Penipu Semakin Diketahui 9059
Peraturan Jabat Tangan untuk Dapat Kewarganegaraan Denmark Mulai Diterapkan
Jum'at, 18 Januari 2019 20:34
Foto: Muslimah memprotes larangan pemakaian niqab di Kopenhagen Denmark 1 Agustus 2018. (Reuters)KIBLAT.NET, Kopenhagen – Pemerintah Denmark mulai menerapkan undang-undang wajib jabat tangan bagi orang asing yang ingin menjadi warga negaranya. Peraturan ini dinilai bertujuan untuk menekan warga muslim yang haram bersalaman dengan lawan jenis non mahram.Seperti dilansir dari Anadolu Agency (AA), Menteri Imigrasi dan Integrasi Denmar Inger Stoiberg, Kamis (17/01), menggelar upacara jabat tangan kepada Sembilan orang yang resmi mendapat kewarganegaraan Denmark di ibukota Kopenhagen. Kesembilan orang ini segera mendapat sertifikat warga resmi.Parlemen Denmark pada Desember tahun kemarin mensahkan undang-undang yang mewajibkan orang asing untuk berjabatan tangan dengan pejabat atau pihak berwenang saat mereka sedang dalam proses mendapatkan kewarganegaraan.RUU ini disahkan oleh suara mayoritas dari Aliansi Liberal konservatif, Partai Liberal dan Partai Rakyat Denmark (ekstrim kanan).Pada awal 2019, undang-undang baru mulai berlaku.Keputusan itu ditentang oleh banyak walikota Partai Liberal. Mereka mencatat bahwa tidak perlu memaksakan jabat tangan untuk kewarganegaraan.Para ahli hukum menilai bahwa “keputusan untuk berjabat tangan” sangat mirip dengan hukum pelarangan kerudung. Hal itu mengingat bahwa itu ditujukan kepada Muslim yang berkeyakinan haram berjabat tangan dengan lawan jenis non mahram.Pada 1 Agustus 2018, Denmark mulai menerapkan undang-undang yang melarang jilbab, dan penerapannya menyebabkan protes luas oleh perempuan Muslim dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.Sumber: AA
Redaktur: Sulhi El-IzziPeraturan Jabat Tangan untuk Dapat Kewarganegaraan Denmark Mulai Diterapkan
Friday, 18 January 2019
PAKATAN HARAPAN KERAJAAN SEPENGGAL?
Baru lapan bulan berada di Putrajaya, sejujurnya ketika ini sudah bermacam-macam rungutan boleh didengar berkenaan kerajaan baru Pakatan Harapan ini.
Paling banyak menjadi bualan ialah berkenaan prestasi menteri-menteri yang dianggap tidak memuaskan, malah kadangkala di bawah "standard" yang sepatutnya.
Lebih buruk, berbanding menteri-menteri daripada PKR, DAP dan Amanah, menteri daripada Bersatu yang dipilih sendiri oleh Tun Mahathir Mohamad menerima paling banyak kritikan serta kecaman daripada orangramai.
Seorang bekas Ahli Parlimen UMNO yang kini memilih tidak menyertai mana-mana parti pernah berkata, kecuali Muhyiddin Yassin, sebenarnya tiada seorang pun menteri daripada Bersatu yang layak duduk sebagai anggota kabinet.
Prestasi mereka memalukan Bersatu dan Tun Mahathir, tambahnya.
Selain prestasi menteri-menteri yang tidak memuaskan, perkara lain yang menimbulkan sungutan ramai ialah kegagalan kerajaan Pakatan Harapan menunaikan banyak daripada janji-janji pilihanraya sebagaimana yang terkandung dalam manifesto PRU14 yang lalu.
Paling buruk ialah janji 100 hari yang sebahagiannya masih gagal ditunaikan, tetapi kerajaan dilihat seolah-olah tidak mengambil berat lagi mengenainya menjelang 200 hari, 300 hari dan tempoh seterusnya menjadi kerajaan.
