Pengikut Syiah Sentiasa Di Ajar Agar Menipu
Fahaman Syiah, sebenarnya sudah sangat lama bertapak di Malaysia. Namun kehadirannya kurang dipedulikan kerana ia menular perlahan-lahan, malah metadologi penyebarannya sendiri sememangnya dilakukan secara halus.
Buktinya, video di bawah yang sudah berada di Youtube, yang mana dalam video ini, seorang lelaki yang didakwa sebagai Ustadh Behjatpour, Ketua Pusat Penyelidikan Bagi Kepercayaan dan Kebudayaan Qom (Iran) menyampaikan pesanan khusus kepada pengikut Mazhab Ahlul Bait (Syiah) di Malaysia agar mengikut nasihat tegas para Imam Maksum mereka supaya melakukan yang terbaik untuk mendekati masyarakat Ahli Sunah Waljamaah di negara ini sekaligus mengajak kita mengikuti fahaman mereka.
Antara yang perlu dilakukan, termasuklah berpura-pura solat seperti mana biasa.
Pesan Behjatpour, Imam Maksum mereka seperti Imam As-Sadiq turut berpesan tentang taqiyyah atau menipu demi meraih kepercayaan orang terhadap mereka.
Taqiyyah itu pula jelasnya, tidak sama dengan taqiyyah yang diterima dalam Islam iaitu demi menyelamatkan diri atau nyawa daripada ancaman jika bercakap benar.
Sebaliknya, taqiyyah dilakukan pengikut Syiah dianggap ‘Penipuan Suci’ demi mengambil hati seseorang agar mangsa rapat dengan mereka seterusnya dipesongkan akidahnya.
Dengan pendedahan ini, mudah-mudahan umat Islam sentiasa berhati-hati. Sesungguhnya lebih mudah mengenali musuh yang terang-terangan membenci kita daripada musuh dalam selimut yang menanti masa untuk menggelincirkan kita dari landasan Islam sebenar.
Hayatilah hadis Rasulallah di bawah:
"...Dan demi Dzat Yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan akan masuk surga dan 72 lainnya (mampir dulu) ke neraka.” Rasulullah ditanya: “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Al Jama’ah." (HR Ibnu Majah)
"...dan umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk (dulu) ke neraka, kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya: “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Siapa pun yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku ada padanya." (HR Abu Dawud & At-Tirmidzi)
TAQIYAH, TOPENG KEMUNAFIKAN DAN RUKUN AGAMA KAUM SYIAH
Akidah taqiyah termasuk akidah Syiah yang menyelisihi Islam. Akidah ini menempati kedudukan yang tinggi dalam agama mereka. Menurut mereka, para nabi dan rasul pun diperintahkan untuk melakukannya.
Ulama Syiah telah menjelaskan definisi taqiyah ini. al-Mufîd dalam Tash-hîhul I’tiqâd berkata: "Taqiyah adalah merahasiakan al-haq (keyakinan Syiah, red) dan menutupi diri dalam meyakininya, berkamuflase di hadapan para penentang (orang-orang yang berseberangan dalam keyakinan) dan tidak mengusik mereka dengan apa saja yang akan menyebabkan bahaya bagi agama dan dunia (orang-orang Syiah)."
Yusuf al-Bahrâni (tokoh Syiah abad 12 H) berkata, “Maksudnya menampakkan kesamaan sikap dengan para penentang dalam apa yang mereka yakini karena takut kepada mereka.”
Al-Khumaini berkata: “Taqiyah artinya seseorang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan realita atau melakukan sesuatu yang berseberangan dengan aturan syariah guna menyelamatkan nyawa, kehormatan atau kekayaannya.” [1]
Melalui tiga definisi taqiyah dari tiga Ulama besar Syiah dapat disimpulkan bahawa:
1. Makna taqiyah adalah seseorang menampakkan sesuatu yang berbeda dengan hatinya di hadapan orang lain.
2. Dipraktekkan di hadapan para penentang mereka sehingga seluruh kaum Muslimin masuk dalam kategori ini (para penentang mereka).
3. Taqiyah dilakukan dalam urusan yang berkaitan dengan praktek agama orang-orang yang berseberangan dengan mereka.
4. Taqiyah dilakukan karena rasa takut, ingin memelihara agama, jiwa dan harta.
BEBERAPA RIWAYAT TENTANG KEDUDUKAN TAQIYAH
Terdapat banyak riwayat versi Syiah dalam kitabkitab induk mereka yang menunjukkan tingginya kedudukan akidah taqiyah ini.
Al-Kulîni (seorang Ulama Syiah) meriwayatkan perkataan Ja’far ash-Shâdiq yang berbunyi: "Taqiyah adalah agamaku dan agama moyangku. Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak melakukan taqiyah."
