Natalius Pigai Ungkap Isi Pertemuan Dengan Abu Janda
Eks komisioner Komnas HAM Natalius Pigai angkat bicara terkait pertemuannya dengan Permadi Arya alias Abu Janda. Pigai mengatakan, saat Abu Janda menemuinya itu, Abu Janda menjelaskan kronologi menulis cuitan yang bermuatan rasisme itu.
"Kemarin itu kan setelah Abu Janda diperiksa oleh Mabes Polri, kemudian dia menyatakan dia mau bertemu saya. Dia yang bertemu saya ya. Jangan salah. Jadi Natalius itu ditemui Abu Janda, bukan saya bertemu. Kemudian, karena kan saya juga tidak kenal, saya juga juga tidak punya hubungan, jadi difasilitasi Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco. Kemudian beliau menemui saya kemari, difasilitasi oleh Pak Dasco," kata Natalius Pigai kepada wartawan, Selasa (9/2/2021).
Natalius Pigai mengatakan pertemuan itu terjadi di sebuah hotel di Senayan, Jakarta. Natalius menyebut lokasi tersebut tempat biasa untuk minum kopi.
"Di Fairmont, biasanya saya minum kopi di Fairmont. Jadi jangan salah, saya itu biasa minum kopi di Fairmont, jangan kira karena oposisi tidak minum kopi. Nanya aja dari tukang parkir sampai depan tahu saya," katanya.
Pigai tidak mengetahui apakah Abu Janda yang meminta Ketua Harian Partai Gerindra agar bertemu dengan dirinya ataukah itu ide Sufmi Dasco sendiri.
"Saya tidak paham. Yang jelas, Dasco yang fasilitasi," katanya.
Natalius Pigai mengatakan, saat pertemuan itu, Abu Janda menjelaskan kronologi menulis cuitan mengenai evolusi ke dirinya. Natalius Pigai mengaku dia menerima Abu Janda sama seperti menerima orang-orang kecil yang menemui pembela kemanusiaan.
"Inti dari pada pertemuan ini, saya ini kan pemimpin. Tahun 1999 saya staf khusus menteri, tahun 2017 saya pimpinan Komnas HAM, sekarang juga pimpinan orang-orang kecil yang membutuhkan pertolongan, pembela kemanusiaan. Jadi kalau ada warga, rakyat yang bertemu kita, kita harus menerima apa pun juga. Meskipun mungkin pasti kita tidak suka, tetapi pemimpin itu harus mendengarkan, tidak boleh menolak permintaan untuk bertemu, karena mereka mengekspresikan pemikiran-pemikiran mereka dan kami harus menerima dan menampung baru mengolah apa ekspresi mereka itu seperti apa. Dalam kerangka itulah saya menerima Bapak Abu Janda. Beliau menyampaikan tentang apa Twitter-nya itu," kata Pigai.
Sebelum Abu Janda menjelaskan cuitan yang diduga rasis itu, Pigai telah lebih dulu membacanya. Dia mengaku sering menerima perlakukan rasisme.
"Memang Twitter-nya itu saya baca hari itu juga, tanggal 1 atau 2 Januari itu saya udah baca. Karena saya bukan penganut asas pemidanaan ya, saya itu penganut restorative justice, jadi saya biasa semua orang kritik, orang caci maki, itu konsekuensi sebagai pembela kemanusiaan yang menentang otoritarianisme, menentang kejahatan, mementang ketidakadilan, itu konsekuensi yang saya terima. Karena itu, saya abaikan dan saya tidak pernah gubris. Orang yang lakukan rasisme terhadap saya itu jutaan lo, tidak hanya satu-dua saja. Karena itu, saya tidak pernah respons, ada pihak lain melaporkan. Dalam konteks ini, saya tidak memiliki hubungan hukum karena saya bukan pelapor," kata Pigai.
"Meskipun demikian, saya dianggap sebagai korban, maka ketika Abu Janda ingin bertemu, ya saya sebagai pemimpin saya harus mendengarkan suara dari mereka, suara rakyat," imbuhnya.