Semua orang, termasuk Tun Mahathir sendiri, sudah tidak bercakap lagi mengenai manifesto 100 hari ketika ini, meskipun beberapa kelompok masyarakat seperti peminjam PTPTN dan peneroka Felda misalnya, tetap bising menuntut janji-janji yang tidak ditunaikan itu.
Seperkara lagi yang turut menjadi ketidakpuasan hati ramai ialah kerajaan Pakatan Harapan ini terlalu banyak melakukan tindakan "copy paste" daripada dasar kerajaan BN terdahulu serta melakukan "Pusingan U".
Ketika belum berkuasa, pemimpin-pemimpin Pakatan Harapan berjanji seolah-olah mereka adalah "Superman" untuk menyelamatkan negara, menyelesaikan masalah ekonomi, menghapuskan tol, menurunkan kos sara hidup dan memberi kesejahteraan kepada rakyat.
Malangnya selepas berkuasa, mereka ternyata tiada idea sehingga terpaksa "copy paste" daripada apa yang pernah dilakukan oleh BN sebelumnya, malah ada juga membuat "Pusingan U" seperti mengembalikan semula tempoh operasi Pusat Transformasi Bandar kepada jam 10 malam, walaupun sebelumnya bertegas memendekkannya sehingga jam 7 malam saja.
Realitinya, semua kelemahan itulah yang menyebabkan bukan saja rungutan rakyat terhadap kerajaan boleh didengar di mana-mana, malah menjadikan Najib Razak semakin dekat di hati rakyat kebelakangan ini.
Najib yang baru-baru ini diberikan gelaran "Raja Troll" memang sejak akhir-akhir ini berjaya menjadikan kelemahan kerajaan, janji yang tidak ditunaikan, dasar "copy paste" dan "Pusingan U" oleh menteri-menteri sebagai bahan trollnya, sekaligus membandingkan dengan era kepimpinannya sebelum ini.
Semakin banyak troll Najib yang tidak mampu dijawab oleh menteri dan kerajaan, secara tidak langsung kedudukan Najib semakin popular di media-media sosial.
Daripada semua keadaan itu, ia bukan saja menyebabkan kerajaan ini semakin tidak diyakini, malah sudah ramai yang meramalkan tempoh Pakatan Harapan mentadbir Putrajaya hanyalah sepenggal saja.
Mereka yang putus harapan terhadap Tun Mahathir juga kian bertambah hari demi hari ketika ini. Ramai yang melihat beliau masih terbelenggu dengan stail kepimpinan dan kehendak lama seperti bersungguh-sungguh membangunkan industri kereta ketiga, sedangkan masa dan keperluan dunia sudah banyak berubah pada waktu ini.
Tun Mahathir, kata mereka, seharusnya melihat industri baru yang mampu menjana perolehan dan peluang pekerjaan berganda untuk negara, tidak sekadar memenuhi keghairahan peribadinya terhadap kereta.
Di sebalik semua itu, setelah lapan bulan berlalu, pertambahan peluang pekerjaan, ekonomi yang merangsang dunia perniagaan dan keadaan negara yang lebih baik berbanding ketika di bawah BN dahulu, masih lagi belum ternampak tanda-tanda yang boleh dirasa dan dilihat dengan mata.
Lantaran itu, ungkapan kerajaan sepenggal ini sudah boleh didengar di merata-rata dan jika tidak ditangani dengan segera, tidak mustahil ia akan menjadi kenyataan yang mudah akhirnya.
Lebih cepat kerajaan sepenggal itu menjadi kenyataan kiranya Tun Mahathir lebih mementingkan agenda peribadinya mahu berkuasa melebihi tempoh dua tahun dan cuba memungkiri janji penyerahan kuasa kepada penggantinya, Anwar Ibrahim. (ShahbudinHusin 18/01/2019)
Posted by Shahbudin Husin at 19:54
Shahbudin dot com: PAKATAN HARAPAN KERAJAAN SEPENGGAL?
