Kisah 26 Orang Sekeluarga Yang Merasa Tertipu Dan Menyesal Gabung Isis


Nur Dhania baru berusia 15 tahun ketika terpapar propaganda ISIS. Kini, dia menyebut kehidupan di sana tidaklah seperti surga yang digambarkan dalam propaganda ISIS.
Dia merasa tertipu dan merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas kesulitan yang kini dialami keluarganya.
“Saya anak manja, menolak mendengarkan orang lain. Saya sombong, keras kepala,” katanya kepada ABC.
Ketika itu, Nur Dhania jadi yang pertama dari keluarganya yang pergi bergabung dengan ‘kekhalifahan’. Ketika itu, ISIS menguasai wilayah luas yang membentang dari Suriah barat ke Irak timur.
Yang luar biasa, 25 orang kerabatnya – termasuk nenek, saudara, orangtua, paman, bibi dan sepupunya – mengikuti jejaknya.
Namun hanya dalam tempo setahun, keluarga ini telah mempertaruhkan segalanya untuk kembali pulang ke Indonesia.
Terpesona
Nur Dhania pertama kali mendengar tentang ISIS dari pamannya yang kini mendekam dalam penjara karena pelanggaran terorisme. Sang paman ini juga turut membujuk anggota keluarga besar lainnya pergi ke Suriah.
Ketika itu, tahun 2014, Nur banyak menghabiskan waktu bermain media sosial, dan melahap semua informasi tentang ISIS dan propaganda tentang ‘surga’ di Suriah.
Namun Nur membantah mengalami radikalisasi oleh ISIS atau termotivasi jadi pelaku terorisme. Dia, katanya, lebih tergoda oleh janji kehidupan utopis di Suriah.
“Saya terpesona,” katanya, mengenai propaganda ISIS yang menawarkan perumahan, pendidikan dan kesehatan gratis.
ISIS juga menjanjikan pekerjaan untuk semua orang serta membayarkan hutang keluarga yang datang ke sana.
Nur pun berusaha meyakinkan keluarganya mengenai hal itu. Dia lari dari rumah ketika keluarganya menolak.
Nur Dhania (kanan) dengan ayah dan saudara perempuannya sebelum pergi ke Suriah. Ketakutan akan keselamatan putri mereka, orangtua Nur akhirnya mengambil keputusan drastis.
Ayahnya Dwi Djoko Wiwoho bukan saja berhenti sebagai PNS di Batam, tapi juga menjual rumah mereka di Jakarta untuk membiayai perjalanan ke Suriah, melalui Turki.
Dalam bulan-bulan berikutnya, total ada 26 anggota keluarganya yang pergi ke sana. Tujuh di antaranya ditahan di Turki dan dideportasi kembali ke Indonesia.
Tetapi 19 orang lainnya, termasuk Nur Dhania dan orangtuanya, berhasil mencapai Kota Raqqa.
Selalu Dilamar
Begitu keluarga Nur Dhania tiba di Suriah, mereka ditempatkan terpisah.
Perempuan dewasa dan anak-anak ditempatkan di asrama yang menurut Nur sangat kotor, bersama perempuan lain yang tak mereka kenal.
Cekcok fisik dan perselisihan sesama penghuni, katanya, menjadi hal biasa. Sering pula terjadi pencurian.
Para kombatan ISIS secara teratur datang ke asrama ini dan meminta Nur Dhania, saudara perempuannya dan wanita remaja lainnya untuk menikah. Tapi dia selalu menolak.
Kerabat laki-laki Nur dibawa ke perkemahan selama seminggu untuk mempelajari aturan yang ditetapkan ISIS.
Mereka, katanya, juga diajari menggunakan senjata, termasuk AK-47 dan granat berpeluncur roket. Tetapi Nur menegaskan ayah dan pamannya selalu menolak untuk berperang.
“Kami hanya ingin menjadi warga biasa,” kata Nur Dhania.
Akhirnya keluarganya mendapatkan rumah yang disediakan ISIS.
Tetapi Nur mengatakan ketika saudara laki-lakinya menolak ikut berperang, rezim ISIS menyalahkannya.
“Mereka memaksa orang pergi berperang. Tapi Alquran menyebutkan bahwa tidak semua orang harus pergi berperang, ada yang perlu tinggal,” katanya.
Mereka yang berharap menemukan surga di Raqqa, hanya dalam setahun, menemukan kondisi keluarganya sudah berantakan.
Neneknya meninggal karena sakit. Seorang pamannya terbunuh dalam serangan udara. Yang lainnya menghilang secara bersamaan.
17 anggota keluarganya yang selamat akhirnya memutuskan melarikan diri dari sana.
Ditipu Penyelundup
Nur Dhania menyimpan sepatu yang digunakannya ketika melarikan diri dari Suriah. Nur Dhania menceritakan betapa sulitnya menemukan orang yang bersedia menyelundupkan mereka ke perbatasan Kurdi. Karena ada risiko mereka dilaporkan ke ISIS.
Seorang penyelundup mencuri barang-barang mereka termasuk uang, ponsel, dan laptop.
Penyelundup lainnya juga hanya menipu keluarga ini.
Setelah tiga kali mencobam akhirnya ada penyelundup yang berhasil meloloskan mereka ke perbatasan Kurdistan.
Selama dua berikutnya, keluarga ini ditampung di sebuah kamp pengungsi PBB yang dijaga oleh pasukan Kurdi.
