari terbentuknya batu ginjal akibat kelebihan sodium. Kelebihan ini akan menghalangi proses pelarutan cairan urine yang dapat mengakibatkan membantunya saluran kencing.
Secara ilmiah juga telah dibuktikan, bahwa puasa dapat melindungi tubuh dan menyelamatkannya dari bahaya penumpukan racun dalam sel dan jaringan otot akibat polusi lingkungan, konsumsi obat-obatan, dan menghirup udara yang tercemar racun.
Puasa juga terbukti dapat memperkuat pertahan tubuh, dimana indikator kinerja sel-sel lymphoid akan membaik sepuluh kali lipat. Rangsangan seks juga akan semakin berkurang, khususnya bagi mereka yang belum menikah.
Gejala ini kian mempertegas muatan mukjizat yang terkandung pada sabda Rasulullah SAW: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah (segera). Karena menikah dapat lebih menutup pandanganmu dan lebih menjaga kemaluanmu. Dan barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena itu akan lebih menjaganya.”
Puasa secara alami akan mengatur dan meredakan gairah. Hal itu juga akan dapat memperkuat pertahanan agama dan kesehatannya. Selain itu, ditemukan pula adanya relasi antara rasa haus dan glycogenolysis. Rasa haus akan menyebabkan keluarnya zat-zat adaptasi dan kekuatan rasa haus merupakan efek dari hormon “ angiotnesin” dan vasproressin” (Hormon penekan pembuluh darah).
Kedua hormon tersebut akan mengakibatkan glycogenolsis dalam salah satu fase pelarutannya pada sel-sel itu. Setiap kali haus bertambah, maka bertambah pula prosduksi kedua hormone tersebut dalam jumlah besar dan yang akan memberi suplai tenaga untuk tubuh, terlebih pada saat penghabisan hari puasa.
Puasa ala islam pernah dicoba pada binatang. Hasilnya membuktikan, puasa akan berpengaruh pada perbaikan cara belajar dan kekuatan memori. Ia juga dapat membantu memperlancar aktivitas ginjal.
Kemudian, menghentian minum air pada saat puasa akan membantu kinerja pembuluh darah dan sel-sel darah merah. Terkadang puasa juga berperan penting dalam mengobati berbagai kasus kemandulan atau rutinitas haid, membantu pengaturan kehamilan, merangsang berbagai hormon di dalam tubuh, dan menambah respon kelenjar di bawah otak.
Pada umumnya, puasa juga berpengaruh terhadap kinerja beberapa hormon dalam mempengaruhi pelepasan asam lemak yang bebas. Selain menjaga tubuh dari ancaman maag, puasa juga akan mempermudah proses kelahiran.
Fakta iain tentang ke-Maha Besar-an Sang Pencipta, bahwa tubuh manusia telah diciptakan oleh Allah dengan dibekali kemampuan untuk memproduksi air. Hal itu terjadi melalui berbagai perubahan dan proses-proses kimia yang terjadi di seluruh jaringan tubuh, dan juga melalui proses-proses penyerapan gizi. Ia pun akan melahirkan energi pada hati, ginjal, otak, dan darah.
Karenanya, hampir seluruh sel di dalam tubuh mengandung komponen-komponen air yang oleh para ilmuwan diperkirakan mencapai angka antara 3 ½ liter air. Cairan ini disebut netral.
Allah SWT juga telah menciptakan air bagi manusia dan makanan di dalam tubuh. Saat masing masing asam lactic dan asam pyruvate yang dihasilkan oleh okside lukos mulai berubah dan kembali menjadi glukosa pada saat sisa-sisa makanan dan kotoran mulai menuju hati, maka air akan digunakan sebagai alat untuk memproduksi ulang glukosa. Para ilmuwan memperkirakan setiap glukosa baru dapat terproduksi hingga 36 gram.
Dapat dengan jelas kita lihat mukjizat dalam ungkapan Rasulullah SAW pada hadits-haditsnya, khususnya pada saat beliau menganjurkan agar tidak memaksa orang sakit untuk makan dan minum. Beliau bersabda “Janganlah kamu sekalian memaksa orang-orang sakit untuk makan dan minum. Sesungguhnya Allah memberi makan dan minum. “ (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Di dalam puasa juga terdapat indikasi penyembuhan batin dan fisik sekaligus. Penyembuhan secara batin dapat terlihat pada anjuran untuk bersedekah, taat kepada Allah SWT menghindari kesombongan, dan mendidik kesabaran.
BACA JUGA: Puasa Ramadhan Diampuni Dosa, Benarkah?
