Kisah Ashabul Ukhdud Hadis Ghulam
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اللهم صل على محمد وآل محمدالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Kalau kita perasan Allah SWT ada merakamkan tentang sebuah kisah dalam Surah Al-Buruj, bermula ayat 4 (muka surat 590) iaitu tentang Ashabul Ukhdud..
Siapakah sebenarnya Ashabul Ukhdud ini? Dan apakah pula kaitannya dengan Hadis Ghulam
Ya, paparan penuh suasana sehingga wujudnya Golongan Yang Menggali Parit atau Ashabul Ukhdud yang dimention di dalam Surah Al-Buruj ini bermula dengan kisah seorang Ghulam atau budak. Bagaimanakah kisahnya? Jom baca hadis berikut yang juga dikenali sebagai Hadis Ghulam. Dihujung kisah tersebut korang akan perasan perkaitan ancaman surah ini terhadap mereka yang menggali parit atau Ashabul Ukhdud ini.
Dari Suhaib r.a. bahawa Rasulullah saw bersabda,
“Dahulu ada seorang raja dari golongan umat yang sebelum kalian. Ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, maka ia berkata kepada raja, “Sesungguhnya aku ini telah tua, maka kirimkanlah kepadaku seorang anak yang akan kuberi pelajaran ilmu sihir”. Kemudian raja itu mengirimkan kepadanya seorang anak untuk diajari. Ketika anak itu berangkat, di tengah perjalanannya ada seorang pendeta. Lalu ia pun duduk dengannya dan mendengarkan ucapannya. Maka, setiap kali ia pergi ke tempat penyihir, ia melalui tempat pendeta tersebut dan duduk dengannya. Lalu, ketika ia tiba di tempat penyihir, ia dipukul olehnya. Lalu ia mengadukan hal tersebut kepada pendeta, lalu pendeta berkata, “Jika engkau takut kepada penyihir itu, maka katakanlah bahawa engkau ditahan oleh keluargamu. Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka katakanlah bahawa engkau ditahan oleh penyihir.”
Pada waktu ia dalam keadaan demikian, maka ia mendapati seekor binatang yang besar dan menghalangi orang banyak. Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini aku akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik.” Lalu ia mengambil sebuah batu dan berkata, “Ya Allah, apabila hal ehwal pendeta itu lebih Engkau cintai daripada hal ehwal penyihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang boleh melaluinya.” Seterusnya ia melemparkannya dengan batu tersebut hingga mati dan orang-orang boleh melaluinya.
Ia mendatangi pendeta dan memberitahukan hal tersebut. Pendeta itu berkata, “Hai anakku, engkau sekarang lebih mulia daripada aku sendiri. Kau telah mencapai suatu tingkatan seperti yang kulihat. Sesungguhnya engkau akan mengalami ujian. Jika engkau mendapat ujian, maka janganlah engkau sebut-sebut namaku.”
Anak itu dapat menyembuhkan orang buta, yang terkena kusta serta dapat mengubati banyak orang dari pelbagai penyakit. Seorang kawan raja yang telah buta mendengar hal tersebut. Ia datang kepada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya dan berkata “Semua yang ada di sana itu milikmu apabila engkau dapat menyembuhkanku.” Anak itu berkata, ” Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan sesiapa pun, kerana Allah swt yang dapat menyembuhkannya. Jika Engkau mahu beriman kepada Allah swt, maka aku akan berdoa kepada Allah semoga Dia berkehendakkan menyembuhkanmu”.
Lalu kawan raja tersebut beriman kepada Allah swt. Allah pun menyembuhkannya. Ia mendatangi raja dan terus duduk berdekatannya, sebagaimana duduknya yang sebelum ini. Raja bertanya, “Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?” Kawannya itu menjawab, “Tuhanku.” Raja bertanya, “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain diriku?” Ia menjawab, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”
Maka, raja menangkapnya dan terus menerus menyeksanya hingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya. Anak itu pun didatangkan. Raja berkata padanya, “Anakku, betapa hebat sihirmu hingga dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kusta dang engakau dapat melakukan itu dan ini.” Anak itu berkata, ” Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang pun. Hanya Allah swt sahajalah yang menyembuhkannya”.
Lalu raja menangkap anak tersebut dan menyeksanya tanpa henti sehingga dia menunjuk kepada pendeta. Pendeta tersebut pun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan, “Kembalilah dari agamamu!” Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji. Kemudian diletakkan gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuh kedua belahan kepala tersebut.