Nur sempat bertemu dengan jurnalis di kamp ini. Saat itu dia sudah mengakui bahwa semua yang dialami keluarganya adalah kesalahannya.
Pada akhirnya, pihak berwenang Indonesia memfasilitasi kepulangan keluarga Nur bersama warga Indonesia lainnya.
Mereka tiba kembali di Jakarta dua tahun setelah mereka tinggalkan. Tapi cobaan mereka belum juga berakhir.
Polisi dan satuan anti-teror telah menunggu mereka begitu turun dari pesawat.
Seluruh keluarga Nur ditahan oleh pihak Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menjengkelkan
Masalah kembalinya mantan kombatan ISIS menjadi masalah menjengkelkan bagi pihak berwenang Indonesia.
Diperkirakan 800 warga Indonesia pergi ke Irak dan Suriah sejak ISIS mendeklarasikan kekhalifahan pada 2014.
Sekitar setengahnya – termasuk Nur Dhania dan keluarganya – telah kembali.
Sampai tahun lalu, Indonesia belum memiliki aturan mengenai warganya yang bergabung dengan kelompok militan di luar negeri.
Namun ayah Nur dan dua pamannya telah didakwa melakukan pelanggaran terkait terorisme karena menjalani pelatihan amiliter di Raqqa.
Ayah Nur Dhania divonis hampir 4 tahun penjara atas pelanggaran terorisme. Pada Mei 2018, Dwi Djoko Wiwoho divonis 3,5 tahun penjara. Hukuman serupa juga diterima paman Nur.
“Polisi mengatakan kami semua seharusnya dihukum, tapi karena pertimbangan hati nurani, hanya laki-laki dewasa yang didakwa,” kata Nur Dhania.
“Mereka mengakui kami tidak lagi berbahaya, tapi mereka harus mengikuti prosedur hukum,” katanya.
Anggota keluarga lainnya menghabiskan beberapa minggu dalam program deradikalisasi sebelum dibebaskan.
Mantan kepala BNPT Ansyad Mbay sebelumnya menyatakan pentingnya memberikan kesempatan kedua kepada mereka.
“Mereka mendukung ISIS, tapi mereka sebenarnya ditipu. Dari sudut pandang kemanusiaan, siapa lagi yang akan menerimanya jika bukan kita? Kita tidak bisa membuang mereka ke laut, apalagi mereka menunjukkan penyesalan,” katanya.
“Mari merangkul mereka kembali ke masyarakat dan belajar dari kesalahan mereka.”
Nur Dhania dan keluarganya mengunjungi ayahnya di penjara sebulan sekali.
Dia mengatakan sang ayah masih menunjukkan kemarahan padanya.
Ratna Nirmala melakoni pekerjaan menjahit untuk menghidupi anak-anaknya. “Kadang dia kesal dan marah. Ibuku juga marah padaku. Saudara-saudaranya mengatakan semua ini karena saya. Tentu saya merasa bersalah,” kata Nur.
Kesalahan Bersama
Sekarang Nur sudah berusia 20 tahun. Dia mengaku penyesalan ini akan dia bawa seumur hidupnya.
Setelah kehilangan pekerjaan dan ayahnya bahkan mendekam di penjara, Nur bersama saudara dan ibunya kini kembali ke kehidupan normal.
Mereka tinggal di salah satu kawasan Jakarta Selatan. Tetangganya tak tahu apa yang telah dijalani keluarga ini.
Ibu Nur, Ratna Nirmala, sehari-harinya kini bekerja sebagai penjahit dan menjual kerajinan.
Dia kesulitan membiayai kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak-anaknya. Tapi Ratna juga ikut merasa bersalah atas tragedi yang menimpa keluarganya.
“Ini salah saya juga,” kata ibu Nur Dhania, Ratna Nirmala. “Saya bukan hanya menyalahkan Nur, karena ini kesalahan saya juga. Kesalahan kami secara kolektif,” kata Ratna kepada ABC.
“Kita tidak bisa terus saling menyalahkan atas apa yang terjadi. Semua orang membuat kesalahan,” ujarnya.
Ditanya pendapatnya tentang ekstremisme ISIS, Nur menggambarkan kelompok tersebut “sangat kejam.”
“Mereka mengatakan itu adalah Islam, bahwa jihad mereka adalah perang. Mereka harus membaca Alquran lagi. Jihad bukan berperang,” katanya.
“Mereka mengobarkan perang dan menumpahkan darah dan mereka anggap hal itu benar. Tapi bukan itu yang diajarkan Tuhan kepada kita. Islam berarti damai,” katanya.
Dia menyadari banyak orang tidak akan mempercayai apa yang dia sampaikan, termasuk soal ayah dan pamannya yang tak ingin berperang.
“Mereka tidak mengenal saya. Mereka harus mengenal kami, melihat siapa kami sebenarnya, mendengarkan cerita kami. Hanya itu yang bisa saya katakan kepada mereka,” katanya.
Nur Dhania kini ingin menuliskan segala pengalamannya dan berperan aktif mencegah orang lain melakukan kesalahan serupa.
“Semoga saya bisa menyampaikan pesan sehingga tidak ada yang akan mengalami apa yang dialami keluarga saya,” katanya.
“Dengan cara seperti itulah saya menyebarkan perdamaian dan kebenaran,” tambahnya.
Nur Dhania bersama ibu saudaranya saat ini kesulitan memenuhi kebutuhan hidup tanpa ayahnya.
Sumber: abc.net.au


Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :

https://islamidia.com/kisah-26-orang-sekeluarga-yang-merasa-tertipu-dan-menyesal-gabung-isis/

Kempen Promosi dan Iklan
Kami memerlukan jasa baik anda untuk menyokong kempen pengiklanan dalam website kami. Serba sedikit anda telah membantu kami untuk mengekalkan servis percuma aggregating ini kepada semua.

Anda juga boleh memberikan sumbangan anda kepada kami dengan menghubungi kami di sini
Cerita Mereka Yang Menyesal Setelah Bergabung Dengan Isis Di Suriah

Cerita Mereka Yang Menyesal Setelah Bergabung Dengan Isis Di Suriah

papar berkaitan - pada 26/3/2019 - jumlah : 182 hits
Diperkirakan 800 warga Indonesia pergi ke Irak dan Suriah sejak ISIS mendeklarasikan kekhalifahan pada 2014
Video Pengakuan Pemuda Usai Membunuh Ibunya Tak Menyesal Malah Merasa Lega Tak Ada Yang Memarahinya

Video Pengakuan Pemuda Usai Membunuh Ibunya Tak Menyesal Malah Merasa Lega Tak Ada Yang Memarahinya

papar berkaitan - pada 12/3/2019 - jumlah : 210 hits
Seorang anak membunuh ibunya kini telah ditangkap oleh Polsek Dukun pada Minggu Dikutip dari Tribun Jatim peristiwa tersebut terjadi di Desa Madumulyorejo Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik Jawa Timur pada Minggu Rozikin membacok leher ibunya...
Merasa Dibohongi Ria Ricis Geram Dan Curhat Di Sosial Media

Merasa Dibohongi Ria Ricis Geram Dan Curhat Di Sosial Media

papar berkaitan - pada 24/3/2019 - jumlah : 340 hits
Ria Ricis sepertinya sedang sangat geram pada panitia yang mengundangnya untuk mengisi suara acara di suatu tempat Ia pun menuliskan kekesalannya pada instagram story nya
Adik Tak Sempat Merasa Abang Ini Imbau Kenangan Bersama Arwah Ayah Undang Sebak