Sedangkan penyembuhan fisik, sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya kenyang itu adalah sungai di dalam tubuh yang diinginkan oleh setan. Sementara, haus dan lapar adalah sungai di dalam jiwa dan diinginkan oleh para malaikat. Setan akan terkalahkan oleh seorang yang sedang lapar, haus, dan tidur, lebih-lebih jika ia sedang tidur.”
Dzu Nun Al Mishri mengatakan, “ Tidak pernah aku makan sampai kenyang atau minum sampai kenyang, kecuali kau telah atau hendak melakukan maksiat.”
Luqman mengatakan kepada putranya, “Wahai anakku, jika perut telah penuh, pikiran pun akan tertidur, dan seluruh anggota tubuh akan terlepas dari ibadah.”
Semoga jawaban yang saya sampaikan bisa bermanfaat untuk semua pembaca. Wallahualam. []
Apa Hikmah Tak Makan dan Minum Saat Puasa? - Islampos
Sambut Bulan Ramadhan, ini Keistimewaannya
by larasetia
foto: pexels
RAMADHAN sebentar lagi, sebagai seorang muslim bulan Ramadhan adalah bulan yang paling dirundukan dan dinantikan kedatangannya. Hal ini karena begitu banyak keistimewaan pada bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan dan adab-adab bulan Ramadhan. Pertama, bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Jika kita mengalami kesusahan dalam bulan tersebut, hadapilah dengan penuh kesabaran, bukan dengan berkeluh kesah. Apalagi ketika bulan Ramadhan jatuh pada musim panas.
BACA JUGA: Puasa Ramadhan Diampuni Dosa, Benarkah?
Demikian juga ketika kita tertinggal sahur, kita sudah mengeluh sejak subuh. Atau jika kita merasa letih ketika shalat tarawih, tahanlah dengan senang hati. Jangan menganggap sebagai suatu kesulitan, karena hal itu akan menghilangkan pahalanya. Jika untuk mendapatkan keduniaan saja kita sanggup menahan meninggalkan makan, minum dan istirahat, mengapa kita tidak mampu menahan sedikit kesulitan untuk mencai ridha Allah SWT.
Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang. Wujudnya yaitu dengan membantu fakir miskin. Jika ada sepuluh jenis makanan yang kita sediakan untuk berbuka, sekurang-kurangnya tiga atau empat dari jenis makanan itu disisihkan untu fakir miskin.
Jika kita tidak dapat memberikan yang lebih baik dari yang kita makan, paling tidak kita berikan yang sama dengan yang kita makan. Berapapun kemampuan kita, sisihkanlah sebagian makanan berbuka ataupun sahur untuk orang yang membutuhkan.
Diriwayatkan oleh Abu Jahm Ra ketika perang Yarmuk. Ia berkata, “Aku pergi mencari saudara sepupuku dengan membawa kantung kulit berisi air untuk minum dan untuk membasuh muka dan tangannya jika ia masih hidup. Aku menjumpainya sedang terkapar.
Aku bertanya apakah ia memerlukan air? Ia memberi isyarat mengiyakan. Kebetulan ketika ia mendengar rintihan seseorang di dekatnya, ia menunjuk kearah tersebut dan menyuruhku agar memberikan minum kepadanya. Akupun mendatangi orang itu, ketika aku hendak memberikan air terdengar lagi suara rintihan didekatnya.
Orang itu pun mengisyaratkan tangannya kepada orang ketiga, agar aku memberikan minum kepadanya terlebih dulu. Aku mendatangi orang ketiga, tetapi ketika aku sampai, nyawanya telah tiada. Aku kembali kepada orang kedua ternyata ia pun telah meninggal dunia. Ketika aku kembali kepada sepupuku, ternyata ia juga telah meniggal dunia.” Demikianlah sifat itsar (mendahulukan orang lain) para pendahulu kita.
Iman Suyuti Ra menyebutkan bahwa terdapat riwayat dari Ibnu Umar Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Di antara umatku, senantiasa ada 500 orang pilihan dan empat puluh orang wali abdal. Jika seorang meninggal dunia di antara mereka maka akan langsung ada penggantinya.”
BACA JUGA: Sambut Ramadhan, Ingat Pesan Rasulullah SAW
Para sahabat Ra bertanya, “Apakah amalan istimewa mereka?” belau bersabda, “mereka memaafkan orang yang menzaliminya, berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadanya, dan berbagi rezeki dengan sesama.”
Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa. Dalam suatu riwayat yang lain, Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa Ramadhan dari hasil usahanya yang halal, maka setiap malam, para malaikat akan mendoakan rahmat untuknya, dan pada malam lailatul qadar, malaikat Jibril As akan berjabat tangan dengannya. Barangsiapa berjabat tangan dengan malaikat Jibril As (tanda-tandanya adalah) hatinya menjadi lembut dan air matanya mudah mengalir. []
REFERENSI: KITAB FADHAOL AMAL/KARYA: MUHAMMAD ZAKARIYYA/AL SHAFF
Sambut Bulan Ramadhan, ini Keistimewaannya - Islampos
Wahai Rasul, Apakah Aku Boleh Berpuasa atas Nama Ibuku?
by Eneng Susanti
Foto: iStock
RAMADHAN selalu rutin datang dalam setiap tahunnya. Namun, umur manusia siapa yang bisa memastikannya? Akankah sampai usia kita berjumpa dengan Ramadhan yang akan datang? Adakah utang puasa sebelumnya yang masih belum terbayar?
Tentu pertanyaan itu bisa jadi bahan renungan, sebagaimana kisah berikut ini yang diambil dari sirah Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA: Siap Sambut Bulan Ramadhan? Ini 6 Keutamaannya
Kala itu Rasulullah SAW tengah berada di pertemuan rutin di Masjid Nabawi. Pertemuan itu tak hanya dihadiri kaum pria. Banyak pula kaum wanita yang bersemangat menimba ilmu di majlis Rasulullah SAW tersebut.
Maka, munculah seorang perempuan dari suku Juhanah bertanya kepada Nabi.
“Wahai Rasul, aku sangat mencintai ibuku. Suatu ketika, aku memberi ibuku seorang sahaya perempuan. Tapi, baru-baru ini ibuku meninggal,” cerita perempuan tersebut.
Rasul menimpali dengan santun dan ramah, “Engkau anak yang baik. Engkau pasti mendapat pahala. Dan, sahaya perempuan itu menjadi milikmu kembali sebagai harta warisan.”
“Wahai Rasul, bolehkah aku mengajukan pertanyaan lain?”
“Silakan!” Jawab Rasul, “Tidak usah ragu kemukakan kepadaku segala hal yang ingin kau tanyakan kepadaku.”
Wahai Rasul, ibuku punya utang puasa. Sebulan lamanya. Apakah aku boleh berpuasa atas nama ibuku?”
Rasul menjawab, “Berpuasalah atas nama ibumu.”
BACA JUGA: Muslim, Bersegeralah Membayar Qadha Puasa Ramadhan yang Tertinggal
“Wahai Rasul, ibuku juga pernah bernazar akan melaksanakan haji, tapi dia meninggal dunia sebelum melaksanakannya. Bolehkah aku naik haji atas nama ibuku?” tanya perempuan itu lagi.
Jawab Rasul, “Silakan, naik hajilah engkau atas nama ibumu. Bukankah andaikan dia memiliki utang, engkau akan melunasinya? Karena itu, tunaikan lah utang Allah. Sebab, utang kepada-Nya lebih patut ditunaikan.” []
Sumber: Teladan Indah Rasulullah dalam Ibadah/Karya: Ahmad Rofia Usmani/Penerbit: Mizan Pustaka/Tahun: 2006
Wahai Rasul, Apakah Aku Boleh Berpuasa atas Nama Ibuku? - Islampos
Kenapa Harus Semangat Puasa Ramadhan?
by Eneng Susanti
Foto: donaflor.
RAMADHAN 1440 hijriah sebentar lagi tiba, sudah siap belum nih untuk menjalankan ibadah puasa?
Sebelum memasuki bulan mulia, yakni Ramadhan, ada baiknya kita persiapkan diri agar bersemangat untuk menjalani hari-hari full ibadah di bulan puasa tersebut.
BACA JUGA: Apa Hikmah Tak Makan dan Minum Saat Puasa?
Kenapa harus semangat? Ada banyak keutamaan yang bisa diraih di bulan tersebut. Selain itu, puasa Ramadhan juga punya keunikan tersendiri lho.
Mau tahu?
Puasa Ramadhan itu rentang waktunya lebih lama dibanding puasa lainnya, karena dilakukan sebulan full tanpa jeda. Kalau dilihat dari segi waktu, puasa Daud juga lama, tapi dalam puasa Daud kan ada jeda satu hari puasa satu hari tidak puasa. Nah, di bulan Ramadhan tidak demikian. Seluruh harinya full diisi ibadah puasa.Ibadah puasa itu adalah ibadah tersembunyi. Hanya Allah yang tahu apakah seseorang itu benar-benar berpuasa atau tidak. Allah juga akan memberikan balasan khusus (langsung dari sisi-Nya) kepada orang yang berpuasa.Ibadah puasa Ramadhan itu ibadah masal. Ibadah ini dilakukan serentak oleh muslim di seluruh dunia. Tak heran, di bulan Ramadhan tercipta suasana yang berbeda. Rasakan deh sensasinya. Khusyuk dan syahdu deh pokoknya.