Cuitan Abu Janda yang diduga rasis itu adalah menanyakan kepada Pigai apakah sudah evolusi atau belum. Pigai menyadari cuitan Abu Janda dengan kalimat tanya itu sulit mencari unsur pidananya.
"Lalu kenapa saya menerima Abu Janda, salah satunya itu ingat bahwa di dalam konteks hukum Abu Janda berbeda dengan Ambroncius. Ambroncius itu rasis langsung serang saya. Sehingga itu tidak perlu membutuhkan waktu yang lama langsung ditahan. Kalau Abu Janda itu dia bertanya, berupa pertanyaan. Pertanyaan, 'apakah Natalius Pigai sudah selesai evolusi belum?' Itu sebuah pertanyaan, di dalam konteks hukum, objek hukumnya tidak ada itu, sumir. Bukan tidak ada, sumir," ungkap dia.
Pigai kemudian menyinggung hukuman yang berlaku karena adanya tekanan massa atau trial by mob. Pigai mengaku dalam kasus rasisme ini, dia berpikir rasional.
"Terus, karena objek hukum sumir, saya belum tahu mungkin akan kesulitan untuk menemukan pidananya. Tetapi akan terjadi macam trial by mob, trial by mob itu dihukum karena ada tekanan massa. Saya itu intelektual, saya itu rasional. Tidak mungkin saya bisa menghukum orang kalau itu tidak melakukan kejahatan secara langsung. Kita boleh benci, karena isinya evolusi sudah selesai atau belum isinya itu rasis, substansinya itu rasis, tetapi kata-kata yang ditulis itu dikunci dengan pertanyaan. Jadi terhindar dari hukuman. Kalimat tanya, saya sangat rasional, saya dianggap bodoh nanti orang, sedangkan saya mengajarkan orang tentang berpikir banyak hal," katanya.
Pigai mengaku tidak senang dengan cuitan Abu Janda itu. Namun Pigai mengatakan dirinya merespons segala sesuatu tidak mengedepankan emosi.
"Kalau disuruh senang nggak? Pasti saya tidak senang. Benci nggak? Ya pasti, siapa yang tidak, siapa yang mau nerima ujaran-ujaran itu. Tetapi, dilihat dari sisi hukum, kita juga harus rasional. Kita harus mengedukasi orang melihat mana yang benar dan mana yang tidak benar. Jangan melihat dari sisi emosi," tutur dia.
Lebih lanjut Pigai tidak mengungkap apakah Abu Janda mengucapkan maaf. Menurutnya, hal itu tak perlu dipublikasi.
"Ya itu nggak perlulah. Saya ini pembela kemanusiaan. Yang soal (minta maaf) itu tidak perlu saya umbar ke publik. Saya selalu menjaga harkat dan martabat manusia, makanya saya tidak pernah kritik individu dari dulu sampai sekarang," jelasnya.
Natalius Pigai menyebut pertemuan berlangsung selama satu jam. Pigai mengaku menanggapi pertemuan itu dengan biasa-biasa saja.
"Satu jam kali. Biasa saja kalau kita apa... Kami ini konsekuensinya yang orang serangan verbal ke kami itu jutaan. Tapi tidak boleh menghilangkan akal sehat. Kita boleh benci, kita boleh iri hati, kita boleh tidak suka, tetapi tidak boleh menghilangkan rasionalitas akal sehat. Karena itu, kita punya jati dirinya di situ. Setiap orang itu bisa memaafkan, orang bersalah bisa memaafkan. Jadi bukan hanya memaafkan, tetapi memaafkan dalam koridor rasionalitas," ungkapnya.
Sebelumnya, pertemuan Abu Janda dan Natalius Pigai terlaksana dengan ditengahi Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di sebuah hotel, Senin (8/2/2021).
Dasco, yang duduk di tengah, tampak tersenyum di sebuah foto, begitu pula Natalius Pigai dan Abu Janda. Dasco memberi sedikit penjelasan soal pertemuan tersebut.
"Perkuat diri membangun negeri. Bersama Natalius Pigai dan Abu janda, Fairmont 8-2-2021," sebut Dasco.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://www.bagibagi.info/2021/02/natalius-pigai-ungkap-isi-pertemuan.html