Refleksi Minggu Penguasa Indonesia Ialah Kumpulan Para Pendusta
REFLEKSI MINGGU, 3 MARET 2019
TEMA: PARA PENDUSTA/PEMBOHONG PASTI DIHUKUM MATI OLEH TUHAN ARTINYA KITA AKAN MEMETIK BUAHNYA TENTANG APA YANG KITA TANAM SENDIRI HARI INI (Mazmur 6:15-17)
1. Pendahuluan
Untuk mamandu dan memperjelas maksud dari tema renungan hari ini, saya akan mengutip ayat Firman Tuhan yang hidup sebagai penuntun kita. Bunyi Firman Allah sebagai berikut:
"Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta. Ia membuat lubang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya. Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya" (Mazmur 6:15-17).
2. Penguasa Indonesia ialah Kumpulan Para Pendusta
Dalam konteks West Papua, saya tempatkan Firman Tuhan ini dalam realitas hidup umat Tuhan, terutama dalam pengalaman kehidupan penderitaan panjang Penduduk Asli West Papua dari Sorong-Merauke.
Penduduk OAP sebagai umat Tuhan didustai dan dibohongi oleh para penguasa Indonesia sejak tahun 1961. Para pendusta ini bermulut manis. Lidah mereka bertaburan gula, tapi mengandung dusta, empedu yang pahit dan racun mematikan & membinasakan. Para penguasa kolonial Indonesia berwajah manis dan senyuman indah, tetapi sesungguhnya wajah Iblis/Setan yang menipu dan menggoda.
Dusta Penguasa kolonial Indonesia kepada rakyat Papua, di depan wajah-wajah polos, lugu dan orang-orang yang berkepribadian agung, berhati mulia dan bermoral suci yang dikumpulkan dengan todongan moncong senjata di Merauke pada 14 Juli 1969 pada saat Pepera. Di hadapan 175 Anggota Dewan Musyawarah Merauke, Menteri Dalam Negeri Indonesia berdiri dan mulai menanam bibit dusta dan benih penipuan, sebagai berikut:
"...pemerintah Indonesia, berkeinginan dan mampu melindungi untuk kesejahteraan rakyat Irian Barat; oleh karena itu, tidak ada pilihan lain, tetapi tinggal dengan Republik Indonesia."
Para Jemaat Tuhan, ajakan pendusta ini, sesungguhnya awal dimulainya penjajahan, kekejaman, kekerasan, kejahatan kemanusiaan, penderitaan Orang Asli Papua yang menuju pada proses kepunahan, depopulasi, diskriminasi rasial, marjinalisasi dan berbagai bentuk ketidakadilan.
Perilaku para pendusta dan penipu, penjahat itu kita saksikan sama-sama dalam realitas hidup kita setiap hari di Tanah West Papua. Kejahatan, teror, intimidasi, ancaman dan tekanan yang merendahkan martabat kami hampir lima dekade lebih sejak 1961-2019 dengan mudah kita alami.
Dusta, ancaman teror dan intimidasi publik itu dikembangkan dan dipelihara para pendusta Indonesia yang menduduki dan menindas kami.
Contoh terbaru dari dusta penguasa Indonesia, Kapolda Papua, Irjen.Pol Martuani Sormin sebagai berikut:
"Kalau ada yang berteriak Merdeka di Negara Kesatuan Republik Indonesia Kita Tangkap" (Cepos, 27/02/2019).
Kita juga membaca ancaman dan teror yang ditebarkan DANREM 172/PWY Kol. Kav. Burhanudin Siagian sebagai berikut:
"Pengkhianat Negara Harus Ditumpas. Jika saya temukan ada oknum-oknum orang yang sudah menikmati fasilitas Negara, tetapi masih saja mengkhianati bangsa, maka terus terang saya akan tumpas. Tidak usah demonstrasi-demonstrasi atau kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Jangan lagi mengungkit-ungkit sejarah masa lalu." (Cepos, 12 Mei 2007).
Saudara-saudara, anggota Gereja Tuhan, kita tidak bisa terus diam, membisu dan membiarkan dusta ini terus berurat akar dan menggurita di tengah-tengah kehidupan warga Gereja dan masyakarat.
Gereja harus berbicara sebagai suara kenabiaan, agar para pendusta ini ditobatkan untuk ke jalan yang benar dan mengenal Tuhan Yesus sebagai sumber kebenaran, kasih, pengharapan dan kedamaian dan mereka menghargai martabat manusia.
Saudara-saudara seiman dalam kasih Yesus Kristus, Firman Tuhan yang hidup dan kuat itu dengan tegas mengatakan, "orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta" (ay.15).
Selama ini saya merasa sangat lucu dan benar-benar aneh dan tidak masuk akal sehat karena bangsa kolonial Indonesia datang tanpa diundang dan menduduki tanah kami dan membantai bangsa kami seperti hewan dan binatang buruan dengan seenaknya dan menebarkan dusta disertai dengan ancaman. Siapa orang-orang pendusta ini? Darimana manusia-manusia pendusta tidak tudak kenal kebenaran dan kejujuran ini? Mengapa kami hanya diam sementara para pendusta dan penjahat ini dengan bebas merendahkan martabat bangsa kami dengan atas nama NKRI? Apakah orang-orang Melanesia ini diciptakan untuk dibantai dengan tangan-tangan para pendusta dan penjahat Indonesia Melayu ini? Kami berbicara Papua Merdeka di atas Tanah leluhur kami sendiri, kok, orang pendatang yang tidak punya hak atas tanah ini melarang kami?"
TUHAN tidak melarang Papua Merdeka. Alkitab tidak melarang Papua Merdeka. Gereja tidak melarang Papua Merdeka. Leluhur dan nenek moyang kami ijinkan kami dan wariskan kami sebagai bangsa Merdeka. Tetapi yang dilarang Tuhan, dilarang Firman Tuhan, dilarang Gereja dan dilarang leluhur dan nenek moyang kami ialah JANGAN MEMBUNUH, JANGAN MENCURI DAN JANGAN MENIPU. Tetapi yang dilakukan penguasa Indonesia ialah dusta, pembunuhan, pencurian dan perampokan.
3. Kesimpulan
Mengapa TUHAN Allah belum dan tidak menghukum para penduta dan penjahat kemanusiaan ini? Apakah kejahatan dan kekejaman mereka itu TUHAN perhitungkan dan menyimpannya sebagai modal atau investasi kutuk,murka, malapetaka dan musibah bagi bangsanya dan juga bagi anak dan cucu mereka ke depan? Ataukah TUHAN tunggu di sorga dan hakimi para pendusta dan penjahat ini di sana? Semuanya kedaulatan TUHAN.
"Sesungguhnya, orang itu (Indonesia) hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta. Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya. Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepala, dan kekerasannya turun menimpa batu kepala" (Mazmur 7:15-17).
Doa dan harapan saya, refleksi ini menjadi berkat untuk Jemaat Tuhan yang mendengarkan dan membacanya. Saya berdoa melalui kata-kata ini TUHAN berbicara dan meyakinkan Anda semua.
Selamat berhari minggu. Tuhan Yesus memberkati.
Gembala Dr. Socratez S.Yoman. Ita Wakhu Purom.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://phaul-heger.blogspot.com/2019/03/refleksi-minggu-penguasa-indonesia.html