Biar lebih termotivasi dan semakin semangat menyambut Ramadhan, yuk, kita renungkan beberapa hadis berikut ini:
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:
“Puasa itu perisai. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, hendaklah ia tidak berkata keji dan membodohi diri. Jika ada seorang memerangi atau mengupatnya, maka hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut yang keluar dari orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi/ Orang berpuasa itu meninggalkan makanan dan minumannya untuk diriku (allah). Maka puasa itu untuk diri-Ku (Allah) sendiri yang akan memberikan pahala karenanya. Kebaikan itu dbalas dengan pahala sepuluh kali lipatnya.'” (HR Bukhari)
Rasulullah juga bersabda:
“Apabila datang bulan Ramadhan, maka dibuka lah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta semua setan dibelenggu.” (HR Muslim)
Dari Abu Sa’id al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda:
“Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, melainkan dengan hari itu Allah akan menjauhkan api neraka dari wajahnya selama tujuh puluh musim.” (HR Jama’ah, kecuali Abu Dawud).
BACA JUGA: Puasa Ramadhan-nya Rasulullah Saw
Masya Allah, demikianlah perkataan Rasulullah Saw tentang keutamaan puasa bagi umatnya. Tak hanya itu, Rasulullah Saw juga menegaskan, puasa akan mampu memberikan syafaat di yaumul akhir, dan para pelaku puasa boleh masuk surga lewat pintu khusus bernama Ar Rayaan.
Masya Allah, siapa sih yang tidak ingin meraihnya? Makannya, yuk, mantapkan hati dan kobarkan semangat untuk meraih keutamaan puasa di bulan Ramadhan nanti. []
Sumber: Puas Puasa!/Karya: Indari Mastuti/Penerbit: Pustaka Oasis
Kenapa Harus Semangat Puasa Ramadhan? - Islampos
Siap Sambut Bulan Ramadhan? Ini 6 Keutamaannya
by larasetia
Foto: Pexels
BULAN suci Ramadhan memiliki banyak keistimewaan bila dibandingkan dengan sebelas bulan lainnya. Berbagai keistimewaan itu pula yang tak akan pernah bisa kita jumpai di bulan-bulan yang lain.
Setidaknya ada enam keistimewaan bulan ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Khuzaimah.
BACA JUGA: Ramadhan, Tidak ada yang Tahu Pasti Apakah Usia akan Sampai?
Pertama, Syahrul Azhim (Bulan yang Agung). Azhim adalah nama dan sifat Allah. Namun, juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Ramadhan menjadi bulan yang mulia dan agung, karena Allah sendiri telah mengagungkan dan memuliakannya.
Kedua, Syahrul Mubarak (Bulan Keberkahan). Semuanya diberkahi dan amal ibadahnya dilipatgandakan pada bulan ini.
Ketiga, Syahru Shiyam (Bulan Puasa). Pada bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari lima rukun Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa).
Keempat, Syahru Nuzulil Qur’an (Bulan diturunkannya al-Quran)
BACA JUGA: Bagaimana Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan?
Kelima, Syahrul Musawwah (Bulan Santunan). Di bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk saling berkasih sayang dengan sesamanya yang keadaannya jauh memprihatinkan dari pada kita.
Keenam, Syahrus Shabr (Bulan sabar). Bulan Ramadhan melatih jiwa Muslim untuk senantiasa sabar, tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual, dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga. []
Siap Sambut Bulan Ramadhan? Ini 6 Keutamaannya - Islampos
Ramadhan, Tidak ada yang Tahu Pasti Apakah Usia akan Sampai?
by Saad Saefullah
Foto: Aldi/islampos
RAMADHAN tinggal menghitung hari. Bersyukurlah kita masih diberi kesempatan untuk menikmati keberkahan bulan suci tersebut. Padahal meski hanya beberapa hari lagi namun kita belum bisa memastikan apakah kita akan sampai pada bulan tersebut atau tidak.
Allah yang Maha Mengatur segala. Allah yang Maha Kuasa. Jika dia berkehandak maka akan terjadi dengan mudah. Diantara kita belum bisa memastikan apakah kita akan sampai pada bulan suci tersebut. Ya, karena tidak ada yang tahu pasti apakah umur kita akan sampai? Meskipun menurut akal kita bulan Ramadhan hanya tinggal menghitung hari.
Usia adalah hal yang dirahasiakan Allah. Jika Dia berkehendak, maka alam yang tenang ini bisa Dia hancurkan sehingga kita tidak bisa merasakan berkahnya Ramadhan. Kita pun tidak thau apakah Allah masih memberi kesempatan kepada kita untuk merasakan bulan Ramadhan tahun depan? Semuanya tidak ada yang tahu kecuali Allah. Saya teringat kejadian yang terjadi pada teman saya.
