Siaran Pers Polisi Dilarang Melakukan Tindakan Penyalahgunaan Kewenangan Dalam Menjalankan Tugas Penegakan Hukum


Siaran Pers
Nomor : 06/SP-LBH-Papua/2019

APARAT PENEGAK HUKUM 
DALAM MENANGKAP DAN MENAHAN MASA AKSI ANTI RASISME
WAJIB MENAATI UU NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA

“Polisi Dilarang Melakukan Tindakan Penyalahgunaan Kewenangan Dalam Menjalankan Tugas Penegakan Hukum”

Sejak Presiden Republik Indonesia dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia memerintahkan penegakan hukum terhadap seluruh pelaku pelanggaran hukum pasca aksi rasisme di Surabaya dan Malang bulan Agustus 2019 lalu. Tercatat puluhan masa aksi rasisme ditangkap dan ditetapkan menjadi tersangka dengan berbagai pasal dalam berbagai peraturan perundang-undangan oleh penyidik setempat.

Dari pantauan LBH Papua, sejak tanggal 19 Agustus 2019 – 6 September 2019  terjadi penagkapan dan penahanan terhadap masa aksi anti rasisme dibeberapa kota, seperti : di Timika ada 8 (orang), di Jayapura ada 35 orang (30 orang masa aksi rasisme dan 5 orang masa masyarakat non papua), di Deiyai ada 16 Orang, di Manokwari ada 18 orang, di Sorong ada 14 orang, di Jakarta ada 6 orang dan mungkin kedepan akan dilakukan penangkapan lagi. Terlepas dari penangkapan dan penahanan secara khusus di Fak-fak ada 6 orang yang dipangil sebagai saksi.

Dalam situasi itu, LBH Papua mengharapkan agar aparat penegak hukum diwilayah hukum tempat dilakukannya penangkapan, penahanan dan penetapan tersangka terhadap masa aksi anti rasisme diwajibkan untuk mengedepankan  “Prinsip setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum” sebagaimana dijamin pada pasal 28D ayat (1), UUD 1945. Dalam rangka memenuhi hak konstitusional warga negara yang berhadapan dengan hukum, secara teknis telah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Berkaitan dengan penangkapan, penahanan dan penetapan tersangka terhadap puluhan masa aksi anti rasisme diatas, sampai hari ini belum diketahui secara pasti apakah aparat penegak hukum telah melakukannya sesuai dengan mekanisme penangkapan sebagaimana diatur pada  Pasal 18 ayat (1) dan (3), UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, sebagai berikut : “Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa. Tembusan surat perintah penangkapan harus diberikan kepada keluarganya segera setelah penangkapan dilakukan”.