JUMAAT, 18 JANUARI 2019
Petrol naik enam sen, diesel naik 12 sen
Norlaile Abd Rahman
foto SYAFIQ AMBAK, 04 JANUARI 2019KUALA LUMPUR – Harga runcit RON 95 dinaikkan sebanyak enam sen kepada RM1.98 seliter dan RON97 juga dinaikkan sebanyak enam sen menjadikannya RM2.28 seliter bagi tempoh seminggu bermula tengah malam ini sehingga 25 Januari.
Harga diesel pula dinaikkan sebanyak 12 sen seliter kepada RM2.17 berbanding RM2.05 sebelum ini.
Menurut Kementerian Kewangan, kenaikan itu adalah berikutan produk petroleum yang diproses di pasaran dunia telah menunjukkan trend meningkat kepada AS$63 setong berbanding minggu sebelumnya iaitu AS$60 setong.
Manakala diesel pula meningkat kepada AS$72 setong berbanding AS$68 setong sebelum ini. -MalaysiaGazetteDIALOG RAKYAT: Petrol naik enam sen, diesel naik 12 sen
Tampil di Hari Pertama, Motor Custom Indonesia Panen Pujian dari Media dan Builder Eropa
Jumat, 18 Januari 2019 18:29 WIB
Penampilan motor custom di ajang pameran otomotif bergengsi Motor Bike Expo yang resmi dibuka Kamis (17/1/2019) kemarin di Kota Verona, Italia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ajang pameran otomotif bergengsi Motor Bike Expo resmi dibuka. Kamis (17/1/2019) kemarin di Kota Verona, Italia.
Di pameran yang akan berlangsung sampai hari Minggu (20/1/2019) ini, builder asal Indonesia memajang motor custom garapannya melalui sebuah booth yang disiapkan di pameran ini.
Setidaknya ada 4 motor custom yang dibawa ke pameran ini. Yakni, The Greatest Bike Suryanation Motorland 2018 milik Denny, Iconic Bike Suryanation Motorland 2018 yang diberi nama Tosan Adji milik Lufti Ardika dan Andhika Pratama, serta Iconic Bike Suryanation Motorland 2017 “Trident” hasil kolaborasi M Yusuf Adib dengan Kaichiroh Kurosu dan Lulut Wahyudi serta motor bergaya Lowrider milik Safrudin yang merupakan pilihan Committee Pick dari acara Grand Battle Suryanation Motorland 2018 lalu.
Motor-motor tersebut dipajang di booth Suryanation Motorland di Hall 2. Usai pameran dibuka, booth Suryanation Motorland dipadati pengunjung yang banyak menanyakan tentang motor-motor custom yang dipajang serta produk helm dari Trooper yang tampil di booth.
Baca: Sederet Fakta Pembebasan Abu Bakar Baasyir, Faktor Kemanusiaan Jadi Alasan
Beberapa builder Eropa yang juga menyempatkan menyambangi booth ini tak menutupi rasa kagum mereka atas kualitas craftsmanship builder Indonesia dalam membuat parts motor.
Builder asal Indonesia dari tim Suryanation Motorland berbincang dengan builder Eropa di di ajang pameran otomotif bergengsi Motor Bike Expo yang resmi dibuka Kamis (17/1/2019) kemarin di Kota Verona, Italia.
Ada builder Eropa menyatakan minatnya memesan parts dari Safruddin (Brew Garage) pemenang Golden Ticket yang membawa motor Harley Davidson buatan tahun 1936. Motor ini memang banyak menggunakan parts buatan sendiri.
Beberapa media internasional seperti Lowride Magazine dan Revolution Motorcycle Magazine yang meliput acara Motor Bike Expo juga tertarik membuat liputan khusus mengenai motor-motor dan aktivitas yang ada di booth Suryanation Motorland.
Baca: Mitsubishi Sebut Biaya Perawatan Xpander Lebih Murah Ketimbang New Avanza, Apa Saja Buktinya?