BACA JUGA: Bagaimana Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan?
Saat hendak pulang dari tempat ia bekerja, ia mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu sangat parah namun Allah masih memberikan keselamatan padanya untuk tetap hidup. Berbeda dengan penumpang lain yang meninggal saat itu juga.
Kejadian itu berulang 2 tahun kemudian. Menjelang Ramadhan Ia mengalami kecelakaan saat hendak mengisi kajian. Mobil yang ditumpanginya mengalami kerusakan yang parah. Supir yang membawanya pun mengalami luka yang sangat berat. Namun Alhamdulillah ia sendiri telah diselamatkan oleh Allah. Ia hanya mengalami luka ringan, hanya memar di sekitar jidat dan tangan.
“Jika Allah mau, Allah bisa mencabut nyawa saya saat itu juga, namun dalam 2 kali kecelakaan yang menurut akal tidak mungkin bisa selamat, Allah menyelamatkan saya.” ujarnya kepada saya. “Saya yakin Allah memberi kesempatan saya hidup karena masih ada hal yang belum saya selesaikan” tambahnya.
BACA JUGA: Muslim, Bersegeralah Membayar Qadha Puasa Ramadhan yang Tertinggal
Kisah berbeda datang dari seseorang yang pada tahun ini tidak dapat merasakan berkahnya Ramadhan. Hari Jum’at yang lalu ia telah Allah panggil. Padahal bulan syawal nanti ia berencana menikahi seorang gadis yang sudah ia lamar. Begitulah, setiap kejadian yang menimpa kaum muslimin selalu menyimpan makna, menyimpan pesan. Namun pastinya Allah sudah menyiapkan sesuatu yang lebih baik. Dan lagi-lagi manusia tidak mengetahui persis apakah Ramadhan tahun ini akan bisa dilewati dan dirasakan, Wallahu’alam. []
Ramadhan, Tidak ada yang Tahu Pasti Apakah Usia akan Sampai? - Islampos
Bagaimana Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan?
by Saad Saefullah
Penghormatan Para Malaikat pada Orang yang Berpuasa Ramadhan
Foto: Muryanto/Islampos
HADITS Nabi saw yang menyatakan bahwa pada bulan Ramadhan setan dikerangkeng oleh Allah SWT artinya sebagai berikut, “Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu,”([HR. Muslim).
Dalam hadis di atas, pembelengguan setan (wa shufidat as-syayaathiin) secara bahasa berarti bahwa Allah swt mengikat mereka dengan tali atau rantai seperti halnya di dunia nyata. Itu maknanya secara hakiki. Namun pemaknaan secara hakiki itu belum tentu jadi alternatif satu-satunya. Yakni benar begitu adanya. Buktinya para ulama pun pada berbeda pendapat dalam memaknadi “shufidat as-syayaathiin” tersebut.
Ada yang memaknainya secara hakiki: setan itu memang hakikatnya dibelenggu selama Ramadhan, tidak bisa menggoda manusia lagi. Dan ada pulan yang menggunakan makna majaz : bukannya setan terbelenggu sepenuhnya secara hakiki, dia masih bebas berkeliaran, cuma tidak mempunyai kesempatan luas untuk menggoda manusia, pintu-pintu rahmat dan ampunan dibuka Allah seluas-luasnya.
BACA JUGA: Puasa Ramadhan Kita Diterima, Apa Tandanya?
Dan memang benar banyak sekali amal kebajikan yang dilakukan oleh umat Islam pada bulan Ramadhan. Bersedekah, menyantuni anak yatim, memberi bebuka pada orang yang berpuasa, salat tarawih, salat tahajud, kegiatan dzikir pun meningkat pesat. Sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya hambaku tidak ada kekuasaan bagimu (iblis) atas mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat,” [QS. Al-Hijr:43].
Dan pada ayat lain : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah SWT, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,” [QS. Al-A’raf:201].
Pekerjaan-pekerjaan inilah yang sebenarnya bisa juga dianggap membelenggu setan sehingga tidak banyak kesempatan baginya menggoda orang-orang yang berpuasa. Hal mana sangat berbeda jauh dibanding dengan bulan-bulan selain Ramadhan. Itulah makna majaznya.
Memang, bisa jadi masih kemaksiatan masih ada, namun sangat berkurang drastis. Menentukan waktu shalat di kutub yang perbedaan waktunya tidak bisa diketahui dari peredaran matahari karena pergantian malam dan siang terjadi setahun sekali (tiap 6 bulan) dengan cara menyesuaikan dengan daerah lain dimana waktu-waktu shalatnya teratur.