Berdasarkan pantauan dibeberapa kota, penangkapan dan penahanan dilakukan selama 2 sampai 4 hari selanjutnya ditetapkan menjadi Tersangka dan bahkan ada yang masih sakit tetapi langsung ditahan sebagaimana yang dialami oleh masa aksi anti rasisme di Deiyai. Selain itu, adapula masa aksi anti rasisme yang ditahan di Polda Papua sejak tanggal 28 Agustus 2019 hingga dipulangkan pada tanggal 3 September 2019 tanpa status tersangka.  Fakta tersebut jelas-jelas bertentangan dengan “Prinsip Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup hanya dapat dilakukan untuk paling lama satu hari" sebagaimana diatur pada pasal 17 junto 19 ayat (1), UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Terlepas dari fakta penangkapan dan penahanan diatas, dalam rangka memenuhi hak konstitusional warga negara yang berhadapan dengan hukum, telah diberlakukan UU Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum sehingga menjadi kewajiban konstitusional bagi Aparat Penegak Hukum untuk menerapkannya. Secara khusus menyangkut pemenuhan hak konstitusional bagi tersangka dalam rangka memperjuangkan hak-haknya dihadapan hukum telah diatur pada Pasal 54, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai berikut : “Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”. Secara teknis terkait mekanisme pemenuhannya sebagai berikut : “Untuk mendapatkan penasehat hukum tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasehat hukumnya” sebagaimana diatur pada pasal 55, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Sekalipun demikian mekanismenya, pada prakteknya Aparat penegak Hukum di Polda Papua tidak mengimplementasi hak konstitusional tersangka sebagaimana pada pasal 55, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Fakta tersebut diketahui langsung dari Aparat Penegak Hukum di Polda Papua dimana Penyidik Polda Papua mengambil inisiatif sendiri untuk menunjuk Penasehat Hukum tanpa menanyakan atau memberikan ruang kepada tersangka untuk memilik sendiri Penasehat Hukum sebagaimana dialami oleh 28 orang yang ditangkap diamankan di Polda Papua pada tanggal 28 Agustus 2019 sehingga dalam pemeriksaan tahap pertama didampingi oleh Penasehat Hukum yang dipilih dan ditunjuk oleh penyidik sendiri, padahal secara terpisah keluarga tersangka telah memilih dan menunujuk penasehat hukum lainnya. Sampai saat ini, sudah ada 2 orang lagi yang ditahan oleh Penyidik Polda Papua pada tanggal 6 September 2019 yang dikhawatirkan adalah penyidik mengulangi lagi tindakan penunjukan dan pemilihan penasehat hukum sendiri tanpa memberikan kesempatan kepada tersangka atau keluarga tersangka untuk memilih dan menunjukan Penasehat hukum.

Berdasarkan pada fakta diatas, LBH Papua merasa khawatir kondisi serupa dialami oleh masa aksi rasisme yang ditahan oleh Aparat Penegak Hukum di beberapa kantor polisi dalam wilayah hukum Polda Papua, Polda Papua dan Polda Metro Jaya. Atas dasar kekhawatiran itu, LBH Papua mengingatkan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan tugasnya dengan mengedepankan “Prinsip setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum” sebagaimana dijamin pada pasal 28D ayat (1), UUD 1945, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan arahan Pasal 16, UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, sebagai berikut :

Pasal 16
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :

a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan;
i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. menghormati hak asasi manusia.

Apabila dalam melakukan tindakan penangkapan, penahanan dan penetapan tersangka terhadap masa aksi anti rasisme Aparat Penegak Hukum mengabaikan perintah UUD 1945, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan arahan Pasal 16, UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia maka secara jelas-jelas menunjukan fakta “Aparat penegakan Hukum melakukan tindakan yang dilarang yaitu Penyalahgunaan Kewenangan sebagaimana diatur pada pasal 6 huruf q, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia”.

Dalam rangka melindungi hak asasi manusia seluruh warga negara termasuk masa aksi anti rasisme yang sedang menghadapi tindakan penangkapan, penahanan dan penetapan tersangka yang sedang dilakukan oleh penegak hukum maka kami Lembaga Bantuan Hukum Papua (LBH Papua) menegaskan kepada :

1. Kapolri cq Kapolda Papua Cq Kapolda Papua Barat Cq Kapores Cq Kapolresta dalam wilayah hukum Polda Papua dan Papua Barat mengedepankan pasal 28D ayat (1), UUD 1945, UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan arahan Pasal 16, UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia dalam melakukan penegakan hukum terhadap masa aksi anti rasisme;

2. Pimpinan Propamnas untuk memantau dan mengawasi secara langsung seluruh proses penegakan hukum terhadap masa aksi anti rasisme di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Polda Papua dan Polda Papua Barat untuk menghindari terjadinya dugaan tindakan pelanggaran kode etik sebagaimana diatur pada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

