Syair Abu Nawas Ilahilastullil Firdaus
Abu Nawas adalah pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbaik sastera Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).
Abu Nawas dikenali terutama karena kecerdasan dan kecerdikan dalam melontarkan kata-kata, sehingga banyak lahir kisah-kisah jenaka yang sarat dengan hikmah.
Ayahnya meninggal dunia ketika Abu Nawas masih kecil. Ia lantas dibawa oleh ibunya merantau ke kota Basrah. Di sana, ia belajar bahasa dan sastera Arab daripada dua orang sasterawan Arab iaitu : Abu Zaid dan Abu Ubaidah. Selain itu, ia juga berkesempatan belajar ilmu Hadis kepada Abdul Walid bin Ziyad, Mu’tamir bin Sulaiman, Yahya bin Sa’id al-Qattan, dan Azhar bin Sa’d as-Samman, serta belajar Al-Qur’an kepada Ya’kub al-Hadrami.Seorang penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, sangat kagum dan tertarik dengan bakat Abu Nawas. Lantas ia membawa Abu Nawas ke kota Ahwaz. Setelah itu ke kota Kufah. Di kota ini, Abu Nawas belajar kepada Khalaf al-Ahmar, seorang penyair Arab terkemuka saat itu. Penyair itu kemudian menyuruh Abu Nawas pergi berdiam di pedalaman padang pasir, hidup bersama-sama dengan kabilah Arab Badui, agar ia bisa menghayati dan memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama setahun.Setelah itu, Abu Nawas pindah ke kota Baghdad dan berkumpul dengan para penyair di kota itu. Ia pun bergaul dengan beberapa Amir dan menggubah puisi pujian bagi mereka.Berita tentang kepandaian Abu Nawas dalam berpuisi, sampailah ke istana kholifah Harun Ar-Rasyid, melalui seorang pemuzik istana, Ishaq al-Mausuli. Abu Nawas dimintanya agar bersedia menjadi penyair istana (syair al-bilad) dengan tugas khusus menggubah puisi-puisi pujian untuk sang Khalifah
Pada suatu ketika, Abu Nawas melantunkan puisi yang menghina kabilah Arab Mudhor. Hal ini membuat sang Khalifah murka, dan menyebabkan beliau dimasukkan ke dalam penjara
Setelah bebas, Abu Nawas menghindar dari kehidupan sang Khalifah, kemudian mengabdi kepada pembesar istana dari keluaga Barmak, yang pada akhirnya pembesar itu dibinasakan oleh sang Khalifah pada tahun 803 M
Sejak hancurnya keluarga Barmak, Abu Nawas memutuskan untuk pergi ke negeri Mesir. Ia menggubah puisi-puisi untuk dipersembahkan kepada gabenor Mesir, Khasib bin Abdul Hamid Al-Ajami. Setelah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia, Abu Nawas kembali lagi ke kota Baghdad dan menjadi penyair istana bagi Khalifah Al-Amin, Putera Harun Al-Rasyid. Puisi-puisi gubahan Abu Nawas terdiri atas beberapa tema, yang meliputi tema pujian (madh), satira (hija’), kehidupan zuhud (zuhdiyah), jenaka dan senda gurau (mujuniyat). Puisi mujuniyat-nya terkadang melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama, sehingga ia digelar sebagai penyair fasik atau zindik
Puisi khumroyat-nya membuatnya dikenali sebagai “Penyair Khomer”, karena ia pertama kali mengangkat khamar, minuman haram, sebagai tema puisi-nya. Dalam puisi khumroyat-nyaini, ia menguraikan tentang kelazatan dan keburukan khomer, tentang buah anggur beserta proses pemerasan dan pengolahannya, tentang rasa khomer beserta warna dan buahnya, juga tentang perilaku edan para peminumnya yang sedang mabuk. Pada masa Jahil-nya ini, ia memperolok Hadis-hadis Nabi yang melarang minum khomer. Kerana menurutnya, khomer dapat menenangkan hati yang risau dan gundah, dan dapat membuatnya hidup bersenang-senang dengan para wanita cantik yang menuangkan khomer ke dalam gelasnya
Pada masa menjelang akhir hayatnya, beliau bertaubat dan membuang puisi-puisi masa lalunya, lalu menggantinya dengan puisi-puisi yang semuanya bertemakan kehidupan zuhud. Didalam syairnya tersebut, ia mengungkapkan rasa peyesalannya, ia bertaubat atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukannya, kemudian dibayangi dengan keinginannya untuk menjalani kehidupan zuhud,. Beliau mula menjauhi semua kesenangan duniawi, demi meraih kebahagiaan ukhrowi
Syair-syair Abu Nawas dihimpun dalam “Diwan Abi Nuwas” dan diterbitkan di Wina (1855); di Greifswarld (1861), cetakan litografi di Cairo (1277 H/1860 M); Beirut (1301 H/1884 M); dicetak di Bombay (1312 H/1894 M); dan Cairo (1898 dan 1932). Puisi itu dihimpun dari tulisan berbentuk manuskrip yang tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul. Penerbitan pertama tahun 1855 diedit oleh A. Von Kremer dalam bahasa Jerman dengan judul “Diwan des Abu Nowas des grossten lyrichers Dichterder Araber”.
Salah satu Syair Abu Nawas ! Doa I'tiraf !
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://tintamasterjhee.blogspot.com/2019/09/abu-nawas-adalah-pujangga-arab-dan.html