Dalam hal ini kita bisa mengambil patokan daerah mana saja selain kutub yang peredaran waktunya ‘normal’ selama 24 jam, yaitu daerah-daerah di katulistiwa. Kalau ada ulama yang lebih mengutamakan Mekkah dijadikan patokan, itu tentu, di samping, karena waktunya yang teratur (masuk daerah katulistiwa), juga lebih mendekati praktek keseharian Nabi saw.
Yang mendasari ketentuan seperti ini adalah jawaban Nabi menanggapi pertanyaan seorang sahabat tentang kewajiban salat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu (di Mekkah) atau sebulan atau bahkan setahun. “Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali salat saja?” Rasul menjawab “Tidak. Tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa),” [HR. Muslim].
Permasalahan adanya surga dan neraka merupakan permasalahan ghaibiyaat (di luar jangkawan akal) yang mau tidak mau kita harus mengimaninya. Dalam hal ini banyak sekali ayat atau hadis menerangkan tentang adanya surga sekaligus bagaimana keadaannya (silahkan baca surah as-Shaffaat:41-49, Yasin: 55-58, Shaad: 49-54, az-Zukhruf: 70-73, ad-Dukhan: 51-57, dan masih banyak lagi).
BACA JUGA: Tentukan 1 Ramadhan atau 1 Syawal Pakai Metode Hisab, Bolehkah?
Adapun pendekatan secara logika untuk mengetahui eksistensi surga dan neraka di akhirat kelak, para ulama mengaitkannya dengan keadilan Tuhan terhadap hambanya. Dalam arti bahwa jika pembalasan di akhirat (surga dan neraka) itu tidak ada, maka konklusi logisnya Tuhan itu tidak adil, karena membebaskan orang-orang yang berbuat maksiat dan ingkar terhadap perintah-Nya tanpa ada balasan sedikitpun, sedangkan orang mukmin yang terus berjuang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak mendapatkan sesuatu.
Maka dari itu sudah menjadi keharusan dan wewenang bagi-Nya untuk membalas dan menghukumi semua perbuatan menusia di dunia, baik dan buruknya. Di sinilah letak keadilan Tuhan, yaitu menyediakan surga bagi orang-orang yang taat dan neraka bagi orang-orang yang ingkar.
Di samping itu, dalam banyak ayat kita selalu menemukan perintah-perintah Allah swt selalu dibarengi dengan janji-janji bagi yang mematuhinya dan ancaman bagi yang ingkar, hal tersebut secara implisit mengisyaratkan bahwa Allah swt menjadikan dua hal tersebut sebagai cita-cita akhir dari segala perbuatan manusia.
Adapun setelah itu mau ke mana. Wallahu a’lam, itu sudah di luar jangkauan akal. Dan tak perlu kita mengkoreknya. Yang penting bagi kita adalah bertakwa kepada-Nya. []
SUMBER: PESANTRENVIRTUAL
Bagaimana Setan Dibelenggu di Bulan Ramadhan? - Islampos
Puasa Ramadhan Kita Diterima, Apa Tandanya?
by Adam
hukum malafadzkan niat
Ilustrasi: Aldi/Islampos
TANYA: Apa ada tanda amalan puasa Ramadhan diterima?
JAWAB: Coba kita gali dari perkataan Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berikut. Ketika membicarakan faedah melakukan puasa Syawal, beliau rahimahullah berkata,
أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قالبعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها
“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388).
BACA JUGA: Renungan di Awal Syawal
Salah satu pelajaran yang bisa kita petik adalah dari perkataan,
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
Atau perkataan yang lainnya yang diutarakan oleh Ibnu Katsir ketika membahas tafsir surat Al-Lail,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 583).
Berarti tanda amalan Ramadhan kita diterima adalah menjadi lebih baik selepas Ramadhan atau minimal menjaga kebaikan yang telah ada. Contoh kebaikan yang dilakukan setelah Ramadhan adalah puasa Syawal. Tanda amalan kita di bulan Ramadhan tidak diterima adalah setelah Ramadhan tidak lagi ada kebaikan, bahkan sampai meninggalkan kewajiban seperti kewajiban shalat lima waktu.
Dan ingat, para salaf selama enam bulan mereka berdoa supaya bisa berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan dan enam bulan tersisa mereka berdoa supaya amalan mereka diterima.
BACA JUGA: Puasa Syawal 6 Hari, Dianggap 360 Hari?
Semoga Allah menerima amalan kita semua di bulan Ramadhan.[]
Sumber
Puasa Ramadhan Kita Diterima, Apa Tandanya? - Islampos
Puasa Ramadhan Diampuni Dosa, Benarkah?
by Saad Saefullah
Foto: Pexels
TANYA: Ada yang mengatakan bahwa orang yang menjalankan puasa di bulan Ramadhan akan diampuni dosanya. Benarkah begitu?