“Hari pertama di acara Motor Bike Expo ini ternyata booth Suryanation Motorland sudah banyak didatangi pengunjung. Ini merupakan salah satu misi yang kami bawa untuk lebih mengenalkan dunia custom Indonesia ke dunia internasional” ujar Rizky Dwianto, Suryanation Motorland Committee, dalam keterangan pers tertulisnya kepada Tribunnews, Jumat (18/1/2018).
Arena pameran Motor Bike Expo terbagi dalam beberapa area berbeda berdasar kategorinya, seperti area custom, area café racer, area sport, area racing, area touring, area off road, area heritage dan area scooter.
Salah satu motor custom karya builder Indonesia ditampilkan di booth Suryanation Motorland di ajang pameran otomotif bergengsi Motor Bike Expo yang resmi dibuka Kamis (17/1/2019) di Kota Verona, Italia."Perjalanan ke pameran ini membuka peluang bagi builder tanah air untuk bisa menambah pengalaman dengan melihat custom culture di benua Eropa dan bertemu dengan builder-builder dari seluruh dunia. Terima kasih kepada Suryanation Motorland yang sudah memberikan apresiasi kepada builder tanah air yang sudah menampilkan karyanya" ujar Denny Kusuma Dinata, pemenang The Greatest Bike Suryanation Motorland 2018 yang ikut bersama tim.
Builder Indonesia dari Tim Suryanation Motorland sudah berada di Italia sejak Rabu sore waktu setempat, atau sehari sebelum pembukaan Motor Bike Expo.
Begitu mendarat di Bandara San Marco, kota Venice, Italia, tim mengisi waktu dengan pelesir di seputaran kota kota Venice yang eksotis dan dikenal sebagai salah satu kota paling romantis di Eropa dengan keindahan kanal-kanalnya yang indah.
Pertama Kalinya, Indonesia Tampil di Ajang Bergengsi Motor Bike Expo Di Verona ItaliaMasuki Tahun Ketiga, Kontes Custom War Akan Kembali Digelar di Bali
Merasakan Sensasi Touring Motor Keliling Kota Amsterdam
Custombike Show 2018 Resmi Ditutup, Builder Indonesia Buka Jejaring Baru dengan Builder Eropa
Bertandang ke Ironwood Mootorcycle, Builder Indonesia Belajar Pentingnya Desain Motor KustomEditor: Choirul ArifinTampil di Hari Pertama, Motor Custom Indonesia Panen Pujian dari Media dan Builder Eropa - Tribunnews.com
18 January 2019
G.Sach pohon maaf bukti bukan derma dari Raja Saudi....
CEO Goldman Sachs Ketua Pegawai Eksekutif Goldman Sachs Inc, David Solomon, semalam memohon maaf kepada seluruh rakyat Malaysia berikutan peranan bekas pegawai bank itu Tim Leissner, dalam skandal 1Malaysia Development Bhd (1MDB).
Tim Leissner (pix,bawah) mengaku bersalah terhadap konspirasi untuk mengubah wang haram dan melanggar Akta Amalan Rasuah Asing. Lebih penting lagi, Goldman menghadapi penyiasatan di seluruh dunia, termasuk penyiasatan oleh Jabatan Keadilan A.S..
Apa yang lebih bermasalah kepada bank itu ialah apabila Tim Leissner memberitahu mahkamah semasa pengakuan bersalahnya bahawa terdapat satu "budaya" di Goldman Sachs iaitu memintas pematuhan dalaman(bypassing internal compliance).
Tim LeissnerPada bulan lepas, Malaysia memfailkan tuduhan jenayah terhadap tiga anak syarikat Goldman Sachs Inc berhubung pengendalian bon mereka berjumlah AS $ 6.5 bilion yang diterbitkan oleh 1Malaysia Development Bhd (1MDB).
Ketiga anak syarikat itu ialah Goldman Sachs International (UK), Goldman Sachs (Singapore) Pte dan Goldman Sachs (Asia) LLC. Bagaimanapun, menurut bank berkenaan, pihaknya sudah melakukan urusan sewajarnya (due diligence) sebelum setiap transaksi dibuat.