3. Pimpinan Komisi Kepolisian Republik Indonesia untuk memantau dan mengawasi secara langsung seluruh proses penegakan hukum terhadap masa aksi anti rasisme di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Polda Papua dan Polda Papua Barat menghindari tindakan pelanggaran UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4. Ombudsmen Republik Indonesia Pusat dan Ombusment Republik Indonesia Perwakilan Papua memantau, mengawasi dan menyelidik dugaan penyalagunaan kewenangan atau mal alministrasi yang terjadi dalam proses penegakan hukum terhadap masa aksi anti rasisme di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Polda Papua dan Polda Papua Barat untuk menghindari terjadinya dugaan penyalagunaan kewenangan sebagaimana diatur pada pasal 6 huruf q, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Demikin siaran pers ini dibuat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Abepura, 9 September 2019

Hormat Kami
Lembaga Bantuan Hukum Papua


Emanuel Gobay, S.H., MH
(Direktur)

Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :

https://phaul-heger.blogspot.com/2019/09/siaran-pers-polisi-dilarang-melakukan.html

Kempen Promosi dan Iklan
Kami memerlukan jasa baik anda untuk menyokong kempen pengiklanan dalam website kami. Serba sedikit anda telah membantu kami untuk mengekalkan servis percuma aggregating ini kepada semua.

Anda juga boleh memberikan sumbangan anda kepada kami dengan menghubungi kami di sini
Keberadaan Tokoh Politik Di Sistem Penegakan Hukum Sulitkan Jokowi Wujudkan Nawacita

Keberadaan Tokoh Politik Di Sistem Penegakan Hukum Sulitkan Jokowi Wujudkan Nawacita

papar berkaitan - pada 2/9/2019 - jumlah : 185 hits
Pengamat politik Arief Susanto mempertanyakan komitmen Presiden Joko Widodo terkait penegakan hukum dan pemberantasan korupsi Hal itu dia katakan karena sampai saat ini Jokowi masih membiarkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Lao...
Menhan Pemindahan Ibu Kota Hal Biasa Beberapa Negara Pernah Melakukan

Menhan Pemindahan Ibu Kota Hal Biasa Beberapa Negara Pernah Melakukan

papar berkaitan - pada 29/8/2019 - jumlah : 191 hits
Menhan Pemindahan Ibu Kota Hal Biasa Beberapa Negara Pernah Melakukan Menurutnya pemindahan ibu kota ini sudah memenuhi kriteria sebagaimana kajian strategis yang telah dilakukan Kementerian Pertahanan Meski begitu pemindahan ibu kota dari ...
Umroh Com Keandalan Dalam Melakukan Reservasi Umroh Secara Online

Umroh Com Keandalan Dalam Melakukan Reservasi Umroh Secara Online

papar berkaitan - pada 1/9/2019 - jumlah : 301 hits
Ibadah umroh sangat banyak diinginkan oleh umat muslim Umroh saat ini dapat dilakukan pemesanan begitu mudah Hanya dengan memanfaatkan aplikasi Artikel ditulis oleh dan dipublikasikan pertama kali di Hak cipta oleh
6 Manfaat Kesehatan Yang Bisa Diperoleh Dari Melakukan Olahraga Bela Diri

6 Manfaat Kesehatan Yang Bisa Diperoleh Dari Melakukan Olahraga Bela Diri

papar berkaitan - pada 27/8/2019 - jumlah : 220 hits
Olahraga bela diri biasanya memadukan berbagai gerakan bertahan dan menyerang yang bisa menguras fisik seseorang Berbagai gerakan yang dilakukan ini bisa membuat seseorang menjadi lebih bugar dan mendapat manfaat kesehatan
Tekad Ianggar Pagar Kereta Tindakan Berani Wanita Ini Buat Penyammun Kecut Perut Lari

Tekad Ianggar Pagar Kereta Tindakan Berani Wanita Ini Buat Penyammun Kecut Perut Lari

papar berkaitan - pada 15/9/2019 - jumlah : 231 hits
Disebabkan hendak cepat dapat wang penjenayyah sanggup buat apa sahaja asalkan dapat kaut untung dengan mudah Jenayyah sammun dan r0mpak kini kian semakin menjadi jadi sehinggakan penjenayyah berani melakukan kegiatan mereka ditempat awam T...
Tindakan Semasa Jerebu