Jawab: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, penuh keimanan (yakni atas pahalanya) dan keikhlasan, pasti diampuni dosa-dosa terdahulu baginya,” (Zubdatul wa’idhin).
BACA JUGA: Apa Hikmah Tidak Makan dan Minum saat Puasa?
Dari hadis tersebut dapat kita ketahui bahwasanya benarlah bahwa orang yang berpuasa di bulan Ramadhan itu akan diampuni segala dosanya. Namun demikian, itu tidak berlaku bagi semua orang yang berpuasa. Hanya orang-orang tertentulah yang mampu memperolehnya.
Orang yang melaksanakan puasa dengan penuh keimanan yang kuat dan keikhlasan dalam menjalankan perintah dari Allah itu, maka ialah orang yang akan memperoleh ampunan dari Allah SWT. Wallahu ‘alam. []
Sumber: Tarjamah Duratun Nasihin/Karya: Ust. Abu H.F. Ramadlan BA/Penerbit: Mahkota Surabaya
Puasa Ramadhan Diampuni Dosa, Benarkah? - Islampos
Renungan di Awal Syawal
by Rifki M Firdaus
Ilustrasi. Foto: Aldi/Islampos
Oleh: Abu Harits
Gema takbir bergemuruh. Tumpah ruah kegembiraan menghapus sedih dan pilu. Luapan suka cita mengharu biru. Karena telah kita sempurnakan ibadah shiyam satu bulan lalu. Benarlah sabda Nabi -صلى الله عليه وسلم- tercinta:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا ابْنُ آدَمَ تُضَاعَفُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي وَيَدَعُ طَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي فَرْحَتَانِ لِلصَّائِمِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Dari Abu Huroiroh ia berkata: telah bersabda Rosululloh -صلى الله عليه وسلم- : “Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh anak Adam akan dilipatgandakan sepuluh kali lipatnya sampai dengan 700 kali lipat, kecuali shiyam maka dia adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dikarenakan dirinya meninggalkan syahwatnya untuk-Ku, meninggalkan makanannya untuk-Ku. Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan kebahagiaan di saat ia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Robbnya Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Alloh dari pada bau wangi minyak kasturi. (HR. Ahmad)
Sekarang ini kita berbahagia dengan berbuka dan hari raya idul fithri. Kebahagiaan yang kita dahului sebelumnya dengan berpuasa karena mencari ridho Alloh ta’ala. Kita telah sempurnakan puasa kita sesuai dengan firman Allah وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةdan kemudian kita bertakbir sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah “وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُم” dan selanjutnya kita harus pandai bersyukur sebagaimana perintah Allah وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَinilah ungkapan bahagia yang disyari’atkan oleh Allah seprti dalam firman-Nya :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58
“Katakanlah (Hai Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu bergembiralah mereka, yang demikian itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus : 58)
Inilah yang menjadi sifat asli orang beriman yaitu bergembira dengan amal kebaikan yang telah dikerjakan dan bersedih hati dengan kesalahan dan dosa yang telah dikerjakan. Sebagaimana sabda Rosululloh -صلى الله عليه وسلم- :
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال من سرته حسناته وساءته سيئاته فهو مؤمن
Dari Umar bin Khotthob r.a. dari Nabi -صلى الله عليه وسلم- beliau bersabda : “Barang siapa yang kebaikannya membahagiakannya dan keburukannya membuat dirinya bersedih maka dialah orang mukmin”. (HR. Ahmad)
Namun janganlah ada anggapan bahwa idul fithri dan syawal ini dijadikan sebagai kesudahan dari ibadah yang telah kita kerjakan selama bulan Ramadhan. Tentu saja ini adalah sebuah kesalahan besar dan tidak sesuai dengan nilai tujuan ibadah shiyam Romadhan. Di antara hikmah yang Allah kehendaki untuk kita semua di balik ibadah shiyam Ramadhan adalah menjaga konsistensi dalam beribadah dan menumbuhkan kekuatan komitmen untuk selalu menghambakan diri sepenuhnya untuk Allah. Itulah yang disebut dengan istiqomah.
Setelah penempaan kesholihan pribadi selama satu bulan diharapkan munculnya generasi istiqomah. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya dalam firman-Nya :
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (112
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang-orang yang telah taubat bersamamu, dan janganlah engkau melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalia kerjakan”. (QS. Hud : 112)
Tidak sepantasnya pula kita menjadikan awal syawal ini sebagai momentum eufhoria hingga melenakan dan melalaikan kita dari sikap zuhud dan waro’. Mengingat betapa banyak manusia saat ini yang menjadikan tujuan hidupnya untuk mengejar kesenangan duniawi. Tidakkah shiyam mengajarkan kita untuk bisa meninggalkan perkara mubah yaitu makan dan minum serta sayhwat kita di siang hari yang sebenarnya hal itu mengajarkan kita untuk zuhud terhadap dunia ini?! Dan sikap zuhud adalah sikap yang lebih mementingkan akhirat dari pada dunia.
