1 000 Warga Gelar Sholat Gerhana Matahari Dengan Protokol Kesehatan
Fenomena alam gerhana matahari cincin terjadi di Surabaya. Sekitar 1.000 jemaah antusias mengikuti salat gerhana di Masjid al-Akbar Surabaya.
Di tengah pandemi COVID-19, pihak Masjid Al Akbar menyiapkan protokol pencegahan COVID-19 dengan ketat.
Sejak pukul 14.40 WIB, jemaah mulai berdatangan melaksanakan salat Ashar.
Kemudian dilanjutkan dengan salat gerhana. Meski tidak ada nobar, panitia menyediakan televesi berukuran 50 inch yang menunjukkan gambar gerhana matahari sebagian.
“Alhamdulillah Masjid Nasional Al Akbar Surabaya di tengah pandemi COVID-19, tetap melaksanakan salat gerhana dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. 14 protokol kesehatan harus dilaksanakan,” kata Humas Masjid Al Akbar Surabaya, Helmy M Noor kepada detikcom di lokasi, Minggu (21/6/2020).
“Kami sengaja tidak menggelar nobar gerhana matahari dikarenakan sangat sulit untuk menerapkan phisycal distancing,” lanjut Helmy.
Helmy menjelaskan, ada sekitar 1.000 jemaah yang hadir.
Menurut Helmy, meski di tengah pandemi, antusias masyarakat masih tinggi menyambut gerhana matahari di Masjid al-Akbar.
Selain itu, semua jemaah wajib menggunakan masker dan menerapkan phisycal distancing di area wudhu dan di dalam masjid saat melaksanakan salat hingga melihat gerhana matahari.
“Semua jemaah tertib menggunakan masker, termasuk muadzin, imam dan khotib menggunakan masker,” tuturnya.
Selain itu, para jemaah sebelum masuk ke dalam masjid terlebih dahulu dicek suhu badan, masuk melalui tiga pintu yang telah disediakan bilik sterilisasi.
“Para jemaah juga diberi tas plastik sebagai bungkus sandal dan sandal dibawa masuk, agar keluarnya tidak berkerumun,” jelas Helmy.
Imam salat dan khotib dipimpin langsung oleh Imam Besar Masjid al-Akbar yaitu KH Abdul Hamid Abdullah sebagai imam dan Prof Dr H M Roem Rowi, MA sebagai khotib salat gerhana.
Dalam khutbah Gerhana Matahari Prof Roem Rowi mengajak kepada para jemaah selalu beristigfar, takbir dan bersedekah.
“Mari bersama kita memohon ampunan kepada Allah dan memohon agar cobaan COVID-19 ini segera berakhir,” kata Prof Roem Rowi.
Prof Roem menjelaskan gerhana matahari adalah tanda kekuasaan Allah.
Wabah pandemi COVID-19 juga kekuasaan Allah. Menurutnya, manusia sedang diuji oleh Allah.
“Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian dan kehidupan seseorang. Jika kalian melihat keduanya berdoalah kepada Allah dan sholatlah sampai kembali seperti semula,” ujarnya.
“Mari di momentum ini kita semua tingkatkan keimanan kepada Allah. Mari kita berdoa agar pandemi ini segera diangkat oleh Allah dari bumi Indonesia dan segera berakhir,” pungkasnya.
Sumber: detik.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://islamidia.com/1-000-warga-gelar-sholat-gerhana-matahari-dengan-protokol-kesehatan/