Kerajaan Sriwijaya Sejarah Peninggalan Dan Penjelasan Prasasti
Peninggalan Prasasti Kerajaan Sriwijaya, itulah topik yang akan kita bahas kali ini. Meski memang ini adalah hal yang biasa namun kamu leum tenu mengenal betl apa saja prasasiti ini.
Karena sejatinya prasasti ini adalah peninggalan bersejarah yang cukup dicari oleh para kolekstor dan museum.
Karena peninggalan bersejarah memiliki nilai yang tidak bisa di uangkan atau disebutkan, sehingga jika salah satu peninggalan saja jatuh ke tangan yang nakal.
Maka bisa saja akan terkena denda atau hukuman, kira-kira kenapa begitu ? Semua itu karena benda-benda ini sangat langka dan bahkan tidak ada duanya sehingga itulah harganya tidak ternilai.
kita bisa mulai dari kerajaan yang sangat terkenal pada masanya, kerajaan Sriwijaya. Apa saja peninggalana& prasastinya ?
Lengkap Sejarah Prasasti Kerajaan SriwijayaBerikut ini terdapat 9 prasasti peninggalan dari kerajaan sriwijaya beserta gambarnya, antara lain:
Seperti namanya, prasasti ligor ditemukan di wilayah yang dahulunya bernama Ligor atau sekarang bernama Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan. Prasasti ini ditemukan di Thailand, sangat jauh dari pusat kerajaan Sriwijaya yakni di Palembang, Sungai Musi.
#Prasasti Kota Kapur
Tokoh penemu prasasti ini pertama kali dilaporkan oleh J.K Van Der Meulen, yakni terhadap bulan Desember tahun 1892.
Fakta menariknya, prasasti Kota Kapur adalah prasasti pertama yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Lalu, apa saja mengisi prasasti Kota Kapur? Berikut ini penjelasannya.
Orang pertama yang lakukan penelitian terhadap Prasasti Kota Kapur bernama H. Kern. Ia merupakan seorang pakar Epigrafi berasal dari Belanda yang bekerja di Bataviaasch Genootschap. Pada penelitiannya ini, ia berasumsi bahwasanya Sriwijaya adalah nama seorang raja.
Kemudian tokoh yang berjasa mengutarakan bahwasanya Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan adalah George Coedes. Dari mengisi prasasti Kota Kapur, ia sukses mengutarakan bahwasanya Sriwijaya merupakan nama sebuah kerajaan di Pulau Sumatera yang berdiri terhadap abad ke 7 M.
Ia termasuk menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kuat yang pernah menguasai semua wilayah Nusantara bagian barat, beserta semenanjuang Malaya dan Thailand Selatan.
Sampai selagi ini, prasasti asli kota kapur berada di Museum Rijksmusem (museum kerajaan) di kota Amsterdam, Belanda dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia. Lalu bagaimana mengisi naskah asli prasasti Kota Kapur? dan penjelasan terjemahannya?
Kota Kapur merupakan keliru satu dari lima prasasti kutukan yang dibuat oleh penguasa Kadatuan Sriwijaya, yakni oleh Dapunta Hyang. Berikut ini naskah asli dan terjemahan mengisi prasasti kota kapur menurut Coedes, pada lain:
Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.
Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kami savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan çrivijaya. kami tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.
paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.
Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-
jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.
Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-
ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-
tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.
Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. tatkalana
Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka çrivijaya.
Artinya:
Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)
Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang tengah berkumpul dan merawat Kedatuan Sriwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang memulai permulaan segala sumpah !
Bilamana di pedalaman semua tempat yang berada di bawah Kadatuan ini dapat tersedia orang yang memberontak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;
yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia terhadap aku dan terhadap mereka yang oleh aku diangkat sebagai datu, biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan berikut mati kena kutuk.
Supaaya sebuah ekspedisi untuk melawannya saat itu juga di bawah pimpinan datu atau sebagian datu Sriwijaya, dan biar mereka
dihukum dengan marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti mengganggu :ketenteraman jiwa orang, menyebabkan orang sakit, menyebabkan orang gila, memakai mantra, racun, Mengenakan racun upas dan tuba, ganja,
saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya terhadap orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melaksanakan tingkah laku jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang
supaya merusak, yang merusak batu yang ditaruh di tempat ini, mati terhitung kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia terhadap saya, biar pelaku tingkah laku tersebut
mati kena kutuk. Akan tetapi jikalau orang takluk setia kepada aku dan kepada mereka yang oleh aku diangkat sebagai datu, maka moga-moga bisnis mereka diberkahi, terhitung marga dan keluarganya
dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahan segalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), terhadap kala itulah
kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung disaat bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.
#Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung.
Sama seperti prasasti lainnya, prasasti ini terhitung ditulis pakai bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa.
Susunan pesan didalam prasasti ini tidak memadai mengetahui dikarenakan tingkat keausan batunya benar-benar tinggi.
Akan tetapi, setelah diidentifikasi prasasti ini diperkirakan berasal berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya menyebutkan berkenaan bantuan tanah sima.
#Prasasti Kedukan Bukit
Pada tanggal 29 November 1920, M. Batenburg menemukan sebuah batu bertulis di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang-Sumatera Selatan. Prasasti berukuran 45 × 80 cm ini ditulis pakai bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa.
Isinya menceritakan bahwa seorang utusan Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang sudah mengadakan sidhayarta (perjalanan suci) pakai perahu.
