Kondisi Orang Beriman Dan Tidak Beriman Saat Sakaratul Maut
Dalam beberapa riwayat dikatakan bahwa kematian digambarkan sangat menakutkan, sebab ketika nyawa dicabut akan terasa sangat menyakitkan.
Benarkah demikian? Seorang Ahli Ilmu Tafsir, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tidak selamanya kematian itu menakutkan.
Sebab ada kalanya Alquran menyamakan kematian dengan tidur. Sebagaimana Allah berfirman
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. az-Zumar: 42)
Sakitnya sakratul maut ketika ajal dicabut tergantung pada perbuatan seseorang.
Terdapat faktor eksternal yang menjadikan kematian bisa lebih nyaman dari tidur atau lebih sakit dari pada sakit yang dirasakan saat hidup.
“Jadi faktor ekstern yang menjadikan kematian itu menjadi sangat nyaman tapi karena faktor ekstern juga yang bisa menjadikannya sangat menyakitkan,” jelasnya dalam talk show Shihab&Shihab.
Sakaratul maut secara harfiah berarti mabuk karena kematian.
Dalam prosesnya ada yang sangat sakit, al-Qur’an melukiskan: walau tara idz yatawaffal ladina kafaru almalaikatu yadhribuna wujuhahu wa adhbarahu,
“Seandainya engkau dapat melihat engkau akan melihat orang-orang yang durhaka saat dicabut nyawanya malaikat menampar-nampar wajahnya dan menendang-nendang dia.”
Sakaratul maut dalam konteks ini, dalam bahasa agama disebut dengan naza’ artinya dicabut dengan menyakitkan. Ini adalah gambaran sakaratul maut bagi orang-orang yang tidak beriman.
Ada juga sakaratul maut yang tidak berarti naza’, tapi digambarkan dengan annasyithati nasytha yaitu orang-orang yang seakan dielus-elus ketika akan meninggal dan dia akan merasakan kenyamanan.
Keadaan ini seperti ketika menjelang tidur, saat terasa mengantuk lalu ada yang mengelus-elus kepala. Begitulah gambaran sakaratul maut orang-orang yang beriman.
“Itu yang jadi gambaran tentang kematian. bisa nyaman bisa juga tidak nyaman. faktor ekstern amal seseorang itu yang menjadikannya menerima yang ini atau yang itu,”
Gambaran kematian yang disamakan dengan tidur, juga terdapat di dalam doa yang kita ucapkan ketika bangun tidur alhamdulillahilladzi ahyana ba’dama amatana wa ilaihinusur artinya terimakasih ya Allah yang telah menghidupkan kembali setelah mematikan.
Jadi demikianlah Alquran menggambarkan kematian seperti tidur. Maka tidak ada yang perlu ditakutkan menyangkut kematian, yang perlu ditakuti apa yang terjadi setelah kematian.
Wallahu’alam.
Sumber: bincangsyariah.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/kondisi-orang-beriman-dan-tidak-beriman-saat-sakaratul-maut/