Selanjutnya didatangkan pula kawan raja, lalu kepadanya dikatakan “Kembalilah dari agamamu!” Ia pun enggan menuruti perintahnya. Kemudian gergaji itu diletakkan di tengah kepalanya lalu dibelah hingga jatuh kedua belahan kepala tersebut. Kemudian anak itu didatangkan dan kepadanya dikatakan, “Kembalilah dari agamamu!” Namun ia menolak perintahnya. Ia menyerahkan anak itu kepada sekelompok pengikutnya dan berkata, “Bawalah anak ini ke gunung itu. Jika kalian telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, maka lepaskan ia. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu”.
Para pengikutnya itu pergi membawanya, naik ke gunung, lalu anak itu berkata, “Ya Allah, lindungilah aku dari orang-orang ini dengan cara yang Engkau kehendaki”. Kemudian gunung itu pun bergoncang kuat hingga orang-orang itu jatuh. Lalu anak itu berjalan ke tempat raja. Raja berkata, “Apa yang dilakukan kawan-kawanmu?” Ia menjawab, “Allah swt telah melepaskanku dari tindakan mereka”.
Lalu raja menyerahkan anak itu kepada sekelompok pengikutnya yang lain dan berkata,”Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah kapal dan berlayarlah sampai di tengah lautan. Jika anak ini kembali dari agamanya, maka lepaskan ia. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia ke laut itu”. Lalu mereka pun membawanya pergi. Anak itu berdoa, “Ya Allah, lindungilah aku dari orang-orang ini dengan cara yang Engkau kehendaki”.
Tiba-tiba kapal itu terbalik sehingga mereka semua tenggelam. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Raja pun berkata, “Apakah yang dilakukan kawan-kawanmu?” Ia menjawab, “Allah swt telah melindungiku dari mereka”. Lalu ia berkata kepada raja, “Sesungguhnya kau tidak akan dapat membunuhku sebelum kau melakukan apa yang kuperintahkan”. Raja bertanya, “Apakah itu?” Ia menjawab, “Kau kumpulkan semua orang di lapangan, salib aku di batang pohon, lalu kemudian ambil sebatang anak panah dari tempat panahku ini. Lalu letakkan anak panah itu pada busurnya dan ucapkanlah, “Dengan nama Allah, Tuhan anak ini, lalu lepaskan anak panah itu. Apabila engkau mengerjakan semua itu, tentu kau dapat membunuhku”.
Raja mengumpulkan orang-orang di suatu padang luas, menyalib anak itu pada sebatang pohon lalu mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur dan mengucapkan, “Dengan nama Allah, Tuhan anak ini,” Lalu ia melepaskan anak panah itu dan terkena di pelipis anak tersebut, kemudian anak itu meninggal dunia. Maka orang-orang yang berkumpul itu berkata, “Kami beriman kepada Tuhan anak ini”.
Raja didatangkan dan diberitahu, “Apakah engkau telah melihat apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiranmu itu benar-benar terjadi padamu. Orang-orang telah beriman”. Lalu raja memerintahkan untuk membuat parit di setiap pintu lorong jalan. Lalu dibuatkanlah parit-parit dan dikobarkan api di dalamnya. Ia berkata, “Barangsiapa tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ia ke dalam parit itu”. Atau dikatakan, “Hendaklah ia melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya.
Orang-orang melakukan tindakan tersebut. Hingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini maju-mundur untuk melemparkan diri ke parit tersebut. Maka bayinya itu berkata, “Hai ibunda, bersabarlah, kerana sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran”. (HR Muslim)
Hadith ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Zuhud dan Kelembutan Hati bab “Kisah Ashabul Ukhdud, Penyihir, Rahib dan anak kecil”
Apakah ibrah yang kita boleh dapat dari Kisah Ghulam ini ? In Shaa Allah saya akan update di suatu posting yang lain. Semoga bermanfaat
اللهم صل على محمد وآل محمد
(Allahumma salli 'ala Muhammad wa ali Muhammad)سُبْحَانَ اللّهِ وَ بِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللّهِ الْعَظِيمِ
(SubhanAllahi wa biHamdihi, SubhanAllahil adzim)
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
(Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika)
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://www.mohdnoorshawal.com/2020/04/kisah-ashabul-ukhdud-hadis-ghulam.html