Dalam perjalanan yang disertai 2.000 pasukan tersebut, ia sudah berhasil menaklukan daerah-daerah lain. Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini kini disimpan di Museum Nasional Indonesia.
#Prasasti Leiden
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya setelah itu adalah Prasasti Leiden. Prasasti ini ditulis di sebuah lempeng tembaga dan ditulis didalam bahasa Sansekerta dan Tamil.
Saat ini prasastu Leiden berada di Musium Belanda. Isinya menceritakan jalinan baik pada dinasti Chola berasal dari Tamil bersama dengan dinasti Sailendra berasal dari Sriwijaya, India Selatan.
#Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Brahi ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berkhout terhadap tahun 1904 di tepian Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Merangin-Jambi.
Sama seperti prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas Pasemah, dan Prasasti Kota Kapur, prasasti ini menyebutkan berkenaan kutukan terhadap mereka yang berbuat jahat dan tidak setia terhadap sang Raja Sriwijaya.
#Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah merupakan prasasti pada batu peninggalan Sriwijaya. Menurut sejarahnya, prasasti ini ditemukan di Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.
Prasasti ini punyai peran perlu di dalam memberi tambahan informasi kepada masyarakat mengenai jejak masa lalu, terlebih bagi pada generasi muda. Prasasti merupakan sumber peristiwa yang ditulis pada batu dan dibikin oleh raja yang berkuasa pada masa lalu.
Prasasti Palas Pasemah ditulis pakai bhs Melayu Kuno dengan aksara Pallawa.
Isi prasasti ini berisi 13 baris. Namun benar-benar disayangkan, tidak berisi informasi mengenai angka tahun. Namun berdasarkan penelitian pada wujud aksaranya, prasasti palas pasemah diperkirakan dibikin pada akhir abad ke 7 masehi.
Isi prasasti Palas Pasemah sama layaknya kota kapur, yakni mengenai kutukan bagi tiap-tiap orang yang tidak tunduk dan patuh pada perintah atau kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
#Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu dipahat pada sebuah batu berjenis Andesit, ukuran prasasti ini memadai besar.
Tingginya menggapai 118 cm, kala lebarnya 148 cm. Pada bagian atas prasasti terkandung hiasan 7 ekor kepala ular kobra, tetapi dibagian bawah sedang terkandung layaknya pancuran atau cerat yang biasa untuk mengalirkan air.
Informasi yang tercantum pada prasasti Telaga Batu pakai bhs Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Tulisan pada batu jumlahnya benar-benar banyak dan panjang, yakni lebih kurang 28 baris.
Namun garis besar mengisi Prasasti Telaga Batu perihal dengan kutukan pada siapa saja yang melaksanakan kejahatan di Kerajaan Sriwijaya dan tidak taat pada perintah Datu.
Menurut Casparis, ia berpendapat bahwasanya orang-orang yang dimaksud adalah orang berbahaya yang berpotensi melaksanakan perlawanan kepada kedatuan Sriwijaya, supaya mesti untuk di sumpah.
Orang-orang yang mesti di sumpah yakni mulai berasal dari rajaputra (putra raja), kumaramatya (menteri), bhupati (bupati), senapati (panglima), nayaka (tokoh lokal terkemuka), pratyaya (bangsawan), haji pratyaya (raja bawahan), dandanayaka (hakim), vasikarana (ahli senjata), catabhata (tentara), marsi haji (pelayan raja) dan tetap banyak lagi.
Dibandingkan dengan 4 prasasti kutukan lainnya yang sudah bahas, prasasti Telaga Batu merupakan yang paling lengkap sebab berisi nama-nama pejabat pemerintahan. Prasasti ini termasuk menguatkan pendapat bahwasanya pusat kerajaan Sriwijaya berada di kota Palembang.
#Prasasti Ligor
Seperti namanya, prasasti ligor ditemukan di wilayah yang dahulunya bernama Ligor atau saat ini bernama Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan.
Prasasti ini ditemukan di Thailand, amat jauh berasal dari pusat kerajaan Sriwijaya yaitu di Palembang, Sungai Musi.
Prasasti Ligor teridiri berasal dari pahatan yang di tulis terhadap dua sisi. Bagian pertama disebut prasasti Lior A atau dikenal bersama nama manuskrip Viang Sa.
Kemudian anggota ke dua disebut Prasasti Ligor B. Prasasti Ligor ke dua ini beraksara Kawi, berangkat tahun 775 masehi.
Menurut para ahli, prasasti ligor B ini dibuat oleh Maharaja Dyah Pancapana kariyana Panamkarana, salah satu raja dari wangsa Sailendra kerajaan Sriwijaya.
Isi prasasti ligor A yaitu mengenai raja Sriwijaya, yaitu raja dari segala raja yang ada di dunia, raja merupakan pendiri Trisamaya caitya untuk Kajara.
Kemudian isi dibagian kedua adalah tentang nama Visnu yang bergelar Maharaja. Visnu berasal dari keluarga Sailendravamsa, dijuluki sebagai Sesavvarimandavimathana atau diartikan sebagai pembunuh bagi musuh-musuh yang sombong tidak bersisa.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS Sejarah Tentang Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta dengan Gambarnya.
Artikel ini hanyalah simpanan cache dari url asal penulis yang berkebarangkalian sudah terlalu lama atau sudah dibuang :
https://hematinternet.blogspot.com/2021/12/kerajaan-sriwijaya-sejarah-peninggalan.html