Tindakan Semasa Jerebu

papar berkaitan - pada 14/9/2019 - jumlah : 599 hits
Masyaa Allah hampir setiap tahun negara kita di landa jerebu ada ketikanya tak lah berapa serius namun tahun ni dari awal bulan September nampaknya kian hari kian teruk Bacaan IPU pun tinggi saban hari Risau sangat dengan anak anak yang ber...
Kpk Kita Menunggu Tindakan Presiden Untuk Menyelamatkan Pemberantasan Korupsi

Kpk Kita Menunggu Tindakan Presiden Untuk Menyelamatkan Pemberantasan Korupsi

papar berkaitan - pada 14/9/2019 - jumlah : 155 hits
Tiga pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi memberikan pernyataan sikap terkait revisi Undang undang KPK Ketiga pimpinan lembaga antirasuah itu yakni Agus Rahardjo Laode M Syarif Saut Situmorang
Perhatikan Dokter Dan Layanan Yang Diberikan Saat Ingin Melakukan Bedah Plastik

Perhatikan Dokter Dan Layanan Yang Diberikan Saat Ingin Melakukan Bedah Plastik

papar berkaitan - pada 4/9/2019 - jumlah : 163 hits
Ada proses bertahap yang harus dilakukan agar operasi ini tidak merugikan pasien itu sendiri Donna mengatakan mereka yang merupakan dokter bedah plastik wajib melakukan pemeriksaan terhadap kondisi pasien terlebih dulu untuk menentukan apak...
Media China Tidak Ada Lagi Alasan Demonstran Hong Kong Melakukan Kekerasan

Media China Tidak Ada Lagi Alasan Demonstran Hong Kong Melakukan Kekerasan

papar berkaitan - pada 5/9/2019 - jumlah : 227 hits
Demonstran Hong Kong tidak lagi punya alasan untuk melanjutkan kekerasan kata media pemerintah China China Daily Kamis Hal tersebut menjadi tajuk utama editorial mereka menyusul keputusan Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mencabut RUU...
Celebrate A Peranakan Christmas In Kuala Lumpur With Santa Grand Signature S Exclusive Buffet

Maggi Malam S Roadside Success Sparks Controversy Over Alleged Unlicensed Operation

Lirik Lagu Sejarah Dato Sri Siti Nurhaliza

Latheefa Koya Tak Nak Masuk Umno Ker

Siti Nurhaliza Sejarah Chord

Parts Of Klang Valley Hit By Flash Floods Due To Downpour

Bayangkan Ejen Mossad Di Komtar Jb

We Buy Small To Medium Sized Companies


echo '';
Senarai Lagu Separuh Akhir Muzik Muzik 39 Semi Final Muzik Muzik SFMM 2024 Persaingan Merebut Tiket Ke AJL Anugerah Juara Lagu

Biodata Terkini Fairuz Selamat Q Face Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Penyanyi Lagu Izinkanlah

Biodata Terkini Arrora Salwa Salwa Razak Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Penyanyi Lagu Ahmad

Biodata Terkini Penyanyi Liza Aziz Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Adik Beradik Kepada Azlina Aziz

Senarai Peserta Gegar Vaganza 2024 Musim 11 GV11 Tonton Konsert Minggu 1 Pada 24 November Live Di Astro Ria Sooka Online


Makna Dan Jobbie Meraikan Pink Wobbly Breast Odyssey Di Kpj Damansara 2

Ahli Parlimen Pembangkang Cadang Kerajaan Sedia Pulau Tempatkan Pelarian

Lelaki Maut Dihempap Batu Kuari

Israel Mahu Kebebasan Serang Lubnan Selepas Gencatan Senjata

Yang Nak Berpeluang Miliki Microsoft Surface Pro Terpakai Jangan Lepaskan Peluang Ni

Pemandu Wanita Dihempap Kontena Sempat Telefon Ibu 4 Minit Sebelum Meninggal