Goldman kini sedang disiasat oleh pihak berkuasa Malaysia dan Jabatan Kehakiman Amerika Syarikat (DOJ) di atas peranannya sebagai penaja jamin dan pengatur tiga jualan bon yang mengumpulkan USD6.5 bilion (RM26.70 bilion) untuk 1MDB.
Rosmah Mansor, isteri Najib, dimaklumkan telah membeli kalung berlian berwarna merah jambu 22 karat - bernilai US $ 27.3 juta yang menakjubkan - menggunakan wang yang disedut dari 1MDB. Menurut siasatan A.S.-DOJ, urusan pembelian berlian merah jambu pada 2 Jun 2013 itu diurus oleh Jho Low.
Datuk Najib, yang merupakan Pengerusi 1MDB, telah menafikan sebarang penglibatan dalam skandal itu, walaupun dia ditangkap dengan sejumlah US $681 juta dalam akaun banknya. Sebaliknya, Najib mendakwa bahawa wang itu adalah sumbangan daripada keluarga diraja Saudi, yang sehingga kini tiada bukti2 yang cukup untuk menyokong cakapannya.
Kini, Ketua Pegawai Eksekutif Goldman Sachs, David Solomon, meminta maaf atas peranan salah seorang bekas pekerja banknya dalam skandal 1MDB, dengan itu "andaian" Najib bahawa AS $ 681 bilion (RM2.6 bilion) adalah derma dari keluarga diraja Saudi tidak boleh diterima lagi. Najib juga perlu bimbang tentang sejumlah AS$ 4.5 bilion yang dijarah dari dana 1MDB oleh Jho Low dan kuncu2nya. - TS (Penyesuaian dari article Goldman Apologises For 1MDB Scandal – Proof That Saudi Donations For Najib Did Not Exist At All - FT)
Another Tumultuous Year Ahead?...The unexpected victory by Pakatan Harapan over incumbent Barisan Nasional at the 14th General Elections was a watershed in the nation’s history. After over six decades of one-party rule the formidable and seemingly unbeatable Barisan Nasional was ousted from power bringing an inglorious end to a kleptocratic government helmed by Najib Razak and his cohorts. May 9, 2018 will remain etched in the nation’s history as the day a 92-year old former Prime Minister was returned to power by Malaysians who had grown tired of a coalition party that made countless promises but fulfilled little.
Corruption, both political and monetary, was on the way up blurring the line separating fact from fiction. The word “corruption” becomes synonymous with the party that being associated with it means you are not the upstanding and honest person we all want to believe.
Nonetheless, the nation’s year of embracing change had been both sporadic and euphoric. After almost nine months in power, expectations have given way to disappointments that may derail Tun Dr Mahathir’s vision of a New Malaysia. When hard realities hit squarely on ordinary Malaysians’ faces, many are beginning to have second thoughts. The Pakatan Harapan (PH) government has been dogged by pitfalls, some due to its own doing while many were spillovers from the previous administration.
Let us examine some of the more pertinent reasons.
Malaysia, surprisingly, had a peaceful transition of government despite some anxious moments over increased race-based fears fanned by the country’s right-wing elements. Political rallies and protests had remained largely peaceful and well contained. The only exception was the overblown Seafield Sri Maha Mariamman Temple fracas which resulted in the tragic death of one fireman, Muhammad Adib. His death, however, is being questioned as to whether it was accidental or deliberate. A public inquest will determine the cause. Hopefully, it will put to rest the many speculations – good and bad.
Despite the constant political gossiping and obsession with who and who and why so-and-so is with so-and-so, one important development of New Malaysia is the broadening political space in the news media. Malaysians, unlike before, have taken to online media with much gusto and zest. They are not hesitant to say their piece despite their poor grasp of the subject matter.