Bukankah telah banyak ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan perbandingan antara dunia dan akhirat ?! semuanya menunjukkan bahwa akhirat lebih baik dan lebih kekal sebagaiamana firman Allah
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Nabi kita tercinta juga telah memberikan nasihat kepada kita semua terkait tentang zuhud terhadap dunia ini dan ternyata zuhud adalah amalan yang bisa mengundang kecintaan Allah kepada hamba-Nya, melalui sabdanya :
وعن أَبي العباس سهل بن سعد الساعدي – رضي الله عنه – ، قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النبي – صلى الله عليه وسلم – ، فقال : يَا رسولَ الله ، دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أحَبَّنِي اللهُ وَأحَبَّنِي النَّاسُ ، فقال : ازْهَدْ في الدُّنْيَا يُحِبّك اللهُ ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبّك النَّاسُ
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’d al Saa’idy r.a, berkata: telah datang seseorang kepada Nabi -صلى الله عليه وسلم- lalu ia pun berkata : “Ya Rosululloh, tunjukkan kepadaku amalan yang apabila aku kerjakan Alloh akan mencintaiku dan juga manusia”. Maka bersabdalah Nabi : “Hendaklah engkau bersikap zuhud terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya manusia akan mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah)
Tidak sepetutnya pula, kegembiraan kita di awal syawal ini memalingkan kita dari bencana dan musibah serta tragedi yang menimpa saudara kita di belahan bumi lain. Di Syam saat ini, saudara kita terbantai oleh tentara zionis yahudi –laknatulloh ‘alaihim-. Lebih dari 1.000 orang meregang nyawa. Di Syam pula, saudara-saudara kita disembelihi dan dibombardir oleh -antek yahudi- syiah nushoiriyah. Di Syam pula, masjid-masjid yang menjadi syiar Islam di bombardir, mushaf-mushaf Al quran dibakar dan dilecehkan.
Di Republik Afrika tengah, saudara-saudara kita seiman dan seislam dibantai oleh keganasan milisi kristen. Di Burma, saudara-saudara kita dibakar hidup-hidup oleh orang musyrikin budha. Begitu pula yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Pattani Thailan.
Tidakkah kita bersedih dengan apa yang menimpa mereka? Bukankah kita semua telah dipersaudarakan oleh Allah dengan iman dan islam kita ? tidakkah kita mendengar sabda Nabi tercinta -صلى الله عليه وسلم- :
مَثَلُ المُؤْمِنينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمهمْ وَتَعَاطُفِهمْ ، مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى )) مُتَّفَقٌ عَلَيه
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, kelembutan mereka, seperti satu tubuh, apabila sebagiananggota tubuh merasakan sakit maka seluruh tubuhnya merasakan pula penderitaannya dengan tidak bisa tidur dan rasa demam”. (Muttafaqun ‘alaih)
Tidak sepantasnya pula kita terlalu larut dalam kegemberiaan, sebab kita pun tidak tahu, apakah amalan kita diterima oleh Allah ta’ala ataukah tidak. Inilah kekhawatiran yang senantiasa menggelayuti benak para generasi salaf.
Inilah sebuah renungan bersama. Semoga awal Syawal 1439 H ini menjadi momentum perubahan positif dalam hidup kita untuk benar-benar menjadi seorang Hamba Allah ta’ala bukan hamba lainnya.
Taqobbalallohu minna wa minkum sholihal a’mal….
Renungan di Awal Syawal - Islampos
Puasa Syawal 6 Hari, Dianggap 360 Hari?
by Adam
Foto: Om Detox
SETELAH Idul Fitri tentu kebanyakan orang lebih memilih untuk menikmati kemenangannya setelah berpuasa sebulan penuh. Di mana, yang tadinya tidak bisa makan di siang hari, kini diperbolehkan lagi untuk tidak berpuasa. Di situlah godaan terbesar umat muslim. Mengapa demikian? Tahukah Anda, berpuasa 6 hari setelah Ramadhan itu memiliki keutamaan khusus lho. Dan kebanyakan orang mengabaikan ini.
BACA JUGA: Kapan Kita Bisa Mulai Puasa Syawal?
Dari Abu Hurairah RA, dan Ayyub RA, Nabi SAW bersabda, “Siapa berpuasa Ramadhan, lalu disambung dengan 6 hari puasa Syawal,
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://peceq.blogspot.com/2019/03/rejab-syaaban-ramadhan-9268.html