Adik Tak Sempat Merasa Abang Ini Imbau Kenangan Bersama Arwah Ayah Undang Sebak

papar berkaitan - pada 23/3/2019 - jumlah : 341 hits
Tidak semua anak di dalam dunia ini dapat merasai kasih sayang seorang ayah apabila ayah yang dulunya menjadi pelindung buat kita telah pergi selamanya Walaupun kasih dan perhatian seorang ayah telah tiada namun kasih sayang yang telah dipu...
Prabowo Sebut Layak Masuk Struktur Menteri Ahy Merasa Terharu

Prabowo Sebut Layak Masuk Struktur Menteri Ahy Merasa Terharu

papar berkaitan - pada 29/3/2019 - jumlah : 201 hits
Namun menurutnya tawaran itu terlalu jauh dibicarakan saat ini AHY masih fokus memenangkan Pemilu tahun ini sehingga akan memiliki dampak berkelanjutan
Ahy Lebih Baik Kita Miliki Prinsip Underdog Sehingga Tak Merasa Sudah Menang

Ahy Lebih Baik Kita Miliki Prinsip Underdog Sehingga Tak Merasa Sudah Menang

papar berkaitan - pada 29/3/2019 - jumlah : 199 hits
Karena bagi saya selalu lebih baik kita memiliki prinsip sebagai underdog sehingga kita tetap semangat tetap fokus dan tidak pernah ada yang merasa sudah menang sudah melewati target yang ingin dicapai kata AHY di Hotel Horison Bandung Jawa...
Malam Tadi Waktu Untuk Aku Sekeluarga Bergegas Keluar Dari Daerah Pasir Gudang Ini

Malam Tadi Waktu Untuk Aku Sekeluarga Bergegas Keluar Dari Daerah Pasir Gudang Ini

papar berkaitan - pada 15/3/2019 - jumlah : 821 hits
Pembuangan sisa toksik tidak terawat berisiko menghasilkan tindak balas kimia seperti keba karan dan letu pan sekali gus mengancam persekitaran dan nya wa manusia serta hidupan lain Demikian penjelasan dari Pensyarah Kimia di Pusat Pengajia...
Divonis 8 Tahun Bui Eks Dirut Keuangan Pertamina Merasa Dizalimi

Divonis 8 Tahun Bui Eks Dirut Keuangan Pertamina Merasa Dizalimi

papar berkaitan - pada 19/3/2019 - jumlah : 297 hits
Katanya putusan majelis hakim adalah suara Tuhan tapi yang saya dengar adalah suara zalim jadi saya mohon maaf persidangan 27 kali saya Bayu bahkan Karen semuanya sia sia imbuhnya
Makan Steamboat Dapat Henna Free

15 Kafe Di Johor Bahru Instagrammble Muslim Friendly

Sarawak And Malaysia Can T Afford Escalating O G Disputes

Antara Projek Pungguk Rindu Bulan Tilapia M Sia Pro Hamas

Isu Calon Perdana Menteri Kembali Menjadi Tegang Di Kalangan Pemimpin Pn

Worldcoin Dan Ai

Isu Papan Tanda Aneh Dan Pelik Menteri Wilayah Masih Diam

Coffee Is For Closers The Motivational Phrase From Quot Glengarry Glen Ross


echo '';
Memahami Fasa Renjatan Elektrik Yang Selamat dan Berbahaya Untuk Manusia

Info Dan Sinopsis Drama Berepisod Lara Kasih Slot Samarinda TV3

Senarai Lagu Tugasan Konsert Minggu 2 Gegar Vaganza 2024 Musim 11

Keputusan Markah Peserta Konsert Minggu 1 Gegar Vaganza 2024 Musim 11

Senarai Lagu Tugasan Konsert Minggu 1 Gegar Vaganza 2024 Musim 11


Orbit Labels The Parent S Choice For Safe And Sanitary Feeding

Samun Barang Kemas Dianggar Seberat 4 1 Kilogram Bernilai Rm1 54 Juta Sekumpulan Penjenayah Diburu

Kes Bunuh Pelajar Vokasional Warden Temui Mangsa Tak Sedarkan Diri

Elak Kenyataan Merugikan Kerajaan Perpaduan Pemuda Umno Wp

Winstar Tingkatkan Kapasiti Untuk Ambil Peluang Peralihan Tenaga Solar

Belum Ambil Spm Pelajar Melayu Cemerlang Di Sjkc Sudah Dirisik Universiti