Being a keen player on this media platform I find most of the arguments proffered are shallow, mono-dimensional and personal. This effectively minimise meaningful debate of the problems the rakyat are facing. There is a tendency now to highlight social problems that affect people across the social spectrum like drug-addiction, unemployment, child marriage, incest and the fractious racial relationship.
It takes time to change behavioural patterns but many Malaysians are becoming more comfortable with how they digest and disseminate information. A case in point is the debate on the recent abdication of the Yang di Pertuan Agong. A once taboo subject has gained much traction with the media savvy of all races with some even tracing the faults to the monarch’s demeanour, health and affairs of the heart.
The PH government has encouraged dialogue and in doing so it opened itself to criticism unlike the previous BN government. The downside, however, is its unpreparedness in taking these criticisms to another level. Its public engagement is largely sporadic and defensive prompting many to perceive that faults committed are true.
Some of the most admirable achievements of the PH to date are its inclusiveness (for youth, women and minorities less the transgender community), better checks and balances (with greater independence of the Judiciary, stronger Parliament, reduction of powers of the prime minister and a freer media), tougher enforcement for corruption, more openness in the appointments of civil servants.
And above all, better control of government contracts and institutional spending. These developments accelerate the return of lost pride on the international stage. The accomplishments, attained in a short span of nine months should not be dismissed as frivolous. From a global perspective, they are definitely momentous and something to shout about. They reinforce the fact that the nation, despite its many shortcomings, is still salvageable.
Nonetheless, it is important to note that these successes are not reasons for PH leaders to rest on their laurels. A major portion of the populace is still dissatisfied with the government’s performance. Minister Maszlee’s handling of his Education portfolio, especially the black school shoes and swimming lesson in hotel episodes will negate whatever advances the government has made.
The other negativity is the economy. Generally, the public feel that the economy has slowed down. Adverse international conditions, which the country has no control, plus financial burdens inherited from the previous BN Government are of no consequences to the rakyat. Consumers have not seen a meaningful change in the cost of living despite the abolition of the much-dreaded GST (Goods and Services Tax) and the floating of petrol prices effective Saturday, January 5.
There is no real sense of what are the plans for the economy and measures taken to move the country towards greater prosperity. There is an urgent need for perceived achievements, real or otherwise. Cynicism is fast setting in and if nothing is done it will have a serious impact on progress thus far.
Let us see what is happening in Perak. The Ahmad Faizal government is still tittering in a balance and has not steadied yet. Faizal, for whatever he is worth, has not made much impact on Perakeans prompting many to doubt his capacity and seriousness in handling matters of the state. He is either on enforced sabbatical or away on duty in Putrajaya. He has even missed some very important appointments in Ipoh which require his presence. This is most unbecoming when it involves the Istana.
Pot shots taken by Umno lawmakers are to be expected, as was evidenced during the state assembly sitting in December last year when rumours of an impending vote of no confidence crisscrossed the cluttered assembly floor.
Insofar as ordinary Perakeans are concerned lingering problems that may impinge on their livelihood are prices of daily necessities, especially petrol and food. On Wednesday, January 9 two petrol kiosks near my place of work ran out of RON 95. Only RON97 was available. Could it be a sabotage or had the sudden drop in price of RON 95 be the reason?
Political pundits are predicting that Year 2019 will be more challenging than the previous. According to Moody’s rating real GDP growth for 2019 may drop to 4.7cent per after averaging at 5 per cent in past years. It is definitely not a rosy prediction.
By the way, prices of fish, seafood and vegetables in the market are way beyond the reach of the ordinary folks. Today, chicken, a luxury item during my formative years, has become the staple food of Ali, Ah Chong and Muthu. - Fathol Zaman Bukhari
Habislah penumpang2 jadi Kristian.. Kalu ikut theory Pak Lebai...
cheers. Posted by ali allah ditta at 12:12:00 AM tumpang sekole...?: G.Sach pohon maaf bukti bukan derma dari Raja Saudi....
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://peceq.blogspot.com/2019/01/penipu-semakin-diketahui-9059.html