Abu ‘Abdillâh berkata: “Sesungguhnya Sembilan persepuluh dari agama terdapat dalam taqiyah. Tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah.” [al-Khishâl,Ibnu Bâbuyah al-Qummi, 1/25].
Al-Bâqir berkata: “Akhlak terbaik para imam dan orang-orang terkemuka Syiah adalah bertaqiyah.” [al-Ushûl al-Ashîlah hal. 324].
Dalam al-Mahâsin, (sebuah rujukan Syiah) diriwayatkan dari Habîb bin Basyîr dari Abu ‘Abdillâh, ia berkata: “Demi Allah Azza wa Jalla, tidak ada di muka bumi ini yang lebih aku cintai daripada taqiyah. Habîb, orang yang melakukan taqiyah, akan diangkat derajatnya oleh Allah Azza wa Jalla. dan orang yang tidak melakukan taqiyah, Allah Azza wa Jalla akan menghinakannya.” [al-Mahâsin: 259].
Secara nyata, mereka memberlakukan akidah taqiyah di seluruh keadaan. Dalam ibadah umpamanya; tidaklah mereka mengerjakan shalat dengan kaum Muslimin kecuali dalam rangka menjalankan akidah taqiyah, yang dalam bahasa lain adalah untuk memperdayai dan menipu kaum Muslimin agar perbedaan tajam yang ada pada keyakinan Syiah tidak tampak.
Dalam masalah bersumpah, ulama mereka memperbolehkan mengeluarkan sumpah-sumpah dusta, tanpa perlu membatalkan atau membayar kafarahnya.
KEBATILAN PRINSIP TAQIYAH
Pernyataan-pernyataan di atas sudah bukan barang aneh lagi bagi Ahli Sunnah. Pasalnya, landasan agama Syiah memang adalah dusta dan tipu-daya. Semua yang mereka yakini tidak berasaskan dalil-dalil syar’i. Pijakan mereka hanyalah kemunafikan dan kebohongan.
Syaikh DR Ibrâhim ar-Ruhaili hafizhahullâh mengomentari riwayat-riwayat di atas dengan berkata: “Riwayat-riwayat itu menunjukkan bagaimana kedudukan taqiyah dalam pandangan mereka dan derajatnya yang agung dalam agama mereka. Sebab taqiyah menurut Syiah termasuk prinsip agama yang terpenting. Tidak ada keimanan sempurna bagi orang yang tidak bertaqiyah. Orang yang meninggalkan taqiyah, laksana meninggalkan shalat. Bahkan taqiyah itu melebihi seluruh rukun Islam. Taqiyah mewakili Sembilan persepuluh agama mereka. Sementara rukun-rukun Islam dan kewajiban-kewajiban lain hanya terletak pada sepersepuluh bagian yang tersisa saja.”
Syaikhul Islam rahimahullah memaparkan: "Sebagaimana (telah dimaklumi), mereka orang yang paling buta terhadap ayat-ayat al-Qur`ân, hadits-hadits dan atsar dan paling tidak tahu bagaimana cara memilah-milah antara dalil yang shahîh dan yang lemah. Pijakan mereka dalam dalildalil naqli adalah sejarah yang terputus sanadnya. Bahkan kebanyakan riwayat itu berasal dari orang-orang yang telah dikenal akan kedustaan dan bahkan juga kekufurannya. Ulama mereka berpegangan pada riwayat seperti Abu Mikhnaf, Luth bin Yahya, Hisyâm bin Muhammad bin Sâib dan orang-orang lainnya yang kedustaannya sudah tidak asing lagi di kalangan Ulama (Islam). Anehnya, orangorang seperti mereka itu merupakan orang-orang itu penting bagi Syiah dalam urusan riwayat..."
Menampakkan diri dengan sesuatu yang tidak diyakini dan dikerjakan oleh seseorang bukanlah sifat kaum mukminin, tetapi bagian dari karakter kaum munafikin.
Nota:
Jumaat terakhir dalam bulan Ramadhan dikenali sebagai Hari al-Quds Sedunia oleh pengikut Syiah. Perayaan ini digagaskan oleh tokoh Syiah Rafidhah iaitu Khomeini. Ia diadakan KONONNYA demi memperingati perjuangan umat Islam di Palestin.
Pada hari ini, penganut Syiah akan keluar beramai-ramai sambil menjunjung poster-poster gambar Khomeini.
Wallahu a'lam.
BACA INI JUGA: Sejarah Permulaan Syiah Dan Kesesatan Mereka
-Sentiasapanas.com
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
http://www.sentiasapanas.com/2013/08/pengikut-syiah-sentiasa-di-ajar-agar.html